22. time to say

814 32 0
                                    

18 November,

Gemricik air terdengar, nampaknya cuaca pagi ini akan dingin karena hujan yang turun sangat deras dan sudah terdengar gemuruh kecil di langit.

Gerbang pondok tertutup rapat, dan suasa ndalem yang sepi, sepertinya para santri keasikan tidur di asrama karena madrasah yang hari ini libur, beberapa santri nampak galau melihat jemurannya basah karena tak sempat berlari ke lapangan belakang asrama.

"Deres banget ujannya,"

Azzam datang dengan tubuh basah kuyup, sarungnya ia lepas sebelum memasuki kamar karena takutnya lantai jadi basah dan licin, kini ia hanya memakai celana pendeknya. Tangannya membawa bingkisan.

"Yaudah kamu mandi dan ganti baju mas biar nggak flu nanti, kamu bawa apa?"

Zelmira penasaran menatap bingkisan yang sudah terletak di meja kecil.

"Mainan buat anak kita hehe,"

"Perasaan baru 3 bulan mainan kamu udah mau sekeranjang ya nak" zelmira mencium pipi gembul anaknya yang sedang tertidur.

Zelmira membawa 2 cangkir teh hangat ke kamarnya, menaruhnya di meja. Zelmira sudah menghabiskan secangkir tehnya, nampaknya azzam belum ada tanda untuk keluar dari kamar mandi. Ia pun berjalan ke arah kasur mengecek zafran yang merengek. Zelmira menenangkannya segera.

"Kenapa ngelamun capek ya?"

Zelmira tersenyum tipis. "Nggak kok, cuma kepikiran buku yang di gramed kemarin,"

"Ish kamu sih, kan kemarin di suruh ambil, kenapa nggak?"

"Nggak tau pengennya sekarang,"

Azzam mengelus rambut istrinya, "iya nanti kalau mobil aku keluar bengkel, kita jalan-jalan ya?"

Zelmira nampak terkejut, "kenapa mobilnya di bengkel?"

"Bannya kempes sayang, sekalian service sekalian. Katanya besok sore baru selesai, gapapa kan?"

Zelmira tersenyum lalu mengangguk, tampaknya wajah suaminya tampak pucat dan lelah.

Azzam berjalan lesu ke kasur menghampiri istrinya, kepalanya ia sandarkan ke paha istrinya mencoba memejamkan mata sejenak.

"Kamu sakit?" Zelmira memegang pelipis azzam yang hangat, juga pipinya yang semakin tirus.

Azzam menggeleng. "Nggak kok, paling karena banyak pikiran aja aku jadi pusing dan kurusan sayang"

Azzam mendongak menatap wajah cantik istrinya yang tengah memandanginya. "Ish kenapa? Mandangin aku terus ganteng ya?"

Zelmira berdecih,"kamu masih narsis ya? Gemes deh" Zelmira mencubit pipi azzam.

Takmau kalah azzam menggelitik habis zelmira, ia tau saja istrinya itu tidak tahan geli, mereka berdua terkekeh.

"Rasanya udah lama nggak bertemu kamu, aku kangen banget padahal ketemu tiap hari sama kamu,"

Mendengar itu zelmira tersipu bersembunyi di dada azzam, malu-malu.

"Aku harap kita seperti ini terus ya sayang?"
Zelmira memeluk azzam posesif.

"Aduh umi mu main peluk-peluk abi, mode manja nih" azzam menoel pipi istrinya, seraya memperhatikan box bayi yang tiduri zafran, tampak anteng sekali tidak tergangu.

"Ish bukan umi, tapi bunda mas,"

"Oh jadi kamu mau di panggil bunda, bagaimana kalau aku di panggil baba?"

Untuk kesekian kalinya mereka terkekeh.

"Aku serius Ra, aku baba kamu bunda ya? Deal nih?"

Rengekan bayi terdengar nyaring.

Gus AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang