Terkabulnya Do'a

14 1 0
                                    

Dimas menatap pusara dihadapannya dengan lidah kelu. Mulutnya ingin berteriak. Namun tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya sejak melihat pusara ini. Dirinya kehabisan kata-kata setelah membaca atas nama siapa pusara ini ada.

Dimas Cakrawala.

Dimas Cakrawala adalah pemilik makam itu. Seorang pemuda yang meninggal akibat kecelakaan beberapa waktu lalu. Meninggal di tempat kejadian akibat parahnya luka yang dia terima.

Tulang punggungnya patah, kepalanya pecah, berikut hatinya yang hancur akibat pedal gigi yang menghantam perutnya. Kematian menjadi hal yang lebih baik untuknya ketimbang hidup dan merasakan rasa sakit yang tak tertahankan. Begitulah yang dokter ucapkan tatkala Dimas tersadar dan bertanya apa yang terjadi pada temannya.

Tapi Dimas nyatanya masih hidup, masih bisa bernafas, masih bisa makan, masih bisa buang air besar dan air kecil layaknya orang hidup. Dan kini, Dimas menatap makamnya sendiri. Makam yang dibuat atas namanya sendiri.

Tangan Dimas terkepal, pemuda itu tertawa kencang. Kepalanya tertunduk dalam, menatap ujung sepatunya yang kotor terkena lempung makam.

"Jangan bercanda!" Kekehnya dengan tawa dan air mata yang muncul diwajahnya.

Dirinya masih hidup. Benar-benar masih hidup. Namun ada yang berbeda pada dirinya. Ada hal yang benar-benar berbeda dalam dirinya. Sesuatu tak masuk akal yang diluar nalar manusia. Sesuatu yang membuatnya percaya bahwa Tuhan memang Maha Kuasa.

"Jangan bercanda!" teriaknya kencang, kini dia menendang nisan yang tertulis nama dirinya sendiri.

Tuhan memang senang bercanda. Tuhan memang senang mempermainkannya. Dimas yakin Dia tengah tertawa sambil melihat makhluk-Nya tengah menendang nisannya sendiri. Tengah tertawa ketika Dia menatap Dimas sebodoh ini.

Tuhan memang benar-benar senang bercanda.

Dengan mudahnya Dia menghidupkan Dimas. Menghidupkan Dimas kedalam tubuh yang seharusnya bukan milik Dimas. Mengabulkan do'a-do'a yang selalu tanpa sadar Dimas panjatkan.

Bahwa Dimas ingin menjadi seperti Marcell. seorang pangeran yang dicintai oleh semua orang.

Tuhan memang Maha Kuasa dan Dia selalu senang mempermainkannya.

Dengan mudanya Dia membuat Dimas terbangun dengan tubuh Marcell. Dengan mudahnya Dia menjadikan Dimas sebagai Marcell seutuhnya.

"Jangan bercanda!" isak Dimas mulai meluruh diatas tanah kuburan. "Aku masih hidup!"

Dimas masih hidup sekaligus tidak hidup. Jiwanya memang Dimas, namun raga yang Dimas tempati adalah milik Marcell. Dimas hidup di dalam tubuh Marcell yang entah kini ada dimana.

Tangan Dimas bergetar mencengram gundukan tanah di depannya. Masih basah, tentu saja. Makam itu baru dibuat tiga hari yang lalu. Tiga hari yang lalu saat kecelakaan maut menghampiri dirinya.

Dengan keadaan yang menimpanya saat ini Dimas bahkan tidak yakin dirinya selamat dari kecelakaan maut itu. Karena pada nyatanya, Dimas selamat dengan tubuh Marcell yang dihuninya.

Tubuh sang pangeran tergores dibagian pelipis. Darah yang waktu itu Dimas lihat dikemejanya merupakan darahnya yang keluar dari kepalanya. Kepalanya pecah akibat menghantam stir mobil dan tertekan perut Marcell.

Keajaiban.

Benar-benar keajaiban karena Marcell sama sekali tidak memiliki luka serius. Dirinya benar-benar sehat. Dokter bahkan tidak menyangka jika Marcell tidak memiliki luka serius setelah mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa delapan orang pengguna tol termasuk Dimas.

Dan setelah mendengar fakta tersebut, Dimas semakin tidak mengerti akan tujuannya berada di tubuh Marcell.

Kemana perginya pemuda yang menempati tahkta pangeran itu? Kemana perginya calon pewaris perusahaan raksasa yang digadang-gadang?

The Prince is deadWhere stories live. Discover now