Lembar 24 || Di Pertemukan Kembali.

42 12 24
                                    

Di istana Majapahit terdengar berita bahwa Raja Hayam Wuruk menaruh hati kepada seorang putri dari Kerajaan Sunda, maka dari itu raja mengutus seorang patih yang kala itu menjabat sebagai patih di negeri bawahan bernama Patih Madhu.

Raja meminta Patih Madhu untuk mengirim surat undangan sekaligus pinangan kepada Sang Ratu Maharaja dari kerajaan Sunda untuk datang ke kerajaan Vilvatikta.

Sang patih menyanggupi, namun ia meminta izin kepada Raja untuk menunjuk tiga prajurit Majapahit untuk menemaninya dalam perjalanan tersebut, sang Raja menyanggupi. Lalu ia memerintahkan prajuritnya untuk memberitahukan kepada prajurit yang lain.

"Hei! Baginda Raja Hayam Wuruk mengutus tiga orang dari kita untuk ikut mendampingi Patih Madhu mengantarkan surat undangan ke negeri Sunda!" Teriak salah satu prajurit disana.

"Lalu raja memilih siapa di antara kita?" Tanya prajurit yang lainnya lagi.

"Tidak tahu, beliau hanya mengutusku untuk memanggil tiga orang dari kita."

"Kalau begitu kau saja yang pilihkan."

Si prajurit yang tadi mengabarkan tengah berpikir.

"Kusuma, Manggala dan Mahanta saja kalau begitu," putusnya.

Prajurit itu akhirnya menunjuk mereka bertiga, sementara Kivan yang di tunjuk hanya tolah-toleh ke sekeliling lalu sedetik kemudian menunjuk dirinya sendiri. Cowok itu tengah memastikan siapa yang di maksud 'kamu' oleh teman prajuritnya.

"Iya. Cepat kalian bertiga segera ke gerbang Selatan, Patih Madhu sudah menunggu kalian disana, jawab prajurit tersebut.

Akhirnya mau tidak mau mereka pergi mendampingi Patih Madhu mengantarkan surat undangan itu. Perjalanan dari Majapatih ke Kerajaan Sunda sangat jauh, walaupun mereka menggunakan kuda sebagai alat transportasi tetapi mereka terkadang berhenti sejenak untuk beristirahat.

Setelah sekian lama menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di istana kerajaan Sunda. Sesampainya di sana dan setelah di perbolehkan masuk oleh prajurit istana Sunda, mereka pun masuk.

Namun saat melewati taman istana, Kivan dan mas Naung melihat seorang gadis yang pernah ia temui di Trowulan. Dengan segera Kivan dan mas Naung menemui putri istana tersebut.

Kedua gadis itu berada di lokasi yang sama namun di sudut taman yang berbeda, yang satu berada di tempat air mancur yang satu tengah menyirami tanaman di taman yang lumayan luas.

"Lah itu cewek kan yang aku tolongin waktu itu. Dia seorang gadis istana juga?" Gumamnya. Mas Naung tidak mengatahui bahwa gadis yang ia temui itu merupakan gadis istana juga.

Saat mas Naung masih shock dengan apa yang ia ketahui, Kivan telah lebih dahulu menghampiri gadis pujaan hatinya, lalu dua detik kemudian giliran mas Naung yang menghampiri perempuan yang beberapa hari lalu ia tolong.

Melihat kedua temannya yang melenggang pergi kearah yang berlawanan dengan ruang raja membuat Janu keheranan. Pasalnya ia takut jika mereka ketahuan Patih Madhu bagaimana.

"Heh! Kalian mau kemana? Balik anjiirr, ntar Patih Madhu marah gimana? Wooyy! Ck aelah tuh anak dua nggak bisa banget ngelihat yang bening dikit," kesalnya.

Karena takut dimarahi akhirnya hanya Janu yang ikut ke ruangan raja, sementara mas Naung dan Kivan sibuk menemui pujaan hati masing-masing.

"Mai-ah bukan, Nyimas Maisha!" Panggil mas Naung begitu hampir mendekati putri kerajaan itu.

"Loh, kamu Manggala kan? Yang menolong ku waktu itu?" Tanya nya terkejut saat melihat kemunculan mas Naung yang tiba-tiba.

Mas Naung pun tersenyum dan mengangguk menanggapinya.

Get Lost In The 14th Century [END].Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora