O4. Lorong Kenangan dan Sebuah Masa Depan

398 57 3
                                    

▪︎▪︎▪︎

"Minta tolong apa?"

"Cok, liat tuh temen lo!" Ten yang sedang duduk di saung dekat kolam renang menyenggol lengan Hanbin. Namun, yang menoleh bukan hanya Hanbin, melainkan Taeyong, Jaehyun, Johnny, dan Lucas untuk menilik langkah kaki Lisa dan Tzuyu ke bawah parkiran.

Disambung dari arah berlawanan, Kun serta Jackson datang memangku dus aqua yang membangunkan jiwa empati mereka untuk membantunya.

"Gue bawa dus makanan, coba ambil di bagasi." Kun mengendikan kepala ke belakang. Seakan paham rekan-rekannya itu berniat membantu.

Mereka lekas mengerti. Rombongan menuruni jalan menuju parkiran bawah, dan terlihat Lisa dan Tzuyu yang sedang bersekelit di depan sebuah mobil sambil mengeluarkan satu jinjingan.

"Uluuuh... minta bantuan temenin ya Wi." Kampret emang Si Ten.

"Hahahaha! Gapapa kali ya, kan temenan." Untungnya Jaehyun paham situasi, lalu memelototi Ten seyakinnya dia mengerti mereka berdua.

"Yeu, lo berdua belakangan ini mantau perkembangan adek-adek lo nggak?" Lisa mengacungkan sebuah proposal dengan lembar tebal. Tak lupa wajah sinis kesalnya.

"Nggak." Jawabnya serempak. "Kan sibuk dulu nyari kerja elah bro." Sambung Taeyong.

"Berterimakasih lo sama Cuwi, ni dia bikin revisi simpulan buat raker hari ini!" Desis Lisa.

"Lo berterimakasih kagak?" Jaehyun menarik satu jinjingan kresek putih besar, begitu pula Johnny.

"Iya juga." Wajah garang Lisa langsung berputar 180°. "Makasih ya, Wi."

"Hahahaha! Gapapa, santai aja kali. Ini juga buat kebaikan himpunan dan adek-adek yang lagi ngurusnya. Lagipula, gue di kerjaan gabut banget, jadinya bisa lebih sering mantau mereka." Papar Tzuyu sambil manggut-manggut.

"Kenapa nggak bilang sama gue, Wi?" Lisa menoleh. Sebaliknya juga dengan pangkal alis Tzuyu yang bingung.

"Bilang apa?"

"JENNIE, JENNIE!!!" Usilnya Ten malah berteriak memanggil Jennie. Yang padahal nggak akan kedenger juga sih.

"WOY LAH TAI!!!"

Mari kita melihat isian villa itu lagi. Di dalam ruang tengah, situasinya berubah seperti ditimpa es kutub. Sementara di atas lantai dua terdengar ramai dengan berbagai anggota yang terus menerus melayangkan perintah.

"Anjrit, ini ngapa malah diem-dieman?" Jisoo melirik satu per satu anggota di sekeliling kursi ruang tengah ini. Entah Seulgi atau Ryujin malah sama-sama canggung.

"Ngobrol apa ya, bingung." Wendy menggaruk tengkuk belakangnya yang tak gatal.

"Lo deh Jin, ada keluhan nggak selama jadi kating? Maba-maba yang masuk hima gimana?" Jisoo menunjuknya.

"Pft, ini sih canggungnya gegara yang mantanan." Kara berbisik ke samping pundak Jisoo.

"Iya anjeng!" Balasnya. Sebetulnya, ketiga perempuan di sisinya itu dapat mendengar. Apalagi Irene dan Solar yang langsung mengalihkan pandang.

"Maba nya aman sih teh, mereka lagi pada magang dulu sekarang. Kayak waktu angkatan Teh Seulgi ini, ada sistem rolling departemen biar mereka mengenal secara menyeluruh himpunan itu bagaimana." Pungkas Ryujin.

Menanggapi itu, Jisoo mengangguk mengerti. Ingin bertanya lebih jauh lagi namun kedatangan Jennie dan Lisa secara bebarengan membuat mereka berhenti dari topik.

"Ayo ke atas, rapatnya mau dimulai." Tapi, pandangan Jennie terpaut pada kedatangan Lisa dan Tzuyu secara bersamaan.

Namun, dia tak punya waktu untuk menghakimi itu dimari. Dia juga mengisyaratkan keduanya lewat gerakan kepala untuk naik ke atas, lapas Jennie sendiri memanggil sisa anak lelaki yang masih berkeliaran di luar.

Bandung Love Story | Jenlisa✔Where stories live. Discover now