Amarah

52 9 1
                                    

New memutuskan menjauhi Lee agar tidak jatuh dilubang yang sama kedua kalinya, dirinya tak ingin hal yang terjadi malam itu terulang kembali bahkan bisa lebih parah.

"Waktu itu kamu kemana, kok menghilang?" tanya Tay saat New menghampirinya di ruangannya.

"Sudah dicek draftnya, Pak?"

"New, aku tanya sama kamu."

"Maaf Pak, saya harus kembali ke meja saya, masih banyak yang harus saya kerjain."

New pergi meninggalkan Tay yang bertanya-tanya kenapa sahabatnya seperti itu.

New sadar, saat ini yang bersikap kekanak-kanakan tapi kalau tidak begini, Tay akan mengulangnya terus menerus dan beruntungnya New setelah hari dimana bertemu Lee, Tay pergi keluar negeri untuk bertemu investor.

New juga ingin mengurangi intensitas bertemu dengan bosnya untuk saat ini  karena New mulai mendengar gosip tentangnya.

Semua itu bertambah parah seiring seringnya datang berbagai macam hadiah dari Lee, salah satu upaya agar New memberinya kesempatan.

"Nih New, dari pos security." kata Gun seraya menyerahkan sebuah buket bunga mawar putih kepada New.

New mengambilnya dan meletakkan begitu saja bunga itu di bawah mejanya dimana ia menaruh semua hadiah yang belum sempat dibawa pulang.

Gun menatap takjub kearah tumpukkan hadiah itu sambil berkata, "Gila, banyak banget. Nggak sayang duit kali ya si Lee itu..."

"Ya, mau gimana lagi. Gue pengennya Lee stop tapi caranya bagaimana?"

"Ya lo terima dia, itu satu-satunya cara agar dia berhenti ngirimin lo hadiah." usul Manda disambut pukulan kecil dikepalanya.

"Lo gila nyuruh gue nerima dia? Lo nggak ingat apa yang dia lakukan sama gue?"

"Iya,gue ingat kok. Oh iya, gimana ulang tahunmu? Ada rencana dinner sama Tay?" tanya Manda membuat New terdiam.

Ulang tahun?

Segera New meraih kalender mejanya dan baru sadar kalau besok hari kelahirannya, "gue lupa, Gun."

"Sudah gue tebak lo pasti lupa. Oke, gue balik ke ruangan, bye New."

New mengingat kembali tahun-tahun sebelumnya, ia biasa merayakan hari kelahirannya bersama Tay, entah dengan makan malam ataupun sekedar movie time bersama sahabatnya itu.

༺༻

Suara ketukan pintu semakin keras sukses membuat tidur nyenyak New terganggu. Dia memutuskan untuk tidur sepulang kerja karena mendadak kepalanya sakit dan pandangannya seperti berputar.

Rasa pusing dikepalanya semakin berdenyut,dia mengerang sebal saat mendengar suara bel dan ketukan pintu yang tak henti-hentinya bahkan semakin menjadi-jadi.

New berdiri sempoyongan mendekati pintu depan. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

"Lama banget sih, New! Astaga jam segini sudah tidur," seru Tay seraya masuk ke dalam rumah.

New tak memedulikan Tay yang terus mengomel tak jelas. Dia memilih kembali ke kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang.

Saat ini, dia hanya membutuhkan tidur.

"Kok tidur lagi? Jangan salahkan kalau aku juga ikutan tidur."

"Apaan sih, Tay, kamu berisik banget. Aku sakit kepala dan butuh tidur. Terserah kamu mau ngapain, aku mau tidur," seru New membuat Tay menarik nafas.

Melihat New tertidur membelakanginya, mendadak membuat dirinya mengantuk. Setelah melepaskan jaket yang ia pakai, Tay merebahkan tubuhnya disisi ranjang yang kosong.

New merasakan  pergerakan dibelakangnya tapi ia diam saja karena ia merasa terlalu pusing untuk berdebat dengan manusia satu itu.

Di dalam kamar, hanya sepi yang terasa, sesekali deru nafas yang terdengar diantara mereka.
"New, kamu udah tidur?" tanya Tay namun hanya deru nafas yang terdengar.

Pria itu pun melanjutkan apa yang diucapkannya, "Aku nggak tau apa yang membuat kamu sebegitu marah sama aku, tapi aku minta maaf karena itu."

"Kamu nggak tau apa yang membuat aku marah? Kamu cuekin aku, Tay disaat kita lagi makan. Kamu cuekin aku gara-gara mantanmu yang cantik itu. Aku tau aku nggak kaya dia, Tay, tapi jangan seenaknya," seru New, tubuhnya duduk menghadap Tay hingga membuat pria itu kaget.

Entah kenapa mendengar apa yang baru saja diucapkan Tay membuat New tersulut emosinya dan mendadak gregetan.

"Makan? Mantan? Oalah, aku ingat."

"Kalau kamu sudah ingat, kamu taukan dimana pintu keluarnya. Tinggalin aku sendiri."

"New, aku minta maaf soal waktu itu. Please jangan marah sama aku, kamu taukan aku nggak bisa dicuekin sama kamu." Tay langsung mendekap tubuh New dengan erat, mencoba meredam amarah sahabatnya.

"Bukannya aku mau marah gimana, kamu sering begini apalagi berhubungan sama wanita," ujar New pelan setelah emosinya mereda.

Seperti biasa, pelukan Tay bisa membuat segalanya berubah. Amarah, kesal seketika lenyap berubah menjadi tenang.

"Sudah nggak marah lagi kan?"

"Nggak kok, tapi kamu nggak lupa kan besok lusa ada apa?"

"Hem,, ingat kok."

Sebenarnya Tay lupa ada apa pada besok lusa tapi ia tak ingin New kembali marah dan cuek padanya. Setelah ini, ia akan coba mengingatnya.

METANOIA • TAYNEW AUWhere stories live. Discover now