Lembar 26 || Awal Mula Larangan Itu.

39 17 1
                                    

Setelah perang usai, Kivan, Sanja, Janu, mas Naung beserta teman-teman prajuritnya ditugaskan menjaga keamanan disekitar lapangan Bubat, dan yang lain mengubur mayat-mayat yang gugur dimedan perang.

Dan tak lama kemudian Gajah Mada maju ketengah-tengah lapangan dan berorasi,

"Dengan berakhirnya perang ini, dan terbunuhnya raja Sunda Galuh, berarti tanah Sunda telah menjadi bagian dari kerajaan Majapahit, dan akhirnya terpenuhi lah sumpahku untuk mempersatukan bumi Nusantara dibawah kibaran panji Majapahit!!" Teriak Gajah Mada dengan mengangkat kerisnya tinggi-tinggi seakan ingin membelah langit.

Dan teriakannya itu disambut riuh oleh semua prajuritnya.

"Horeee, hidup Majapahit, hidup Majapahit!"

Disaat semua teman prajuritnya tengah bersorak sorai karena kemenangan ini, Kivan dan ketiga temannya saling berbisik, sejujurnya mereka sedikit tidak menyetujui sikap sang Patih yang terkesan seperti seorang pengecut.

"Ini bukan peperangan ala kesatria, ini adalah pembantaian dengan strategi penuh kelicikan! Walau aku terlahir sebagai orang Jawa, tapi kalau boleh jujur aku sedikit ngerasa nggak bangga atas kemenangan ini. Dan entah kenapa aku jauh lebih bangga dan menghargai sikap raja Sunda yang rela mati terhormat demi kehormatan kerajaannya," kata Janu ditengah selebrasi atas berhasilnya Majapahit menaklukan Sunda.

"Aku setuju, tapi kalau emang sejarah ini benar adanya, maaf eyang gajah mada saya dan teman-teman agak kecewa dengan kelicikan eyang. Tapi tanpa eyang dan juga yang lainnya, negara dan nama Indonesia mungkin tidak akan pernah ada," jawab Kivan,

Mas Naung dan Sanja hanya mengangguk setuju dengan di iringi raut wajah mereka yang sedih dan kecewa.

Saat tengah asik meratapi kekecewaan, mereka mendengar suara yang memanggilnya bak halilintar.

"Hei kalian berempat! Menapa kalian dari tadi hanya diam bak patung batu? Apa kalian tidak bangga dan senang dengan kemenangan ini?" Tegur Gajah Mada tegas tapi seram.

"Ampun eyang, eh m-maksudnya ampun Patih bukannya tidak bangga ataupun tidak senang dengan kemenangan yang kita peroleh ini. Hanya saja kami tidak tau lagi harus berbuat apa," jawab Kivan panik.

"Oh begitu rupanya, baik sekarang kalian aku tugaskan menjaga para rombongan putri Sunda, jangan sampai mereka melarikan diri. Mereka akan aku jadikan tawanan agar kerajaan Sunda Galuh benar-benar tunduk dan takluk mengakui kekalahanya," ujar Gajah Mada lagi.

Akhirnya mereka berempat segera menuju ke sisi timur lapangan Bubat, di pesanggrahan sebelah timur Bubat telah nampak putri-putri dari kerajaan sunda, banyak anggota keluarga kerajaan yang ikut, banyak anak-anak dan orang-orang tua, mereka nampak sedih mendengar semua laki-laki dalam rombongan telah gugur di medan perang.

Mereka duduk bersila dan berbaris rapi di halaman pesanggrahan, semua menggenakan pakaian putih, bersila dengan pisau belati di tangan masing-masing ada yang hanya memegang tusuk konde ada juga yang memegang belati.

Nampak putri Dyah Pitaloka duduk bersila di barisan paling depan, tak berapa lama matanya menatap ke arah mereka berempat.

Lalu sedetik kemudian putri Dyah Pitaloka menganggukan kepalanya seolah sedang memberi isyarat kepada mereka berempat agar mendekat. Namun sayangnya tidak ada yang berani mendekati sang putri, mereka takut kalau-kalau putri itu ingin balas dendam dengan mereka karena sedari tadi sang putri menggenggam sebilah belati di tangannya.

Karena diantara mereka berempat tidak yang berani akhirnya mau tidak mau Kivan yang memutuskan untuk mendekati sang putri sebagai perwakilan.

Laki-laki itu pun mendekat padanya dengan penuh keraguan, mungkinkah dia akan membunuh cowok itu atau bahkan menyanderanya?

Get Lost In The 14th Century [END].Donde viven las historias. Descúbrelo ahora