Aku sudah terbiasa ditinggalkan. Bahkan ketika aku merasa kau akan tinggal, kenyataan seakan tak pernah memberi kesempatan. Sejujurnya aku lelah mengulang proses yang sama, seperti sebelumnya. Hanya saja, aku tak bisa menghalangi sesiapa yang memutuskan pergi. Meninggalkan segala hal yang telah kurawat dalam doa, lalu semuanya berubah menjadi seberkas kenangan saja.
Ah, kenangan. Aku hampir tak berdaya dan menangis sepanjang malam karena teringat sesuatu tentang kau. Namun, kini, setelah kau memilih pergi dan tidak memihakku, aku memutuskan untuk menutup segala kisah antara kita.
Biarkan aku berlari ke mana pun, pada siapa pun. Membawa hati yang tidak kau pedulikan, lalu melangitkan harapan dalam diam; semoga tak pernah ada penyesalan, apalagi kebencian.
Aku berhak atas nama kebahagiaan.
YOU ARE READING
Pedar
Short StoryIni hanyalah seikat kata dari hari-hari yang bertamu. Dari segala rasa yang terasa. Pun serpihan ingatan yang menimbulkan sesak di dada. Mungkin ini tidaklah istimewa. Namun, semoga menjadi manifestasi setiap wujud ketidaksesuaian yang mengurung kep...
