「41. Hesa dan Tertipu」

6 2 0
                                    

Hesa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya di atas meja di rumah Tamara tadi sore. Ia melihat foto Aelea disekap disebuah bangunan yang tua di ponselnya Tamara. Saat Hesa meminta penjelasan kepada Tamara tentang foto yang dilihatnya, gadis itu malah lebih marah dan sekilas terlihat panik.

Hesa yang tidak bisa lagi melawan seorang perempuan, ia pun memanggil Lean yang ternyata bersembunyi di balik pohon dan berusaha untuk memanggil polisi.

Namun, belum sempat Lean menelpon polisi, beberapa preman datang menghadang mereka berdua beramai-ramai. Alhasil, Hesa dan Lean kalah telak karena keroyokan dengan sepuluh preman. Saat tersadar, mereka berdua sudah berada di rumah sakit saja dengan luka-luka yang sudah diperban.

Sekarang Hesa kehilangan jejak Tamara lagi. Apalagi dalam keadaan penuh luka dan hanya tersisa Keano yang tidak bisa bela diri yang masih sehat.

"Arghh, sialan sakit banget," gerutu Lean saat luka-lukanya sudah dibalut perban dimana-mana.

Luka Lean lebih parah daripada Hesa, karena Lean terlalu cepat kalah dari kelima preman yang beraninya keroyokan. Sementara itu Hesa hanya luka-luka dibagian wajah dan tangannya. Untung saja kaki Hesa hanya terkilir sedikit karena salah satu preman yang ia lawan sempat menginjak kakinya dengan keras.

"Beraninya keroyokan anjir," gerutu Lean lagi yang kini ditatap prihatin oleh Keano yang duduk di sofa kamar rumah sakit. "Apaan anjir tatapan lo ngeri banget."

"Lo yang sakitnya begitu aja udah ngeluh, apalagi gue yang nggak bisa apa-apa terus dihajar sama mereka, sakitan gue dulu," kata Keano yang tidak terima mendengar segala keluhan Lean yang dibuat-buat itu.

"Gue dikeroyok lima orang anjir," bantah Lean.

Hesa yang tidak ingin mendengar kedua temannya itu beradu argumen, ia pun sengaja berdeham keras sambil membawa topik pembicaraan ke arah yang lain.

"Ekhem, gue lagi banyak pikiran, jangan ditambah sama ocehan kalian yang nggak guna itu. Gue tadi lihat di hp-nya Tama ada foto Aelea disekap disebuah bangunan tua."

Lean dan Keano otomatis diam dan menatap Hesa penasaran dan bertanya hal yang sama kepada Hesa. "Dimana?"

"Gue nggak tahu," jawab Hesa tanpa ekspresi apa pun diwajahnya yang tampan.

"Seingat gue kan lo pernah bilang kalau Laga-Laga itu temannya Tama sama Alea, mana tahu dia tahu tempat itu," saran Keano yang dibalas gelengan oleh Lean.

"Nggak, nggak. Lo salah. Yakali dia tahu? Mana ada penculik yang sekap korbannya di tempat yang dikenali orang lain apalagi Laga itu?"

Hesa tampak memikirkan perkataan kedua temannya itu. Perkataan Keano dan Lean sama-sama benar, tetapi sayang sekali mereka berdua berbeda pendapat dan membuat Hesa semakin banyak pikiran.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Sudah satu minggu berlalu dan tidak ada tanda-tanda Aelea ditemukan, walaupun sekarang polisi juga ikut membantu mencari keberadaan Aelea. Tamara juga sudah menghilang tanpa kabar sekarang, rumah Tamara juga tidak ada tanda-tanda kehidupan lagi. Lalu, Hesa memperhatikan gerak-gerik Laga yang terlihat panik sekarang, tetapi karena Laga tidak ada hubungannya dengan Tamara membuat Hesa membiarkan Laga begitu saja.

"Hallo, lo pada udah dapat kabar?" tanya Hesa begitu panggilannya dijawab oleh Lean dan Keano.

"Belum, Sa, gue lagi ikut polisi nyari ke rumahnya Tama lagi, sekitar rumahnya Tama juga," kata Lean memberi kabar.

"Gue ... itu, udah cari di tempat lain, nggak ada," sahut Keano terdengar ragu-ragu.

"Lo kenapa, No?" tanya Lean.

Hesa and Aelea「 END 」Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu