3. Tinggal berdua.

1K 41 0
                                        

Setelah acara perpisahan dengan keluarganya, ayna masuk kedalam mobil milik keluarga suaminya, ia masih menangis sesenggukan rasanya tidak sanggup berjauhan dengan ayah dan bundanya.

Umi nisya memeluk menantunya mengusap-usap lembut, ia paham rasanya berjauhan dengan orang yang kita sayangi, rasanya berat. umi, ayna, dan hafizhan duduk di kursi belakang, sedangkan Naina duduk di kursi paling belakang.

"Jangan nangis nanti kita sering-sering ke Jakarta jenguk ayah bunda, saya janji" Ucap hafizhan tidak tega.

Ayna mengangguk ia mengusap air matanya berusaha tenang, menatap sekeliling yang ramai, sudah lama ia tidak melewati batas Jakarta karena ayah dan bundanya selalu melarangnya. Bermain melewati area jakarta.

Tiba-tiba mobil berhenti di supermarket. "Sebentar, rehan mau beli sesuatu dulu kalian tunggu di sini" Pamit rehan yang langsung keluar mobil.

"Ayna keluar sebentar, ya" Pamit ayna yang langsung keluar mobil tanpa menunggu jawaban.

"Eh, ayna kamu mau kemana?" Tanya hafizhan.

"Dia sudah keluar, masuk ke supermarket mungkin mau beli sesuatu" Sahut umi yang tahu kepanikan anaknya.

Kurang lebih lima menit ayna kembali sambil menenteng kantong plastik ditangannya, ia duduk kembali di tempatnya. "Ayna beli es batu, hehe" Kekeh ayna melihat wajah khawatir suaminya.

"Kamu tidak boleh makan es batu, ay, kamu belum sembuh nanti kamu demam lagi." khawatir hafizhan. Ia mengambil kantong plastik dari ayna menyembunyikannya di samping.

"Eh, gus, apaan sih it---"

"Bagaimana kalau kamu minum jamu?." Potong hafizhan tersenyum tipis, seandainya ia bisa melihat mungkin ia melihat wajah lucu istrinya yang takut.

Ayna mendengus kesal ia menyenggol keras lengan hafizhan, duduk di tengah-tengah umi dan suaminya, ngedumel tidak jelas. Sedangkan umi dan abi yang melihat mereka berdua seperti anak kecil. geleng-geleng kepala kenapa mereka sangat menggemaskan.

Rehan kembali ia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, sepanjang jalan ayna hanya diam menatap sinis suaminya. Setelah beberapa jam mereka di perjalanan akhirnya mereka sampai di bandung kota yang belum ayna kunjungi.

Mereka langsung turun dari mobil ayna menatap sekeliling yang ramai oleh santri-santri yang berlalu lalang, dengan aktivitasnya. umi merangkul ayna membawanya masuk kedalam rumah, ia tidak mau menantunya terlihat oleh siapapun sebelum resepsi pernikahan mereka berdua selesai.

"Sebelum resepsi kamu tidak boleh keluar rumah, tidak boleh terlihat oleh siapapun kecuali keluarga, setelah resepsi baru kamu boleh jalan-jalan di sekitar pesantren" Jelas umi yang tahu tatapan keheranan ayna.

Ayna mengangguk paham. "Memangnya resepsinya di adakan kapan?." Tanya ayna penasaran.

"Dua Minggu lagi, cetak undangan belum selesai, dekorasi juga belum dapat yang cocok." Sahut dea.

Ayna kembali mengangguk ia menatap tiara yang sedang duduk di teras rumah. krim terlihat sangat enak, ayna beranjak dari duduknya ia duduk di samping tiara. "Boleh minta, enggak?, Aku pengen banget es." Bisik ayna penuh harap.

Tiara mengangguk ia memberikan es krim pada kakak iparnya, ayna langsung melahapnya sampai setengah. "Jangan bilang-bilang sama bang akbar nanti aku kena omel." Bisik tiara takut.

"Eh ayna tahu siapa dia?." Tanya umi nisya.

Ayna menggeleng polos.

"Kenalin aku tiara, adik bang rehan dan bang Akbar." Ucap tiara mengajak bersalaman.

Hafizhan Akbar KhairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang