Galeri Amber (3)

4 3 1
                                    

TIGA

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

~▪︎~▪︎~🎨🎨🎨~▪︎~▪︎~

Amber memperhatikan puntung-puntung rokok yang bertebaran di bawah kaki Bintang. Ia menghitungnya dalam hati, satu dua tiga empat lima enam, Amber menggelengkan kepalanya kemudian memandang Bintang dengan protes di matanya. Lalu dengan tidak sopan merampas rokok yang hendak dibakar lagi oleh Bintang.

"Udah, pokoknya gak boleh lagi." Menatap Bintang marah.

Bintang menoleh dengan wajah tidak terima. "Balikin gak!" ucapnya dengan nada kesal.

Amber bertingkah seakan tuli, tangannya sibuk memasukan rokok itu kembali ke dalam tempat asalnya. Kemudian menyembunyikannya di balik punggung. Amber tersenyum bak seorang anak kecil, kemudian berkata, "udah gak ada, udah hilang." Amber membuka kedua telapak tangannya lebar-lebar dan mengarahkannya pada Bintang. Seakan dirinya sedang membodohi seorang anak kecil yang polos.

Bintang terkekeh sinis, "emang lo fikir gue orang tolol? sini balikin."

"Gue fikir sih iya," sahut Amber dengan nada mengejek. Terdengar sangat menjengkelkan.

"Memang lo bisa mikir?" Tanya Bintang.

"Bisa" 

"Mikirin apa? Awas aja lo jawab, Mikirin kamu lah masa mikirin yang lain." Ucap Bintang menebak jawaban pasaran yang akan keluar dari mulut Amber.

Mata Amber terbuka lebar, terkejut. "GILAAAA!" Amber berseru dengan lantang, sembari bertepuk tangan dengan wajah kagum dan mulut yang sedikit terbuka.

"Gila sih, kok lo bisa baca isi fikiran gw? lo itu apa sih? lo peramal ya? coba dong ramal masa depan kita," pintanya dengan imut. Amber mengedipkan matanya sebanyak dua kali, seakan ada bintang-bintang yang keluar dari percikan matanya.

Amber mempermainkan Bintang, dan Bintang tidak mau kalah untuk mempermainkan Amber. Raut wajah Bintang berubah menjadi datar kemudian bertanya, "lo mau gw ramal?" nada suaranya berubah menjadi sedikit serius.

Bintang mengulurkan telapak tangan kanannya ke depan. Matanya perlahan dipejamkan. Hal tersebut membuat perasaan amber menjadi sedikit tegang, Bintang terlihat bersunguh-sungguh. "Lo beneran bisa ngeramal?" tanya Amber meyakinkan. Karena pada awalnya Amber hanya ingin menggoda Bintang.

"Bisa, gue pernah ikut kursus trik sulap dan peramalan." Jawab Bintang dengan mata yang masih terpejam.

Amber terdiam di tempatnya. Memandang Bintang dengan ragu. Isi kepala dan hatinya tidak singkron, dimana di dalam fikiran Amber tidak percaya dengan Bintang, namun di dalam hatinya ia percaya. Jadi apa yang harus Amber percayai? Fikiran atau hatinya?

"Sini ulurin tangan lo," Bintang memberikan arahan.

"Ta-tangan?" Tanya Amber masih dengan dilemanya.

"Iya tangan dua-duanya, tolong letakin di atas telapak tangan gue. Tangan kanan dipaling bawah, tangan kiri dipaling atas saling tindih."

Karena melihat Bintang yang tampak sangat serius ingin menunjukan skil meramalnya, akhirnya Amber mengikuti kata hatinya untuk percaya pada Bintang. Dengan perasaan yakin , dan kedua pipi yang memanas karena suatu hal, Amber meletakan tangannya di atas telapak tangan Bintang sesuai dengan apa yang telah diarahkan Bintang.

Bintang menganggukan kepalanya seperti seorang guru yang sedang menilai hasil tugas dari anak muridnya. Alis Bintang sesekali bergerak menyatu, memisah, naik ke atas dan ke bawah, kemudian ia sedikit meraba-raba garis telapak tangan Amber dengan jemarinya.

Galeri AmberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang