21. PERAN EDITOR BAGI PENULIS

131 16 0
                                    

Pemateri : Kak Leci Seira

Dalam artikel "The Lost Art of Editing" disebutkan bahwa terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam dunia penerbitan (perbukuan) saat ini.

Artikel ini dimulai dengan pertanyaan apakah pengeditan buku yang ketat dari baris demi baris telah hilang, menjadi korban dari tuntutan penjualan dan publisitas?

Artikel ini juga memuat sindirian menohok dengan menyebutkan ketika sebuah buku dilempar ke pembaca dan pembaca masih mengernyit saat menemukan kesalahan-kesalahan penulisan (tipo) atau pemilihan diksi yang tampak aneh (dirasa tidak tepat), pertanyaannya siapakah yang bertanggung jawab atas kelalaian ini?

Apakah para editor telah menjadi terlalu malas, apatis, atau tidak mau lagi memperhatikan kualitas konten buku? Tidakkah jiwa editor akan terusik dengan masalah ini? Bukankah tugas seorang editor adalah mengedit?

Yap, tugas utama editor adalah mengedit.

Perubahan tren pasar perbukuan secara global berimbas juga pada dunia penerbitan buku. Produk buku dikendalikan oleh pemasaran, penjualan, dan publikasi. Akibatnya, penerbit mempersempit produk buku dengan memprioritaskan buku yang laris di pasaran.

Ketika sebuah produk baru diluncurkan dan mendapat respons positif dari pembaca, permintaan untuk mencetak karya baru dari penulis sama atau tema buku yang sama (meski penulis berbeda) menjadi tinggi. Karena permintaan yang tinggi, proses penggarapan naskah dan proses produksi naskah menjadi buku pun terkesan instan dan terburu-buru. Tidak heran jika akhirnya kadang kualitas buku menjadi terabaikan.

Dampak lain dari perubahan tren ini adalah pemangkasan sumber daya di penerbitan, misal jumlah editor atau memperbanyak tuntutan kerja. Misal, editor dipaksakan untuk mengedit berbagai genre buku-yang sebelumnya ada pembagian tugas-(editor nonfiksi dan editor fiksi) atau memperketat deadline tugas.

Beban kerja yang menumpuk dan tidak sebanding dengan alokasi waktu yang cukup membuat tugas pengeditan buku menjadi tugas "mekanik", kehilangan makna esensi dari mengedit naskah. Editor pun berubah seperti "robot" atau "mesin".

Untuk sebuah karya buku yang berkualitas, kadang butuh proses pengeditan yang memakan waktu lama. Editor andal bukan hanya membedah dan menguliti kata per kata, penggunaan tanda baca, dan ketepatan kalimat, melainkan juga melihat apakah masih ada yang salah dengan konten, sudah tepatkah isi konten, apakah masih perlu sentuhan dan polesan lagi, dll.

Bahkan, dalam penyuntingan ini, ada proses bolak-balik naskah dari editor ke penulis jika memang editor merasa ada yang masih kurang dan butuh polesan lagi dari naskah tersebut.

Di sisi lain, kita juga tidak bisa menafikan perubahan tren ini. Hal yang bisa dilakukan editor masa kini adalah berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman seraya tetap menjaga kualitas kinerjanya sebagai editor. Seorang editor andal (profesional) tetap akan mengutamakan kualitas hasil kerja. Mencintai dan menghormati pekerjaan adalah bukti dari mencintai dan menghormati profesionalisme diri sendiri.

Dalam dunia literasi (perbukuan), hubungan antara editor dan penulis bisa terjalin meskipun hubungan itu bagaikan Tom and Jerry.

Tidak bisa dinafikan bahwa ada kisah-kisah menarik yang kadang muncul dari sebuah relasi yang terjalin lama antara penulis dan editor.

Saling melempar pujian atau cacian adalah akibat yang tidak terelakkan dari hubungan penulis dan editor. Namun, satu hal yang bisa kita pelajari adalah bahwa editor dan penulis selalu menjadi kolega sekaligus sahabat pada saat bersamaan.

Editor bisa menjadi kritikus berlidah tajam bagi penulis, tetapi juga bisa menjadi konsultan bijak yang menuntun penulis mengeluarkan bakat terhebat dari dalam dirinya.

TIPS KEPENULISANWhere stories live. Discover now