JENNIETiga puluh tujuh jam sejak Jisoo memeluknya dengan hangat.
Tiga puluh tujuh jam sejak jantungnya benar-benar seolah terkoyak dari dadanya.
Dia hanya berbaring di atas kasur, menatap dinding.
Tidak bisa minum, tidak bisa makan, tidak bisa berpikir.
Dan berharap dia tidak bisa merasakannya..
Dia terus melihat wajah Jisoo dalam pikirannya saat keluarganya menyeret Jisoo menjauh darinya—ketakutan yang bisa terlihat di dalam manik mata Jisoo.
Jisoo tahu... dia tahu, pada saat itu, bagaimana masa depan mereka berdua.
Mereka tidak memiliki kisah cinta romantis. Tetapi mereka hanya sebuah tragedi.
Air mata mengalir di wajahnya. Air mata histeris telah usai, digantikan dengan mati rasa—perasaan dingin dan mati kini mulai menguasai hatinya.
Jennie merasa dia hanyalah vas kosong, retak, rusak tak dapat diperbaiki lagi.
Apa yang dia pikir bahwa dia telah tahu semuanya adalah bohong. Kehidupan yang dia rencanakan bersama Jisoo telah berakhir.
Cinta bersama Jisoo tidak akan pernah sama.
Wanita yang dia cintai tidak ada.
Sebagai gantinya wanita itu menjadi seorang perusak rumah tangga, seseorang yang dia benci.
Seorang wanita dengan moral yang berbeda darinya, dan seseorang yang tidak mungkin bisa dia cintai.
Rasa sakitnya sangat dalam, nyata, dan Jennie merasa seperti sedang berduka atas kematian seseorang lagi dan lagi.
Rasanya sangat menyakitkan.
Jennie mendengar klakson mobil dari kejauhan.
Tin, tin, tiiiin.
Apa itu?
Tin, tin, tiiiin.
Dia mendengar suara pintu dibanting, lalu langkah kaki ketika seseorang berlari di depan rumahnya di atas jalan batu berkerikil.
Apa yang sedang terjadi di luar sana?
Jennie menyeret kakinya menuju jendela dan mengintip melalui tirai tipis hanya untuk melihat mobil Jisoo di luar gerbang. Dia tampak berdiri di samping, menekan klakson melalui pintu mobilnya yang terbuka.
Tin, tin, tiiiiiiiin.
"Jennie!" Jisoo berteriak. "Keluarlah."
Tin, tiiin.
"JENNIE!" Dia berteriak lagi.
Jennie meringis dan merasakan lebih banyak air mata jatuh saat melihat Jisoo di bawah sana.
"Sayang, kumohon," Jisoo memohon. "Aku berjanji padamu, aku benar-benar tidak tahu."
Jennie menutup telinganya dengan kedua tangannya. "Hentikan," Bisiknya pelan. "Tinggalkan aku sendiri."
"Jennie?" Dia berbalik dan melihat Jun Myeon. Dia menyandarkan tubuhnya saat sang oppa memeluknya dengan pelukannya yang aman. "Tidak apa-apa, mereka akan membawanya pergi sekarang."
Jennie menangis di dada bidangnya; rasa sakit itu sangat tak tertahankan.
Hal terburuknya adalah, dia sendiri juga tahu bahwa Jisoo pasti akan merasakan sakit yang sama sepertinya.
Tapi apa yang sudah terjadi telah selesai, segalanya telah berakhir.
Jisoo tidak bisa mengubah masa lalu, dan hal itu tidak akan pernah menjadi sesuatu yang bisa Jennie jalani di dalam hidupnya.
Jisoo tidur dengan istri oppanya. Jiyeon.
Dia merasakan sesuatu di perutnya, membayangkan sang kekasih di tempat tidur Mingyu bersama istri Mingyu, dan membuatnya menangis semakin keras hingga tidak bisa bernapas. Dia tidak bisa melihatnya lagi.
Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi.
Tidak ada kata-kata yang bisa Jisoo katakan yang dapat menghilangkan perbuatannya atau rasa sakit hati yang dia timbulkan pada oppa tercintanya.
Gelombang rasa sakit baru merembes ke lapisan lain di hatinya.
"Jisoo," Dia menangis. "My love. Wae?" Jennie terus menangis dengan keras. "Kenapa dia melakukan ini oppa, kenapa?"
"Ssst."
Dia mendengar klakson mobil lagi dan Jisoo meneriakkan namanya. "Jennie!"
"Suruh dia pergi," Jennie menangis.
"Mereka akan membawanya sekarang. Daddy ada di kantor polisi mengeluarkan perintah penahanan terhadapnya saat kita bicara. Dia tidak akan bisa datang ke sini sama sekali atau dia akan ditangkap dengan segera."
Memikirkan bahwa Jisoo tidak bisa datang ke rumahnya lagi membuat hatinya semakin hancur, dan Jennie menangis tak terkendali.
"Aku minta maaf karena membiarkan ini terjadi," Bisik Jun Myeon. "Ini semua salahku."
"Jennie!" Jisoo berteriak lagi, dan Jennie menutup telinga dengan tangannya.
"Hentikan, oppa, hentikan."
"Jennie, kumohon.. aku mencintaimu," Teriak Jisoo, suaranya pecah. "Aku sangat sangat mencintaimu, sayang."
Para bodyguard mulai berteriak, dan kemudian terjadi keributan. Jennie tahu bahwa Jisoo sedang berjuang dengan mereka untuk mencoba mendekatinya.
Dia melepaskan pelukan sang oppa dan naik ke atas kasur, menutup telinga dengan tangan sambil menangis histeris.
Tolong
Hentikan
Rasa
Sakit ini...
tbc..

KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Jisoo ✔️
Fiksi PenggemarInnocent meet a player 🔺Jitop 🔺gxg 🔺16 September 2022