1

162 21 1
                                    


Selamat membaca
😊








   Jinara atau gadis yang biasa di panggil Nara adalah putri tunggal keluarga Atmadya. Nara adalah gadis kecil yang cantik dan polos, ia menerima cinta dan kasih sayang penuh dari kedua orangtuanya sehingga ia tumbuh menjadi gadis yang baik. Nara selalu hidup berkecukupan dan tak pernah mengalami susah sedikitpun.

Namun ia selalu merasakan kekurangan, menjadi anak tunggal membuat Nara selalu merasa kesepian. Bukannya tak bersyukur dengan kehadiran kedua orangtuanya, hanya saja Nara menginginkan seseorang yang bisa ia ajak bermain.
Hingga suatu hari ia meminta seorang adik pada bundanya.

"Bun, Nara pengen punya adik. " ucap gadis berusia tujuh tahun itu.

"Nara pengen punya temen main di rumah, di sekolahan teman-teman Nara pada cerita tentang saudaranya. Cuman Nara doang yang gak punya. "

Ucapan gadis itu membuat sang bunda tersenyum, gadis itu terlalu dini untuk mendengarkan alasannya.

"Nara kalo kesepian kan bisa main bareng bunda. Bunda juga gak keberatan main sama Nara seharian. "

Bunda mengusap lembut kepala Nara, ia tahu gadis itu sedang bersedih namun wajahnya tetap terlihat lucu.

"Suatu saat nanti Nara pasti punya adik kalo Tuhan mengizinkan. "

Mendengar ucapan sang bunda membuat Nara berbinar.

"Beneran bun? "

Bunda pun terkekeh gemas, cepat sekali raut wajah putrinya ini berubah.

"Kamu harus rajin berdoa, pasti nanti dikabulkan Tuhan. "

Nara menganggukan kepalanya lucu.

"Nara pengen adik perempuan biar bisa main masak-masak bareng. Eumm.. Tapi kalo dikasi adik laki-laki juga gak apa-apa yang penting Nara punya adik. "

Gadis itu tersenyum senang kemudian berlari kekamarnya.




"Kenapa kamu bilang gitu ke Nara? "

Zora berbalik dan menemukan suaminya sudah pulang kerja.

"Mas, sejak kapan kamu disitu? "

"Sejak pembicaraan kamu dan Nara dimulai. Zora kamu kan tau sendiri kandungan kamu sudah ditutup setahun setelah melahirkan Nara. "

Jujur saja perkataan suaminya membuat Zora sakit hati, ia merasa menjadi ibu yang tidak sempurna untuk Nara.

"Zora, aku gak bermaksud nyakitin kamu dengan perkataan aku. Tapi perkataanmu tadi membuat Nara berharap dia akan punya adik. "

Haris menarik Zora membawanya kepelukannya, air mata wanita itu tak terbendung lagi.

"Hikss.. Hikss aku harus apa mas. Aku gak mungkin bilang yang sebenarnya ke Nara. Hikss.. Hikss dia masih terlalu kecil. "

Haris mengecup kepala Zora, menenangkan wanita itu. Zora memang selalu sensitif dengan pembahasan ini, karena sebenarnya ia masih tak terima kandungannya ditutup.

"Sudah tidak perlu membahasnya lagi. Aku akan mandi, kamu panggilkan Nara untuk makan malam."

Zora hanya mengangguk.

"Bibi, tolong makan malamnya dihidangkan. Saya mau manggil Nara dulu. "

"Iya bu. "


I'm Your SisterDonde viven las historias. Descúbrelo ahora