P-1 You

17.9K 563 5
                                    

Gadis yang mempunyai ketomboyan over dosis, memiliki 2 kakak kembar dan memiliki saudara kembar atau kita sebut saja Nadya Priscilia
Antonius yang terkadang sering dipanggil Di.

Nadya berjalan keluar kamarnya dan menggedor pintu kamar saudara kembarnya. Dia terus menggedor pintu kamar saudaranya yang tak kunjung dibuka.

"Nicooo setaaan bukaa kampret!" gerutu Nadya, tidak sabaran.

Terganggu dengan suara Nadya akhirnya, Nico-kembaran Nadya-keluar dengan tampang bete.

"Apaan sih! Ngapain gedor-gedor? Ngefans? Minta tanda tangan?" Nico menatap Nadya skeptis sesaat, sebelum matanya melebar dan cowok itu menjetik-kan jarinya. "Oh! I know, lo mau minta uang kan?"

Nadya melotot lalu memukul kepala Nico tanpa menahan energinya. "Bego! Sok tau kayak dewa. Musik jelek lo buru matiin, ganggu banget, gila!"

Tidak terima, Nico ikut melotot sembari mengelus kepalanya yang baru saja ditabok oleh Nadya. "He! Ini lagu keren tau! Selera musik lo tuh yang jelekk."

"Pala lo keren! Cepet matiin! Gue mau lanjut tidur, anjir! Volume berapa sih? Congek lo?"

Nico terdiam sesaat, berpikir, lalu berkata. "Volume 85."

Oh. Delapan puluh lima.

Nadya membelalak. GOBLOG?

"TOLOL?" Nadya berseru dan hampir menempeleng kepala Nico sekali lagi, kalau saja Nico tidak buru-bu
ru menahan tangan Nadya. "LO BENERAN BUDEG? HA?"

"Ya-"

"MATIIN ATAU GUE GAK MAU BAGI UANG JAJAN SAMA LO LAGI?" sela Nadya, dengan
aura hitam yang menggelegar.

Alhasil, Nico cemberut dan terpaksa meng-iya-kan Kalau Nadya sudah mengancam tentang uang jajan, Nico pasti kalah telak.

SIALAN MEMANG NADYA.

"Yaudah yaudah!" Nico merengut, melepas cekalan tangan Nadya. "Gue matiin."

Mata Nico menyipit. "Awas lo gak bagi-bagi uang jajan. Gue bakal buka lagu keren gue empat hari, tiga malam volume 100."

Nadya medengus. "Iya! Iya!"

Setelah perdebatan dengan Nico selesai dan musik jelek cowok itu dirasa sudah mati, Nadya kembali ke kamarnya. Namun baru saja dia ingin memejamkan mata, ponselnya yang sedang dalam pengisian daya tiba-tiba berbunyi.

"AZUHWUSJWUXHSHS." Nadya mengerang, membanting selimutnya lalu menyeret tubuh-
nya mendekati meja belajar, di mana ponseln-
ya berada.

Nadya mengangkat telponnya dengan muka ditekuk. "HALO?"

Rasanya Nadya ingin mengutuk semua manusia untuk kesekian kalinya, ketika dia mendengar si pelaku penelpon hanya terkikik.

"GUE MATIIN!" seru Nadya keki.

"Eih santai jangan di matiin duluu," jawab yang di seberang sana akhirnya.

"Go die, Kevan. Gue beneran mau hibernasi, stop telpon gue sialan."

Yang di seberang sana hanya tertawa terbahak-bahak. Padahal tidak ada yang lucu, manusia ini memang agak aneh.

"Sumpah-" Nadya memejamkan matanya yang terasa berat, menarik napas kemudian dibuang.
"-lo kalo masih ketawa, lo auto gue block detik
ini."

Laki-laki yang dipanggil Kevan itu seketika berhenti tertawa dan buru-buru berbicara senormal mungkin. "Biasa nih, ya, Di. Perempuan ditelepon sama cowok tuh jawabnya manis enggak galak kayak begini deh."

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang