[5] Rangkulan Mas Jibran

4.4K 637 107
                                    

•Rangkulan Mas Jibran untuk Mas Mantan•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Rangkulan Mas Jibran untuk Mas Mantan•

[Sembagi Arutala]

"Beneran, Mas? Enggak mau di restoran aja?" tanya Windy memastikan setelah mendengar jawaban dari Jibran.

"Iya, Win," jawab laki-laki berkaos putih dipadu kardigan hitam lengan panjang itu.

Windy meneliti pakaiannya lagi. Ia sudah berdandan dan memakai dress berwarna hijau dengan pita di tengahnya. Penampilannya terlalu mewah hanya untuk pergi ke rumah makan pecel lele di depan apartemen.

"Mas Jibran enggak ngabarin saya kalau mau makan di sana," protes Windy kepada Jibran

Alis Jibran terangkat. "Saya udah chat kamu. Masa enggak terkirim, sih?"

Laki-laki itu segera membuka ponselnya. Ia terkejut ketika tidak menemukan pesannya ada di ruang obrolannya bersama Windy. Ketika Jibran cek lagi, ketakutannya terjadi. Pesan itu terkirim pada Lintang—adiknya.

Pantas saja, sejak sore tadi, ponselnya berdenting tidak mau berhenti. Jibran kira, Lintang sengaja mengirim pesan random kepadanya. Karena bisanya, adiknya itu akan mengirim pesan-pesan tidak berfaedah kepada Jibran ketika sedang bosan. Lintang juga suka spam tentang idola-idola K-Pop yang dikaguminya. Jadi, Jibran tidak membukanya.

Jibran meringis mengetahui Lintang membombardirnya dengan banyak pertanyaan. Gadis itu dominan menanyakan siapa perempuan bernama Windy. Lintang juga menanyakan apakah Jibran sudah menemukan calon kakak ipar untuk dirinya, bagaimana sosok perempuan itu, dan kapan mereka akan menikah. Parahnya lagi, Lintang sudah memberi tahu Bapak dan Ibu jika Jibran dekat dengan perempuan. Bahkan, kedua orang tuanya meminta Jibran segera ke Jogja memperkenalkan Windy kepada mereka.

Ya Allah Gusti. Mati aku!

"Mas Jibran!"

Jibran tersentak. Laki-laki itu menatap Windy yang melihatnya penuh penasaran.

"Mas Jibran kenapa? Kok mukanya tegang gitu?"

Jibran segera menggelengkan kepalanya. "Enggak, kok. Saya cuma kaget aja, ternyata salah kirim," jawabnya.

"Oh... Pantas aja."

"Maaf, ya, Win."

"Eh, enggak perlu minta maaf. Saya enggak marah, kok. Ya udah, Mas Jibran tunggu di sini sebentar, ya. Saya ganti baju dulu. Biar lebih nyaman."

Jibran mengangguk. Windy pun kembali masuk ke dalam apartemennya.

Setelah pintu nomor 651 itu tertutup rapat, Jibran segera membalas pesan Lintang. Laki-laki itu menegaskan bahwa Windy adalah temannya.

Perempuan memang tidak bisa ditandingi. Lintang tidak percaya.  Mengenai laporan Lintang kepada Pak Dinar dan Bu Ayu, Jibran akan memotong uang jajan Lintang untuk satu bulan. Gadis itu sudah menyebar berita yang tidak pasti kepada kedua orang tuanya.

SEMBAGI ARUTALA [END]Where stories live. Discover now