43. mas ya allah

422 20 6
                                    


"Hati-hati ya selama disana, jaga Zahra baik-baik. Dia sudah saya anggap adik sendiri, nanti ada sedikit TF an dari saya sama Abi buat kamu disana sambil cari kerja" Azzam mengimpug nomor Rekening yang tertera nama Arfan, yang sedang berpamitan sebelum menuju bandara.

"Matur nuwun zam, maafin saya ya? Makasih sudah sangat baik sama saya," Arfan memandang sepupunya, tak seperti biasanya dengan tatapan tajam, tatapannya menjadi lembut.

"Sama-sama, semua sudah berlalu. Sekarang lembaran baru telah terbuka, semangat ya di Jerman!"

Arfan mengangguk lalu pergi ke dalam mobil yang mengantarkan dengan Zahra ke Jerman, hari ini ia meninggalkan kota malang yang penuh trauma tapi akhir-akhir ini kota ini menjadi kota penuh kebahagiaan bagi dirinya.

Azzam kembali memasuki ndalem, mendudukkan dirinya di sofa coklat muda, ndalem hari ini sangat sepi sejak kepergian zelmira pagi-pagi tadi di butik yang akan berangkat ke Surabaya bersama beberapa karyawan untuk mencari supply kain untuk butik sekaligus liburan karyawan sekedar ziarah dan makan bersama sekaligus reward, mengingat stok di gudang sudah terjual habis.

2 khadimah di rumahnya beserta zafran pun dibawa karena zelmira izin menginap selama 3 hari, jadi saat ini Azzam akan sendirian di ndalem, ia memutuskan untuk menginap di ndalem utama agar dia tidak terlalu kesepian.

Ia menaiki mobilnya menuju kantor 3 lantai di samping jalan raya, Azzam memasuki bangunan itu di sambut karyawan yang menyapanya sopan.

Hari ini banyak customer yang sedang berkonsultasi ataupun sedang setoran tabungan di bisnis travelnya, Azzam mengamati kinerja dari karyawan dengan SOP yang ia buat. Cukup memuaskan!

"Pak ini beberapa ide dari tim pemasaran, tolong njenengan baca-baca dulu sebelum meeting nanti ya." Sekretarisnya memberikan tumpukan dokumen bersampul biru.

"Nggih, nanti meeting jangan di kantor ya. Di luar aja sekalian pesenin makan siang juga buat karyawan," Azzam memasang kacamatanya untuk memeriksa dokumen.

"Baik, saya akan reservasi terlebih dahulu untuk 18 orang ya pak"

Azzam mengangguk, lalu sang sekretaris meninggalkan ruangannya. Beginilah kehidupan sehari-harinya sekarang bekerja dengan tumpukan dokumen, ia jadi mengingat saat ia mengajar di madrasah, tapi saat ini tidak memungkinkan karena terbatasnya waktunya.

Ia menerima telfon dari istri tercantiknya, rupanya sang istri sedang seru-seruan staycation di hotel bersama karyawan-karyawannya. Sebelum menutup telfon Azzam menasehati zelmira agar selalu menjaga makan dan kesehatan dirinya.

Setelah meeting selesai dan menikmati makan siang hari ini, Azzam memutuskan kembali ke ndalem untuk segera beristirahat karena jadwal yang mulai longgar.

"Sudah maem ta le?" Uminya menerima ciuman tangan dari putranya.

"Sampon umi, oh ya mi aku mau minta kunci kamarku"

Setelah menerima kunci itu di tangannya, Azzam membuka ruangan bercat putih dengan barang-barang yang masih tertata rapi. Azzam melarang siapapun merubah tatanan kamarnya, meskipun ia sudah pindah rumah, ia tidak membiarkan seseorang menempati / merubah kamar masa mudanya ini.

"Jangan tinggalin aku, Mira" Azzam menarik tangan istrinya yang beranjak pergi darinya.

"Maafkan aku mas," zelmira menatap iba meskipun air matanya terus menetes, bertolak belakang dengan kemauan hatinya yang ingin menetap.

"Jangan-jangan" Azzam mengingau didalam tidurnya, uminya yang mendengar langsung tergopoh-gopoh berlari takut keblabasan.

"Le, bangun le" umi menepuk pipi putranya.

Gus AzzamWhere stories live. Discover now