002 [Haluan Kedua]

6 1 0
                                    

Jeju...

Haluan kedua

Masih dengan nama yang sama, 'Moon' terkecuali sang eomma. Haluan kedua yang mereka ambil tujuh tahun silam.

Pukul 20.21 malam, seorang pemuda berjalan melewati jalan basah kota Jeju, dan bergegas mebaiki bas untuk kembali pulang sehabis dari rumah sakit.

Sesampainya disana, ia memasuki kawasan perumahannya dan berjalan cepat menuju kediaman sederhananya dan ketiga saudaranya.

Sang eomma? Tentu saja di rumah sakit, ia memiliki penyakit serius sejak beberapa tahun silam.

Kehidupan mereka sejak pindah kesini sangat sederhana namun berkecukupan. Eomma yang mengajarkan mereka erti kesederhanaan dan kedamaian.

Kata eomma, 'Hidup itu sederhana saja, setidaknya wang harus berdampingan dengan kedamaian, sia-sia kalau ada wang tapi tidak ada kedamaian' itu kata-kata yang membuat mereka hidup lebih sederhana, namun damai di dalamnya.

Dengan bapa saudara dari eomma yang menjaga syaikat yang tidak kecil dan tidak besar milik eomma untuk diwariskan pada abang tertua, pada saat waktunya tiba.

Pemuda itu menutup pintu pagar dan berjalan ke arah pintu, ia membuka knop pintu dan di sambut sang abang yang tersenyum manis ke arahnya.

"Haechan, masuk dulu. Aku nak cakap sesuatu" ucap Renjun kepada Haechan yang baru saja pulang. Dengan segera Haechan masuk dan duduk di sofa ruang keluarga.

"Adik-adik yang lain mana hyung?" tanya Haechan

"Ada tuh dalam bilik, Jisung dengan Jaemin tengah tidur. Dari tadi dorang risau dengan eomma, macam mana perkembangannya?" tanya Renjun di balas anggukan Haechan.

"Macam tu lah. Penyakit eomma makin parah, doktor tak jelaskan lebih lanjut. Geram gila aku tadi" balas Haechan."

"Patutnya hyung yang ada dekat sana tadi, maaf ya. Hyung tengah urus syarikat eomma." jelas Renjun.

"Yeu, tak apa. Nanti kalau bukan hyung yang urus syaikat eomma, kita makan apa?" kekeh Haechan di balas senyuman Renjun. Meskipun ia masih belajar, ia terbilang cukup dewasa, bukan dia yang mau, tapi dunia yang memaksa.

"Hyung, izin keluar"

Haechan dan Renjun menoleh ke arah tangga , di sana ada Jaemin yang sudah memakai jaket kulit hitam dan jeans hitam dengan helm full face di tangannya.

"Nak merempit eh kau?" tanya Haechan membuat Jaemin mendengus kesal.

''Yeu, fitnah. Aku nak pergi jalan-jalan je makan angin" ucap Jaemin berjalan mendekati pintu.

"Jangan balik lewat" tegur Renjun di balas thumbs up oleh Jaemin yang sudah menyalakan motornya dan melaju menjauhi kediamannya.


"Jangan balik lewat" tegur Renjun di balas thumbs up oleh Jaemin yang sudah menyalakan motornya dan melaju menjauhi kediamannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Disinilah Jaemin berada. Setelah membekah jalanan kota Jeju, tujuan utamanya ialah rumah sakit, tempat sang eomma dirawat.

"Eomma"

Jaemin menggenggam tangan sang eomma yang tadi ia kira sedang tidur. Jaemin memperbaiki posisi duduknya dengan tangan yang masih menggenggam tangan eommanya.

"Tak ada apa eomma"

"Tak apa, cerita dengan eomma hm... mungkin cerita kamu yang terakhir eeomma dengar" ucapnya.

"Apa eomma cakap ni. Eomma pasti sembuh" ucap Jaemin kesal. Setiap saat eommanya selalu membawa-bawa kematian, bahkan ia sudah muak begitupun dengan saudara yang lain.

"Iya, maaf. Cepat sekarang cerita"

Jaemin menghela nafas sebentar, lalu menatap tangannya yang sedang menggenggam tangan sang ibu.

"Eomma, tak salahkan kalau Jaemin cari keberadaan saudara Jaemin yang lain?" tanyanya pelan sambil menundukkan kepala.

"Sayang, tak salah. Kamu bakal terus jadi Moon dan selamanya bakal jadi Moon, tapi kamu tak perlu cari mereka" ujar sang eomma membuat Jaemin bingung.

"Jaemin, ini rancangan eomma dan appa beberapa tahun lalu, kalau semisalnya eomma dah tak ada, kamu dan saudara yang lain bakal pindah hak asuh ke appa"

"Eomma hidup juga tak akan lama. Jadi setelah kepergian eomma , kamu pulang ke Seoul, cari mereka. Asal kamu tau Jaemin, saudara kamu disana semua hidup bertiga, appa kamu sudah ada keluarga baru, ya meski kewangan ditanggung ayah"


 Asal kamu tau Jaemin, saudara kamu disana semua hidup bertiga, appa kamu sudah ada keluarga baru, ya meski kewangan ditanggung ayah"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Beberapa jam berlalu, dua jam yang lalu ia baru saja pulang dari rumah sakit dan sekarang ia berada di taman menikmati angin malam.

Hingga bunyi telefonnya membuatnya memeriksa dan terdapat pesan dari saudaranya.

Renjun Hyung

| Jaem, ke umah sakit.

| Eomma drop.

Pukul 23.58 PM

Dengan segera ia melaju, membelah jalanan kota Jeju yang sekarang full basah kerana hujan baru saja melanda kota itu.

Ia bergegas, melewati para pesakit dan perawar yang berlalu Lalang di hadapannya, hingga netranya bertemu dengan sang abang, Renjun. Yang sedang mara sembari menunjuk-nunjuk sang doktor di depannya.

"Hei, ada apa hyung?'

Renjun menoleh sebentar, dan kembali menatap doktor tersebut dengan penuh kebencian.

"Saya dah bayar mahal-mahal untul eomma saya sembuh, tapi kenapa kematian yang saya dapatkan?!"

Jaemin tertegun mendengarnya. Ia kembali melihatnya abangnya Haechan yang berlari menghampiri Renjun, menarik Renjun menjauh dan meminta maaf pada doktor.

Tak lama, ia melihat Jisung yang berjalan pelan kearahnya, dengan mata yang bengkak, ia langsung memeluk Jaemin dengan lemas.

"Tenang dik"

Jaemin tanpa sedar menepuk belakang Jisung dan ikut menitikkan air matanya sedikit. Dapat dilihat, tak jauh dari sana, ia juga melihat Renjun yang di tenangkan oleh Haechan.

"Jangan sedih, hyung disini. Kalau kamu rindu eomma, ada hyung" ucap Jaemin pada Jisung pada Jisung yang memeluknya.







Tujuh Halaman || NCT DREAM Where stories live. Discover now