12 : See You

64.9K 5.8K 230
                                    

"Ya sudah, Mima. Tidur, ya? Besok berangkat pagi, kan?"

Menatap lurus dengan binar lembutnya, Jemima yang sedang berbincang dengan si manis Darya, lalu mengangguk. "Besok berangkatnya santai sih, mas. Cuma harus ke kantor dulu. Mau pamitan."

"Iya. Pelan-pelan nyetirnya. Jangan bergadang loh, ya." Jemima mengangguk lagi. Dari enam orang yang pernah menjalin hubungan dengannya, Darya--yang ke enam--adalah yang paling lembut menurutnya. "Assalamualaikum, Mima."

Masih dengan senyum anggun yang tak pernah lekang dari wajah tiap berbincang dengan Darya, Mima lalu menjawab salam sebelum mematikan panggilan dari Darya yang menghubungi ia pukul sembilan malam tadi dan tak terasa mereka berbincang selama satu jam.

Satu jam yang terasa lama sesungguhnya, karena Jemima yang harus mencari topik pembicaraan. Darya, pria yang terlihat tak banyak bicara itu lebih memilih untuk mendengarkam daripada banyak cerita tentang kehidupan pria itu yang lebih banyak ia dapatkan dari Santika, adik Darya yang merupakan teman Jenar.

Tapi untungnya wajah Darya cukup enak dipandang. Jadi dia tak bosan.

Membaringkan tubuh, Jemima yang harus merias wajahnya lebih dulu sebelum menerima panggilan dari Darya yang rutin menghubungi ia setiap hari itu lalu mendesah susah saat benaknya mengingatkan ia untuk segera membersihkan wajah sebelum benar-benar malas.

Kata Jenar, Jemima saat ini sedang dalam proses malu-malu kucing menjijikkan. Ya barangkali karena sudah lama tak menjalin hubungan dengan pria karena manusia berpentungan hansip yang sering berinteraksi dengannya hanya Abyasa saja sampai Jemima lupa bagaimana rasanya mempunyai seseorang yang memperhatikan ia bak belahan jiwa, lalu saat kemudian berhubungan dengan Darya ia selalu ingin terlihat sempurna.

Karena itu sebisa mungkin, ketika akan berbincang dengan Darya yang selalu meminta panggilan video itu, Jemima harus merias wajahnya terlebih dulu. Tidak dengan bedak tebal, tapi yang penting tak tampak lusuh seperti bagaimana biasanya ia ketika ada di kos-an.

Jemima butuh pernikahan ini terlebih lelaki itu adalah Darya yang dari reviewnya saja terdengar begitu menarik. Jadi selain harus menjaga tampilan di depan calon suami, Jemima bahkan menjaga caranya tertawa dan tersenyum.

"Ah ... Yang penting nikah, Mima." Tak apa jika ia terkesan memberi kepalsuan, asal dia dan Darya berakhir di pelaminan, mengubah sifatnya pun ia rela.

Sepertinya dia memang sangat ingin keluar dari neraka yang membelunggunya saat ini, ya? Sebenarnya jika keluar tanpa harus ada alasan menikah pun bisa saja. Tapi Jemima sudah lelah bekerja. Sudah tak mau menguras tenaga demi sesuap nasi untuknya dan keluarga. Jadi bukan asal ingin lepas dari Abyasa saja, tapi harus ada seseorang yang sukarela menampung dirinya, membantu ia lunasi kreditannya, lalu tak menuntut ia untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Ya ... Orang yang menyanggupi beberapa syarat yang ia ajukan itu hanyalah Darya.

Pacar terakhirnya saja mengaku enggan. Memang sih, dia disuruh untuk di rumah saja daripada bekerja. Tapi belum apa-apa sudah meminta Jemima untuk membantu pria itu dengan tabungan Jemima. Sudahlah banyak mengatur, banyak mintanya pula!

Berbeda sekali dengan Darya. Meski rasa yang ia punya pada pria itu baru sebatas kagum saja, tapi ia sudah cukup bangga karena Darya yang tak banyak bicara itu selalu mengiyakan pintanya.

Duuh ... Manis sekali, kan?

Semoga saja apa yang ia lihat dan dengar tentang Darya bukan kamuflase seperti dirinya yang selalu ingin tampil sempurna di depan pria itu. Tapi yang ia lakukan tak merugikan Darya. Tapi kalau sampai Darya yang menipunya ... Sudahlah. Hancur hidup Jemima.

Personal Assistant : WIFE!Where stories live. Discover now