[26] Ratu & Tunggak Semi

2.7K 426 80
                                    

Ratu dan Tunggak Semi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ratu dan Tunggak Semi

[Sembagi Arutala]

Hari-hari terus berlalu. Mereka hampir di penghujung akhir tahun. Windy perlahan-lahan belajar untuk mengendalikan pikiran dan emosinya. Ia berusaha untuk tidak termakan pada pikiran-pikiran negatif yang mengganggunya. Windy dan Jibran sama-sama memberikan dukungan dari segi mental dan fisik.

Seperti yang disarankan oleh dokter, Windy dan Jibran menerapkan program hamil secara kompak. Selain rajin berhubungan intim, Jibran dan Windy semakin rajin untuk berolahraga dan meningkatkan konsumsi makan-makanan sehat. Mereka mengurangi minuman berkafein, camilan ringan sepert gorengan, dan mengatur jam tidur mereka.

Jibran dan Windy mengakui jika mereka tidak cukup waktu untuk beristirahat disebabkan faktor pekerjaan. Namun, keduanya siap untuk berubah demi keberhasilan program mereka.

"Kopi, Jib," tawar Rafa pada Jibran.

Jibran mendongak. Temannya itu berdiri di tengah-tengah pintu ruangannya. Di tangannya terdapat satu cup kopi.

"Ditraktir sama Heru. Kalau mau, gue ambilin," lanjut Rafa.

Jibran menggeleng. "Makasih. Tapi, gue lagi ngurangin kopi. Buat yang lain aja atau kalau lo mau double, ambil aja."

Rafa bersorak dalam hati. Ia tau Jibran tengah membatasi kopi dan ia hanya sekadar basa-basi. Laki-laki itu berlalu setelah mendapatkan ijin untuk mengambil kopi milik Jibran.

Sepergian Rafa, Jibran mengistirahatkan punggungnya. Ia mendesah. Jarum jam sudah mengarah di antara angka sebelas dan dua belas. Teringat saran dari dokter, Jibran mengambil ponselnya lantas beranjak.

"Selain dari calon ibu, apakah Bapak sering memangku laptop saat bekerja?" tanya Dokter Yura kala ia dan Windy datang ke dokter kandungan.

Jibran mengangguk. "Cukup sering, Dok, jika saya bekerja di luar dan tidak ada meja."

Dokter Yura tersenyum. "Mulai sekarang diubah, ya, Pak. Diusahakan jangan memangku laptop karena panas yang merambat akan mengganggu kualitas sperma. Hal ini bisa semakin parah jika tidak diperhatikan sejak sekarang. Panas yang dihantarkan dari laptop itu dapat menghangatkan sperma hingga mengakibatkan sperma tidak aktif lagi. Kondisi ini biasa disebut hipertermia skrotum."

Selama ini, Jibran tidak sadar bahwa kegiatan kecilnya memberi pengaruh besar pada proses kehamilan Windy.

"Selain itu, olahraga juga perlu ditingkatkan karena jika dilihat dari pekerjaan Pak Jibran, saya rasa Bapak terlalu lama duduk di depan komputer. Posisi kerja Pak Jibran tidak menuntut untuk banyak bergerak. Jadi, Pak Jibran bisa meluangkan waktu untuk bergerak dan meninggalkan pekerjaan barang sejenak."

Dalam hal ini, bukan hanya Windy saja yang berusaha. Namun, Jibran perlu ikut andil. Jibran tidak mau Windy semakin menyalahkan dirinya sendiri karena sulit hamil. Padahal, bisa saja dirinya lah yang menjadi faktor utama masalah ini. Maka dari itu, Jibran akan berkeliling di gedung untuk menggerakkan tubuhnya sembari menunggu waktu dzuhur tiba.

SEMBAGI ARUTALA [END]Where stories live. Discover now