Usai kejadian malam tadi, di mana Mark yang menampar Haechan, membuat Mark tak bisa tidur dan hanya bisa bergerak gelisah.
Bahkan, malam sudah berganti pagi, pemuda itu masih saja gelisah dan dilingkupi rasa bersalah.
Mark bahkan tak segan-segan untuk meninju tembok dengan menggunakan tangannya yang sudah menampar pipi mulus milik Haechan.
Hingga akhirnya, sikap pengecutnya kembali membuat dirinya meminta tolong pada Lucas. Di mana dia meminta tolong sang sahabat, agar Lucas mencari informasi tentang Haechan yang belum dia lihat sedikitpun hingga jam istirahat kedua.
"Ryu! Lo lihat Haechan gak?!" tanya Lucas.
Siswi dengan papan nama Ryujin itu menatap Lucas dan Mark dengan tatapannya yang tidak bersahabat.
"Ngapain nyari sahabat gue, sih? Disuruh sama teman lo yang Bajingan itu?" tanya Ryujin menyindir Mark.
"..."
"Nggak usah banyak menye-menye. Mending lo pergi aja bareng teman Bangsat lo itu! Bisa aja sahabat gue hilang gara-gara dia hadir lagi!" sinis Ryujin.
"Mending pergi jauh-jauh dari lingkungan sahabat gue, daripada sahabat gue tiap kali terluka gara-gara si Bastard!" ucap Ryujin sambil menunjuk Mark tanpa rasa ragu.
Ryujin langsung pergi begitu saja tanpa memberitahukan di mana Haechan sekarang.
Lucas yang tak paham dengan duduk masalah, langsung saja dengan cepat dia menatap ke arah sahabat sekaligus sepupunya itu.
"Sebenarnya, apa yang terjadi sih, Mark? Itu Ryu sampai kelihatan marah banget sama lo. Mana gue ikut-ikutan pula," heran Lucas.
"Gue kenal Ryu yah, Mark. Dia itu anaknya nggak perduli sama lingkungan. Baru mau bicara kalau sama sahabat akrabnya doang, Haechan," lanjut Lucas.
Dengan pasrah Mark akhirnya menceritakan kejadian semalam pada Lucas. Di mana dia tanpa sadar melayangkan tamparannya pada pipi mulus milik Haechan.
Lucas menganga lebar saat mendengarkan setiap penjelasan rinci dari Mark, lalu tak lama dia menggelengkan kepalanya karena tak percaya.
"Lo tahu gunanya tangan cowok buat cowok kayak Haechan itu apa?" tanya Lucas.
"Gue tahu kalau lo nggak suka sama dia, Mark. Tapi, seenggaknya jangan pergunakan tangan lo buat main fisik!"
"Cowok submisif kayak Haechan itu hampir punya perangai yang kayak perempuan."
"Dikit aja lo gores hatinya, itu membekas banget di otaknya."
"Apalagi kalau sampai main fisik gitu kayak dia."
"Yakin kalau dia bakalan maafin lo, walaupun lo tahu kalau dia suka sama lo?"
Lucas tanpa ragu mencacar sahabatnya itu dengan banyaknya argumen tak suka.
Dia tahu kalau selama ini Haechan membuat Mark risih karena selalu saja menempeli sahabatnya itu. Tapi, kalau memang sudah muak seperti itu, setidaknya menjauh dan tak usah meladeni. Apa gunanya main fisik?
Mark mengacak-acak rambutnya dengan kesal karena merasa frustasi.
"Gue tahu kalau nggak seharusnya gue main fisik kayak gitu, Cas! Tapi, gue bener-bener terlanjur emosi, Cas!" bela Mark.
"See ... Lo tahu sendiri kalau Adik gue suka sama Sungchan, begitupun dengan sebaliknya. Di mana gue nggak marah kalau ternyata orang yang disuka Adik gue harus tunangan sama orang lain dan bukan Adik gue! No older brother wants to disappoint his younger sibling!" jelas Mark.
Lucas tertawa kecil saat mendengarkan penjelasan sahabatnya itu.
"Lo marah karena itu atau ada alasan lain di baliknya, Mark-" Lucas menjeda ucapannya sambil menatap sahabatnya dengan serius.
"Atau lo udah jatuh hati sama Haechan?" lanjut Lucas sambil tersenyum menyeringai.
Mark terdiam dan tidak menjawab sama sekali dua opsi yang diucapkan oleh Lucas.
Dengan perasaannya yang penuh rasa menyesal, Mark memilih untuk berjalan sendiri dan meninggalkan Lucas yang masih emosi pada dirinya.
Saat tak sengaja lewat di depan kelas Haechan, Mark tak sengaja menguping pembicaraan Haechan dan Ryujin.
"Enggak usah gila buat ke luar negeri cuma buat kuliah, Chan!"
"Ngapain ke Los Angeles buat kuliah, sih?!"
"Universitas di Indonesia juga jauh lebih baik daripada universitas di luar negeri, Chan!"
"Mending kuliah di sini aja. Nanti kita nggak bakalan misah."
Ryujin tak berhenti untuk terus membujuk sahabatnya agar dia mengubah arah tujuannya.
Iya, tak lama lagi Haechan tamat dan dia berniat melanjutkan dunia pendidikannya di luar negeri, Los Angeles.
"Cuma gara-gara si brengsek itu, lo sampai milih keluar negeri buat cari universitas. Lo rela jauhan sama keluarga lo cuma gara-gara si Mark?!" tanya Ryujin heran.
Haechan memejamkan matanya dengan singkat.
"Lo nggak tau aja rasanya gimana, Ryu. Lo nggak tahu rasanya ditampar sama orang yang selama ini lo sayangi," jawab Haechan.
Haechan memegang dadanya sambil tersenyum tipis.
"Rasanya itu masih membekas di sini, Ryu..." lirihnya.
"Cha-"
"Jeno bahkan udah setuju kalau gue ngelanjutin pendidikan di LA," ucap Haechan.
"Jeno setuju?!" heboh Ryujin.
Mark mengangkat alis kanannya dengan tinggi saat mendengar ucapan heboh Ryujin.
"Apa hubungannya kalau Jeno ngizinin?" batin Mark.
Dengan perasaan penasarannya, Mark lebih memilih untuk ke kantin sekolah nya saja.
Mark hanya membeli air gelas, lalu meminumnya dengan sekali tegukan.
Saat hendak berjalan meninggalkan kantin, seseorang tiba-tiba datang dan duduk tepat di hadapan Mark.
Mark mengangkat alis kanannya dengan cukup tinggi karena sedikit merasa asing pada pria yang ada di hadapannya.
"Siapa?" gumam Mark.
"Sepertinya kamu ada permasalahan masalah cinta," ucap pria itu.
Mark terdiam sambil mengangkat alis kanannya dengan cukup tinggi.
"Kenalkan, saya Park Chanyeol," ucap pria itu.
- 🧁🧁🧁 -
KAMU SEDANG MEMBACA
You Giving Up? | MarkHyuck
Teen Fiction"Kapan es kamu yang tebal itu mencair? Takutnya nanti aku capek ngejar kamu." -Lee Haechan. "You giving up?" -Mark Lee ------------------------------------------ Haechan si primadona universitas tak cukup sempurna di mata sosok Mark Lee yang juga sa...