24. Sepeda listrik

271 15 1
                                        

Gus hafizhan sudah bisa mengendarai sepeda motor, hanya butuh satu hari ia belajar. Dan langsung bisa, ayna benar-benar kagum dengan suaminya yang langsung bisa. Tidak seperti dirinya yang tidak gampang bisa.

Gus hafizhan mencium pipi ayna secepat kilat, menatap wajah ayna yang kaget. Bagaimana tidak, didepannya ada santri yang sedang membantu abi rafi memotong pohon.

"Mas." Kesal ayna, ia malu.

Gus hafizhan memegang kedua pundak ayna. "Dulu mas enggak bisa cium kamu mendadak seperti ini, karena mas enggak yakin sama posisi mas yang berhadapan sama kamu, Sekarang mas yakin didepan kamu, istrinya hafizhan akbar khairy.

"Gombal." Ayna mencubit pinggang gus hafizhan.

"A-assalamualaikum." Salam wanita berbaju hitam, sambil membawa rantang.

Mereka berdua menoleh, menatap ustazah jelita yang tersenyum tipis. "Waalaikumsalam." Jawab mereka berdua.

Ayna yang melihat kehadiran ustazah jelita, langsung merubah raut wajahnya jadi tidak suka. "Mau apa?." Tanya ayna dingin.

Gus hafizhan yang melihat perubahan nada suara istrinya, ia langsung merangkul ayna. Menatap ayna lekat. "Kamu jangan takut mas ak----"

"Ini gus, saya tadi bikin pudding. Saya keinget gus yang suka pudding." Ucap ustazah jelita, tangannya sambil menyodorkan rantang berisi pudding itu.

Gus hafizhan melirik rantang itu, matanya enggan menatap wajah ustazah jelita. "Tahu darimana kalau saya suka pudding?." Tanya ustazah jelita.

Ustazah jelita tersenyum tipis. "Saya kenal gus sudah lama banget, sebelum gus menikah." Jawab ustazah jelita, matanya melirik ayna.

Gus hafizhan menggenggam tangan ayna erat. "Mulai sekarang saya tidak suka pudding, mending ustazah bawa pulang saja. Atau kasih ke santriwati." Ucap gus hafizhan.

"Tapi gus say----"

"Ayna masuk dulu, gus ngobrol saja." Ayna langsung masuk kedalam rumah mertuanya, ia benar-benar cemburu.

Gus hafizhan mundur satu langkah. "Mending ustazah pulang saja, saya tidak mau istri saya cemburu."

Ustazah jelita terkekeh hambar. "Gus sudah bisa lihat, kan?. Tatap saya gus, saya ingin melihat tatapan gus pada saya." Ucap ustazah jelita, mengalihkan pembicaraan.

Gus hafizhan terkekeh kecil. "Bahkan disaat saya sudah bisa melihat dunia ini, melihat berbagai macam kecantikan wanita diluar sana. Saya hanya ingin melihat wajah istri saya, wajah yang dari pertama kali saya mengucapkan akad nikah, wajah yang  sangat saya ingin lihat."

Ustazah jelita meneteskan air matanya. "Saya sangat mencintai gus, beri saya kesempatan untuk menjadi wanita yang seperti gus inginkan." Lirih ustazah jelita.

"Jangan menjadi wanita yang saya inginkan, karena. Yang saya inginkan hanya istri saya, ayna." Ucap gus hafizhan tegas.

"Gus-----"

"Saya tidak mau terulang kembali kehilangan ayan, jadi tolong menjauh dari saya." Potong gus hafizhan, ia mengambil rantang pudding itu. Menatap santri yang kebetulan lewat teras rumah. "Hey, kesini." Panggil gus hafizhan.

"Ya, gus?." Tanya santri itu yang sudah didepan gus hafizhan.

"Ini untuk kamu, bagi-bagi sama teman-teman kamu." Ucap gus hafizhan.

"Terimakasih, gus. Kalau gitu saya permisi dulu, assalamualaikum." Salam santri itu sambil membawa rantang itu.

"Gus, itu untuk gus." Ucap ustazah jelita, ia sedikit tidak terima.

Hafizhan Akbar KhairyWhere stories live. Discover now