25. Menjaga (✓)

30.2K 1.5K 37
                                    


Tandai kalau typo ya..

Happy reading




Lyora masuk kedalam ruang kerja dikantor Rafe tanpa mengetuk, dia masuk dalam keadaan menyedihkan dengan air matanya yang berlinang turun dari kedua matanya membasahi pipinya.
"Hikss Rafe.." tangisnya pilu.

Shankara disudut ruangan sedikit mengangkat kepalanya kearah Lyora, namun kembali tidak melirik Lyora setelah itu.
"Sakit Rafe" lanjut Lyora.

"Kita sedang sibuk Lyora" hanya itu tang Rafe berikan sebagai jawaban.

Ini bukan untuk pertama kalinya mereka melihat Lyora dengan keadaan seperti ini, penampilan acak-acakan, memar disekujur tubuh Lyora, memar bekas pukulan bahkan sayatan.

"Aku ga kuat Rafe.. aku cape"

Rafe masih sibuk dengan pekerjaannya tangannya masih fokus mengetik keyboard tatapannya sepenuhnya berada dilayar komputer dihadapannya, begitu juga Shankara mereka mencoba untuk mengabaikan Lyora seperti akhir-akhir ini.

Lyora yang merasa sedih dan semakin sedih karena tidak ada yang memepedulikan dirinya, matanya menyisiri meja dimana Rafe berada seperti mencari sesuatu, tepat didekatnya matanya tertuju pada cutter yang terletak diantara kertas file yang berjejeran.
Dengan cepat diaa meraih cutter tersebut dan mengarahkannya pada pergelangan tangannya.
"Hidup aku ga ada artinya lagi"

Mata Rafe sedikit kaget saat mendapati pergerakan Lyora yang mengambil sesuatu, sudut matanya menangkap saat Lyora mengambil cutter itu dari tempatnya.

"Lyora!"
Tak sempat Rafe menahan Lyora, tangan Lyora sudah terlebih dahulu mengeluarkan darah. Rafe bangkit, menarik cutter tersebut dan mencampakkannya begitu saja.
"Lo gila!" Bentak Rafe meraih pergelangan tangan Lyora dengan darah yang berlomba-lomba keluar dari luka sayatan itu.

Lyora tersenyum getir, "aku cape.."
"Apa arti hidup aku?"

Matanya menatap Rafe kosong, "biarin ini berakhir"
"Aku pengen tidur kak" lirih Lyora pelan sebelum dirinya limbung dan ditahan Rafe.

"Sial!" Umpat Rafe.

Bahkan Shankara yang tadinya duduk seketika bangkit saat Lyora dengan nekad menyanyat pergelangan tangannya.

Rafe mengangkat Lyora dan segera membawanya pergi ke rumah sakit diikuti Shankara yang juga terlihat sama paniknya dengan Rafe.

•••

Tidak ada yang mengeluarkan suara, Rafe maupun Shankara sama-sama terdiam, mereka sedang merenungi apa yang sedang terjadi.

Apakah mereka salah mengabaikan Lyora yang terlihat sangat rapuh?
Hanya itu isi pikiran mereka berdua.

Rafe terduduk didepan ruangan dimana Lyora ditangani, kepalanya menatap kebawah dengan kedua tangannya yang menopang.
Dia tidak tahu apa yang dia lakukan itu benar atau salah. Rafe bingung.

Rafe mengabarkan Zela yang berada dirumah bahwa hari ini dia tidak akan pulang kerumah, dia akan berada dirumah sakit sementara waktu untuk menunggu Lyora mungkin sebagai bentuk pertanggung jawaban. Sedangkan Shankara sudah pergi karena sedang ada urusan, terpaksa Rafe lah yang harus berada disini.

Awalnya Zela ingin menyusul namun sudah terlalu larut malam bagi Zela untuk datang kesini, Rafe menyuruh Zela untuk datang saja esok hari, dirinya lah yang akan menjemput Zela nanti.

Dia tak ingin Zela lelah nantinya kalau saja Zela harus datang dimalam larut seperti ini.

Setelah beberapa saat, dokter akhirnya keluar dari ruangan Lyora, "dengan keluarga pasien Lyora?"
Rafe mengangguk, "pasien mengalami depresi berat sehingga menyebabkan dirinya nekad ingin mengakhiri hidupnya" jelas dokter tersebut.

Zelaina Transmigration (End)Where stories live. Discover now