004 [Kita Sudah Hancur]

5 1 0
                                    

Renjun menatap adik-adiknya sekilas yang sedang lahap memakan masakannya dengan senyuman yang tidak pernah pudar dari tempatnya.

Ia tersenyum, bagi Renjun saudaranya ialah hal yang paling penting dan berharga, entah hany meeka bertiga atau yang lainnya, dia bersyukur kerana mengikuti haluan eomma.

Eomma selalu mengajarkan hal yang ia tidak tahu, tentang dunia, dan hal yang lain. Eomma juga membesarkan mereka dengan kasih saying, ia tak salah pilih haluan. Fikirnya, bukan fikir yang lain.

"Jangan ada yang pergi dulu, hyung nak cakap sikit" ucap Renjun yang mendapati semua adiknya sudah menghabiskan makanannya.

Mereka menoleh ke arah Renjun, memperbaiki posisi duduk mereka menghadap ke arah Renjun. Itu sudah menjadi ajaran sang ibu sejak beberapa tahun silam.

"Sebenarnya bukan hyung yang nak cakap, ya kan dik?" ucap Renjun dengan mata menatap ke arah Jaemin yang sedang menunjuk dirinya dengan tatapan bingung.

"Lah, kenapa aku pula?"

"Iyalah, Eomma dah bagitahu kau kan?"

"Oh, iya"

Yang lain menoleh kepada Jaemin dan Renjun secara bergantian, Jaemin awalnya ragu akhirnya mendongak menatap yang lain berkat tepukan Renjun di belakangnya.

"Jadi?" tanya Haechan yang dilanda perasaan ingin tahu yang membuak-buak.

"Kita akan pergi Seoul" ucap Jaemin pelan.

Setelah ia mengatakan itu, hanya ketenangan yang ia dapatkan, ia kembali menatap Haechan dan Jisung, terlihat jelas raut wajah Haechan berubah drastik, sedangkan Jisung yang biasa saja.

BRAK!

"HAECHAN! HYUNG TAK AJAR MACAM TU!" tengking Renjun kala Haechan tiba tiba menghentak meja dan menatap saudaranya yang lain.

"Aku tahu alasan kita pulang ke Seoul, kau nak duduk dengan saudara kau tu kan? Kau nak tinggal Eomma dekat sini? Tempat ni? Jeju? Tempat yang dah teman kita selama tujuh tahun? Kau gila ke?!" ujar Haechan emosi.

"INI JUGA PERMINTAAN EOMMA"

Renjun mengurut pelipisnya, ia menatap Haechan dan Jaemin bergantian yang sudah saling emosi.

"DAHTU KENAPA TAK DEKAT SINI JE? KENAPA MEREKA YANG TAK DATANG SINI?!"

"MANA LA AKU TAU!"

Masih terus bergaduh mulut di meja makan. Renjun menghela nafas dalam membiarkannya sebentar, namun lama kelamaan ia ikut terpancing. Sedangkan Jisung hanya memandang abang-abangnya, jarang sekali ia melihat pemandangan di depannya.

"DUDUK!"

Renjun berucap, Jaemin dan Haechan menoleh ke arah Renjun yang sudah memerah. Dengan segera mereka duduk dengan yang ditundukkan, mereka kembali mengingat ajaran ibu kalau abang tertua sudah marah, sebaiknya dituruti.

"Hyung pernah ajar korang bertengkar di meja makan? Sejak bila korang jadi macam ni? Sopan ke macam tu?"

"Maaf hyung"

"Dengar hyung dulu"

"Kita tetap akan pulang ke Seoul, ni dah nasihat Eomma, terpaksa kita kembali ke haluan pertama. Maaf ya" ujar Renjun yang mendapat helaan nafas dari saudaranya yang lain.

"Esok lusa kita gerak, sekolah korang pon akan pindah ke sana. Rumah ni akan tetap dijaga, hyung tinggalkan ke samchon"

"Hyung tau ni susah, tapi terkadang kita harus keluar dari zon nyaman kita, kalau selamanya kita di zon nyaman. Tak akan ada proses untuk kehidupan menjadi lebih baik."

"Jangan risau, hyung akan jaga korang dekat sana." ujar Renjun

"Kita akan hadapi masalah tujuh tahun lalu, kita akan jumpa mereka lagi, jadi tolong siapkan lembaran baru korang, atau lembaran korang yang lama. Hyung yakin korang masih simpan di dalam memori lalu" ujar Renjun lalu berdiri dari kerusinya.

"Nanti kita akan balik lagi ke sini, suatu saat"

"Tapi bukan berempat, melainkan bertujuh"

Renjun menghampiri saudaranya dan mendepakan tangannya. Mereka yang faham langsung memeluk Renjun dengan damai, sedangkan malam ini menjadi saksi bisu keharmonian saudara 'Moon' tersebut.

"Percaya ya?"

Tujuh Halaman || NCT DREAM Where stories live. Discover now