Taruhan

96 11 1
                                    

Seorang pria menatap langit mendung sambil sesekali menarik dan menghembuskan kembali napasnya dengan gusar.

Ia berjalan mondar-mandir dengan gelisah, mengusap wajahnya sebentar, lalu memutuskan untuk menelpon seseorang yang ia tunggu.

Sialnya

Baru tersadar kalau saat di kantor tadi, ia lupa mengisi daya ponselnya sehingga ponselnya mati, sedangkan power banknya tertinggal di apartemen.

Ia kembali melihat jam dengan wajah kesal. Benar-benar keterlaluan, bukan sekali dua kali ia di buat menunggu seperti ini.

Tak lama, terdengar suara klakson mobil membuat pria berkulit putih itu menoleh ke asal suara.

Sebuah mobil BMW berwarna hitam metalik berjalan lalu berhenti dihadapannya. Si empu pemilik mobil menurunkan kaca mobilnya dan memberikan cengiran khasnya.

 Si empu pemilik mobil menurunkan kaca mobilnya dan memberikan cengiran khasnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Sorry lama, New.”

“Lo tau berapa lama gue nunggu disini?" dengusnya sambil menunjuk-nunjuk jam Fossil di pergelangan tangannya.

“Iya iya, masuk dulu gih. Marah-marahnya nanti saja." ucapannya santai, terlihat sudah kebal dengan sikap galak sahabatnya.

Dengan wajah cemberut, New memasuki mobil lalu meletakan tas di pangkuannya dan melipat tangannya di dada. Mobil pun kembali berjalan membelah jalanan ibu kota ditengah hujan.

༺༻

“New, gue kan udah minta maaf. Masa lo masih kesel sih?” ucap Tay, ia tidak tahu jika kemarahan sahabatnya ini akan berlarut-larut hingga mereka sampai di apartemen milik New.

“Gue mau maafin lo, Tay. Tapi mengingat alasan terlambatnya lo, gue jadi kesel." jawab New berang.

“Ya, gue juga nggak tau bakal gini. Jane minta lagi, padahal dia sudah gue puasin.”

Jane? Jane yang mana lagi?
Jane yang...

Whatever, dari awal harusnya gue inget, lo pasti bakal terlambat kalau sudah berkaitan dengan wanita dan nafsu bejat lo itu." ucap New menghentak-hentakkan kaki saat ia berjalan memasuki area apartement miliknya, pertanda ia sangat kesal.

Ia merebahkan tubuhnya disofa merah ruang tamu dan meletakkan kepalanya di sandaran sofa.
Tay menggaruk kepalanya yang tak gatal, pertanda ia mulai frustasi. Ia sama sekali tidak bisa melihat sahabatnya itu marah.

Dengan cepat, ia duduk didekat kaki pria itu lalu memijatnya. Tay tahu apa yang harus ia lakukan.

“Apaan sih pake pijit-pijit?” New meliriknya sekilas lalu  mencoba menepis tangan Tay yang sedang memijat kakinya.

“Biar lo nggak marah, New. Jangan marah lagi ya." bujuk Tay sambil terus memijat kaki sahabatnya.

“Lo nggak ngerasain jadi gue, Tay. Capek tahu nungguin lo selama itu, " omel New.

METANOIA • TAYNEW AUWhere stories live. Discover now