PROLOG

5 2 0
                                    

[ Prolog ]

Dirimu akan tetap, namun aku lenyap...
Siapa yang akan takut?

Aku tidak takut. Karena aku tau, aku tidak akan kehilangan dirimu dan kalian.

-Amber-

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

▪︎~~▪︎~🎨🎨🎨~▪︎~▪︎~

Langit biru dan gumpalan awan putih yang tidak pernah bosannya untuk terus merekah. Sinar mentari yang cerah, rasa seperti seluruhnya membentang di wajahku. Kami saling menatap, aku, langit, dan awan. Bersandar pada ringannya udara, menyerahkan segala bebanku, berharap dia bisa membawaku pada harapan.

Namaku adalah Amber, si tembaga kuning berkilau yang dihargai keindahan dan kecantikannya. Begitu langkah, begitu di inginkan. Amber.

Itulah arti namaku, bukan Aku.

Ketika ceritaku berakhir, seseorang akan berlari mengejarku. Dengan debaran di jantungnya, berpacuh cepat seakan jatuh cinta, Seperti aku yang selalu jatuh cinta.

Saat aku berkedip semunya buram juga putih. Kemudian aku dapat merasakan setetes air hujan di wajahku. Hujan yang jatuh dengan lambat, tetes demi setetes.

Perlahan buram itu sedikit memudar, silaunya cahaya matahari dengan malu-malu mengintip dibalik banyaknya kerumunan manusia. Terasa sangat riuh disini.
Rasanya... seperti semua orang mengkhawatirkanku. Apakah benar? Pada akhirnya aku dikhawatirkan.

Aku terkurung dalam dekapan seorang lelaki. Jangan bingung, aku hanya asal menebak. Ya kuharap itu benar lelaki. Kuharap itu dia.

Tetesan air itu masih terus mengenai wajahku, aku terus berfikir dengan lambat mencoba untuk menebak-nebak. Berfikir-berfikir dalam sekaratku.

Ahh, Aku benci berfikir...

Tapi pada akhirnya aku sadar itu bukan air hujan melainkan air mata, ketika isakan lirih terdengar di pendengaranku yang redup. Aku mencoba sekuat tenaga memaksakan kelopak mata ini untuk terus bertahan, memberikan setitik cela.

Dan saat itu lah mata kami bertemu. Aku melihat matanya, sepasang bola mata yang tidak sepadan namun mencoba untuk bersatu.
Aku bisa melihat diriku di matanya, dua bola mata di mana ada aku dan dia. Aku yang akan hidup di dalam dirinya. Kuharap kau tidak menyesalinya.

"Amber..." Lirihnya.

Ia adalah seseorang yang kukatakan, suaranya terdengar seakan tenggelam jauh bersama diriku. Ketika hangat tubuhnya naik menyentuh ujung kulit, rasanya sangat nyaman. Rasanya aku mengantuk.

Galeri AmberWhere stories live. Discover now