Succeed or Fall?

79 16 0
                                    

Winter mengabaikan semuanya. Apapun yang mengganggunya.

Hal yang ia lakukan saat ini hanyalah duduk terdiam dalam bath up dengan shower yang terus saja hidup tanpa ia sadari.

Tubuhnya memang disana, namun pikirannya hanya melayang.

"Dia siapa?"

"Kenapa dia punya mata biru itu?"

"Apa dia benar-benar keturunan kegelapan?"

"Apa yang dia coba sembunyikan?"

Hanya pertanyaan itu yang terulang dikepalanya.

Ting Tong.

Seseorang menekan bel rumahnya.

Setidaknya pendengarannya masih berfungsi baik.

Dengan cepat ia mengambil bathrobe untuk melapisi tubuhnya, dan turun untuk membukakan pagar.

"Kim Minjeong."

Gadis itu, kembali dengan wajah yang benar-benar ceria.

"Mau apalagi kau?" Tanya Winter, ia mulai takut pada orang ini.

"Aku hanya ingin meluruskan tentang foto semalam."

Sejujurnya Winter juga penasaran. Sehingga ia membiarkan Karina masuk.

"Mereka benar-benar orang tuaku. Kumohon jangan salah paham."

Ia malah menatap Winter takut. Lalu mencari hal lain untuk meyakinkan gadis itu.

"Aku..., sebenarnya...,"

Karina menggeleng pelan. Ia menunduk, dan tangannya meremas erat ujung pakaiannya.

"Kau kenapa?"

"Aku terkena sindrom waardenburg. Aku tak tahu gen lain apa yang terpengaruh, namun yang paling jelas disini hanyalah mataku."

"Sejak kecil, semua orang menjauhiku karena mata yang mereka anggap aneh ini."

"Tidak ada yang menginginkanku, termasuk kedua orang tuaku. Foto itu adalah yang terakhir sebelum akau dibuang ke panti asuhan."

Mengingat memori kelam itu rasanya menyakitkan. Ketika kedua tangannya terkepal, berusaha menahan emosi yang hendak keluar.

Dirinya benar-benar sensitif jika ada yang membahas masalah warna matanya. Hal itu akan membuatnya berlaku berbeda.

Winter mencoba menemukan kebohongan, namun yang ia dapat hanyalah kejujuran yang tulus dan juga rasa sakit yang dalam.

Ia menyalahkan diri sendiri. Bisa-bisanya ia menuduh gadis itu hal yang tidak-tidak ketika ia sendiri tidak mengetahui kebenarannya.

"Maafkan aku, pikiranku sedang berantakan semalam." Ujar Winter.

"Ada apa? Apa aku bisa membantumu?"

"Kau mau membantuku?"

Karina menatap Winter dengan binar,

"Ya!"

"Maka, pergi dan jangan ganggu aku."

Sedikit kejam memang, namun ia berhasil mengusir Karina. Lebih tepatnya, Karina yang pasrah.

"Sekarang apa?"

Winter bingung. Alasan Karina benar-benar stabil dan masuk akal, lalu hal apa yang harus ia lakukan?

✓~~^•-•^~~✓

Karina terdiam di tempatnya.

Sesuatu seolah-olah menarik pikirannya kesana-kemari, namun tak ada yang bisa ia lakukan selain diam.

Analogy, Two Different FormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang