Hening dan canggung menjadi selimut bagi kedua insan yang posisinya juga terlihat kaku.
Winter duduk di kursi menghadap kearah ranjang, menatap Karina yang berada diambang keasadarannya.
Ralat, entah sadar atau tidak.
Gadis itu hanya tidak tahu harus bersikap seperti apa setelah Karina membuat pengakuan.
Tubuhnya menegak, menatap ke segala arah namun pengecualian bagi kedua netra biru indah yang begitu terang dibawah langit malam.
"Minjeong-ssi...," Suara yang sedikit serak itu menyadarkannya.
"Maaf, mungkin kau merasa terganggu. Tolong jangan diingat lagi ya? Lupakan saja, anggap kau tidak pernah-,"
Winter membekap mulut Karina dengan cepat, tak mau mendengarkan apapun keluar dari bibir tipis itu.
Satu tangannya mengusap panjang surai hitam legam yang lebih tua sambil tersenyum kecil.
"Tutup mulutmu, kau harus tidur."
Bagai bius, begitu kalimat itu berakhir Karina langsung menutup mata, membuat Winter ikut menarik kembali tangannya.
Ia menghela nafas.
Bagaimana mungkin, dirinya, seorang vampir disukai oleh seorang manusia seperti Karina?
Namun ia tidak bisa menolak fakta. Entah mengapa setiap bersama dengan gadis itu, ia merasakan gelenyar aneh yang menggelitik hati.
Dari awal pertemuannya.
Hanya saja berusaha bersikap egois juga kasar agar ia tidak jatuh, sungguh ia tidak mau dicintai atau bahkan mencintai.
Tapi sekarang, mendengar pernyataan itu, rasanya sesuatu seolah keluar dari hati nuraninya, memberi suatu sinyal.
Bahwa ia mungkin..., juga menyukai gadis didepannya ini.
Kenapa? Kenapa pada Karina?
Karena kecantikannya? Karena netranya yang mengalahkan keindahan permata?
Bukan, ini suatu rasa yang berbeda. Rasa yang tidak pernah sama sekali ia cicipi.
Ketulusan, kebaikan, juga kemurnian yang nyata.
Itu, hal yang tak pernah ia rasakan semasa ia berada di kerajaan.
Nafasnya tersentak, gadis itu bangkit perlahan dengan bola mata yang merah membara, menatap ke arah Winter dengan raut mengerikan.
Sesaat Winter terdiam. Ia mengenalinya. Kedua orbs yang penuh amarah dan menusuk itu...,
"Jimin...?"
Sesuatu seolah keluar, melepaskan tantrum begitu besar, membakar seisi rumah membuat Winter semakin dipenuhi keterkejutan.
"HEY! ADA APA DENGANMU?" Herannya dengan sayap yang melebar tepat di bawah atap berusaha menghindari api.
Perlahan, Karina bangkit dari tempat tidurnya, sayap dengan api di tiap-tiap ujungnya muncul, terbang sejajar dengan gadis tersebut.
Winter melihatnya tak percaya, seolah tak mengerti apa yang sedang terjadi.
"Kau akan mati." Suara itu begitu dalam dan mengerikan.
Winter berusaha menenangkan diri. Melihat netra yang menyala terang, namun tersirat kesenduan membuat ia tersadar bahwa gadis itu berada diluar kendalinya.
"Jimin..., Tenang oke? Kita bisa mencari jawabannya bersama, jangan takut..."
Tangan yang gemetar disodorkan, mengelus pelan wajah sang api yang begitu panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Analogy, Two Different Form
FantasyKerajaan Kegelapan. Begitu orang-orang menyebutnya. Tanah itu dimiliki oleh seorang raja yang kejam. Rakyatnya hidup dalam kegelapan malam selama ribuan tahun. Penyiksaan, penderitaan, pemaksaan, semua dialami oleh mereka. Hingga sebuah kaum dib...