Bagian Lima

90.9K 6.6K 63
                                    

Bel istirahat berdering nyaring. Berbeda dari hari-hari sebelumnya, kali ini Keana sengaja menjauh dari jangkauan anak-anak Erector, bahkan ia bertekad untuk tidak lagi bergelayut manja di lengan kokoh Morgan.

Begitu mendapat semangkuk batagor dan es teh manis, Keana mengayunkan kakinya menuju pojokan kantin. Awalnya senyum gadis itu sempat terukir saat menemukan kumpulan siswa yang ia yakini mau menerima keberadaannya. Sayangnya Keana terlalu cepat berekspektasi.

Baru juga meminta izin, para siswa itu sudah lebih dulu hengkang. Tak lupa mereka juga memberinya tatapan mencemooh, diikuti decakan malas. Meski sempat heran dengan sikap kekanakan yang dilayangkan padanya, namun kepala Keana dengan cepat beradaptasi.

"Semoga gue dikasih usus panjang, jadi gue bisa menghadapi semuanya!"

Mendesah panjang, Keana berusaha untuk acuh. Entah pada sikap para siswa, maupun hinaan yang mulai memenuhi telinganya.

Bodo amat lah, gue laper!.

Dengan rakus Keana melahap makanan berminyak di hadapannya. Sensasi renyah, gurih, pedas dan manis seketika menyatu dalam mulutnya, hingga membuatnya membelalak, sebelum akhirnya memilih untuk merapatkan kedua kelopak matanya.

Gila, gue nggak nyangka ternyata batagor bisa seenak ini!.

Sudah lama sekali indra pengecap Keana hanya disuguhkan makanan hambar, jadi tak heran jika ia sedikit melupakan sensasi menyantap makanan berminyak. Ada perasaan bahagia yang membuncah dalam dada Keana. Bahkan tanpa sadar kedua pelupuk matanya mulai di genangi oleh air, meski tak sampai menumpahkan kebahagiaannya di hadapan orang lain.

Dalam hati, Keana merapalkan banyak kalimat syukur karena bisa kembali merasakan hal semacam ini. Tuhan memang baik. Karena itu Keana kembali diberi kesempatan yang luar biasa nikmat, seperti sekarang.

Makasih banyak Tuhan, kali ini gue janji bakal melakukan semuanya dengan baik. Rasanya nggak rela kalo gue harus balik lagi ke penjara, apa lagi neraka.

Keana kembali mengisi mulutnya dengan gumpalan tepung itu. Tak lama senyumnya terukir, di detik selanjutnya wajah Keana kembali dihiasi dengan binar bahagia.

Makan yang banyak Kea. Inget kalo di neraka nggak ada makanan seenak ini, jadi lo harus memanfaatkan kesempatan yang Tuhan kasih!. Keana membatin, masih dengan mata terpejam bahagia.

Jauh dari tempat Keana, para anggota Erector memperhatikannya dengan penuh tanya tanya.

"Tumben Medusa nggak kesini?" Kael membuka topik pembicaraan, sekaligus membunuh rasa penasaran yang mengisi benak mereka.

Arden menyenggol lengan Sebastian. Aksinya berhasil memaksa Sebastian untuk memutus perhatiannya dari semangkuk bakso, yang berada tepat di depan matanya. Mendengus kasar, Sebastian mulai memamerkan wajah malasnya.

"Apaan?!" Sebastian bertanya sewot.

Arden menyeringai. "Tumben Adek lo nggak kesini, kena angin apa tuh?"

Sebastian sadar jika keempat laki-laki di depannya tengah menuntut jawaban atas perubahan sikap Keana. Tapi ia sendiri tak tau menau tentang hal semacam itu, terlebih hubungannya dan Keana tidak pernah menghangat.

Mengangkat bahu acuh. "Mana gue tau, capek kali di cuekin mulu sama si Morgan!" Sebastian membalas sekenanya, sebelum kembali menyantap makanannya dengan khidmat.

"Kalo diliat dari ekspresinya, gue ragu Keana ngelakuin ini cuma buat caper." Komentar Virgo, sukses mendatangkan atensi dari keempat sahabatnya.

Kael berdecak. "Kenapa malah ngomongin si Medusa sih, emang nggak ada topik pembicaraan lain ya?!" Sinisnya, mulai habis kesabaran, terlebih saat ingatan pagi tadi kembali mendatanginya.

SECOND CHANCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang