MWCM-27

3.6K 338 16
                                    

Jaemin benar-benar membawa Jisung ke kantornya, hal itu membuat para karyawan bertanya-tanya tentang siapakah sosok Jisung sebenarnya, apalagi berita yang tersebar di media tentang Jisung membuat mereka penasaran sembari menatap Jisung dengan tatapan hina.

Jisung tidak mempedulikan hal itu, dia masih asik pada dunianya sendiri. Jisung berjalan dengan riang, dia penasaran dengan ruang kerja suaminya lalu dia juga tidak sabar saat Jaemin mengatakan bahwa membelikan Jisung waffle terenak yang pernah ada.

Berbeda dengan Jisung, Jaemin menyadari tatapan mereka. Jaemin memanas saat ada yang berbisik-bisik mengatai istrinya sebagai pemuda tidak tahu diri, ataupun jalang murahan.

Jaemin menandai beberapa karyawan tersebut, dia akan membereskan mereka semua tapi saat ini dia harus menjauhkan Jisung dari sumber masalah yang akan membuat Jisung-nya stress. Cukup Jaemin saja yang dulu pernah membuat Jisung stress hingga pendarahan dan mengalami baby blues.

"Sayang, ayo ke ruanganku. Aku sudah memesankan waffle untukmu," Jaemin menuntun Jisung.

Jisung dengan senyuman riang mengikuti langkah suaminya itu. "Apakah waffle itu sangat enak?"

Jaemin tersenyum, "Iya,"

"Sangat-sangat-sangat, enak?" Tanya Jisung dengan binarnya.

Jaemin terkekeh gemas dengan pertanyaan yang dilemparkan oleh Jisung, "Iya, waffle itu sangat-sangat enak!"

Semua karyawan menatap Jaemin dan Jisung, mereka menyadari suatu hal bahwa selama ini Jaemin tidak pernah tersenyum tulus ataupun menjawab tunangannya dengan nada lembut penuh kasih sayang. Mereka mulai berpikir bahwa mungkin saja berita yang tersebar adalah sebuah kebohongan.

Setelah berhasil mengamankan Jisung, Jaemin menyuruh sekretarisnya untuk mengumpulkan seluruh karyawan.

°°°

Saat ini seluruh karyawan sudah berkumpul, Jaemin menatap para karyawannya dengan tatapan tajam. Terutama orang-orang yang tadi mengatai Jisung. Aura intimidasi keluar dari Jaemin, membuat semua orang ketakutan saat ini. Mereka sadar saat ini bahwa ada kesalahan yang telah dilakukan oleh mereka, mungkinkah karena pemuda yang dibawa oleh Jaemin tadi?

"Kalian tahu apa kesalahan kalian?"

Semuanya menunduk, mereka takut. Bagi seorang pekerja, kemarahan atasan adalah sebuah genderang kematian karena jika salah langkah maka pekerjaan mereka akan menghilang begitu saja.

"Kenapa tidak ada yang menjawab? Padahal aku saat aku datang membawa istriku, aku mendengar ada yang mengatai dirinya sebagai jalang murahan dan sebagainya! Lalu kalian juga memandang istriku dengan tatapan merendahkan seakan-akan istriku adalah orang yang hina,"

Kini seluruh karyawan semakin ketakutan, ada yang menyesali perkataan mereka. Namun, sebagian ada juga yang berpikir bahwa wajar Jisung mendapatkan perlakuan seperti itu dia sudah merebut tunangan orang lain bahkan sudah mengandung beberapa bulan(?) Eh tunggu jika di lihat besarnya kandungan Jisung itu sudah mencapai 7 atau sekitar 8 bulan yang artinya Jaemin lebih dulu menikahi Jisung daripada bertunangan dengan Wina, karena pertunangan itu baru di laksanakan 3 bulan yang lalu.

Tapikan masih ada kemungkinan bahwa Jisung menjebak Jaemin, bisa saja kan anak yang dikandungan Jisung bukanlah anak Jaemin.

"Aku peringatkan kepada kalian untuk berhenti menatap istriku dengan tatapan hina, lalu untuk yang mengatai istriku segera berikan surat pengunduran diri atau akan aku pecat. Aku beritahu sesuatu bahwa pernikahan ku dengan Jisung sudah hampir memasuki usia satu tahun lebih, itu artinya dia lebih dulu masuk kehidupan ku daripada Wina, jadi hormati Jisung, jika terjadi sesuatu pada istriku maka kalian akan tahu akibatnya!"

Setelahnya Jaemin pergi, sekarang dia hanya tinggal memublikasikan Jisung pada rekan dan media. Dengan langkah ini Jisung akan terhindar dari gosip-gosip tidak bermutu.

Jaemin akan melakukan apapun untuk melindungi Jisung, dia tidak akan membiarkan siapapun melukai Jisung-nya. Lalu untuk bayi Jisung? Sebenarnya Jaemin tidak terlalu mengharapkannya, Jaemin mati rasa saat mengingat perlakuan ayahnya kepadanya sehingga terkadang membuat Jaemin berpikir bahwa dia tidak usah memiliki anak.

Jaemin takut dia akan seperti ayahnya, Jaemin takut dia akan melampiaskan rasa sakitnya dengan cara menjadi ayahnya yang kejam, ayah yang akan memukuli anaknya sendiri, mengganggap anaknya sebagai aib dan penghalang.

Namun, saat melihat Jisung senang dengan keberadaan bayi itu. Jaemin mencoba untuk berusaha menerimanya walaupun terlalu sulit. Tapi Jaemin yakin dia bisa menjadi ayah yang baik walaupun belum bisa menyayangi bayi tersebut.

"Jaemin, kenapa diam saja di depan pintu? Kau ingin menjadi satpam?" Tanya Jisung lugu, dirinya baru saja melahap habis waffle pemberian Jaemin.

Jaemin menggeleng, "Oh, bagaimana rasa waffle-nya sangat enak kan?"

Jaemin mengalihkan pembicaraan, Jisung tersenyum senang dia mengangguk semangat, "Sangat-sangat enak!"

Dug!

Jisung membulatkan matanya terkejut, Jaemin yang melihat itu khawatir takut Wina melakukan sesuatu, dia buru-buru mendekati Jisung.

"Jisung, kau kenapa, sayang?" Tanya Jaemin khawatir.

Jisung langsung mengambil tangan Jaemin, kemudian meletakkan tangan tersebut ke perutnya.

Dug!
Dug!
Dug!

"Jaemin, bayi kita menendang!"

Jaemin yang merasakan tendangan bayinya tersenyum, air matanya mengalir begitu deras. Jaemin saat ini diliputi rasa bahagia, sedih, dan bingung.

Jaemin bahagia saat bayinya merespon sentuhannya, Jaemin sedih karena dia belum bisa merasakan kasih sayang kepada bayi tersebut, Jaemin juga bingung karena berpikir apakah dia bisa menyayangi bayi itu tanpa memikirkan trauma yang dia alami?

"Jangan menangis, ayah! Ayo! Sapa bayi kita," ucap Jisung, mengelus pipi Jaemin dengan lembut, mengecup bibir sang suami penuh perhatian.

Mendengar cerita Jaemin, Jisung sadar bahwa mungkin saja perlakuan ayah Jaemin kepada anaknya tidak lah baik. Apalagi saat melihat wajah Jaemin yang terkadang tidak senang saat membahas bayi mereka.

Jisung sadar bahwa Jaemin belum siap menjadi ayah, ada trauma di dalam dirinya.

"Sa-sayang, ini ayahmu!"

Jisung tersenyum haru, dia memeluk Jaemin erat merasa bangga dengan Jaemin.

"Jaemin, kamu pasti bisa menjadi ayah yang hebat!"

"Benarkah? A-aku takut melukainya, aku takut akan menjadi ayah yang buruk untuknya, aku takut tidak bisa menyayanginya dengan baik, aku takut akan menjadi sosok menyeramkan seperti ayahku," Jaemin meluapkan seluruh rasa takutnya kepada Jisung.

Jisung mengangguk paham, mengelus kepala Jaemin. "Kamu bukan ayahmu Jaemin, Jisung tahu bahwa Jaemin akan menjadi ayah yang hebat. Jaemin tahu tidak? Awalnya Jisung juga takut saat memikirkan apakah Jisung bisa menjadi sosok ibu yang baik? Tapi Jisung tahu apapun yang terjadi anak ini sudah hadir. Kita lah yang menginginkannya, jadi kita harus merawatnya bersama, jika masih belum yakin mari belajar bersama untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak kita kelak. Bagaimana? Jaemin mau kan?"

Jaemin mengangguk, dia merasa senang. Semoga saja dia bisa menyayangi anaknya seperti apa yang Jisung katakan. Namun, jika tidak bisa juga maka setidaknya Jaemin harus menjadi sosok yang baik sebagai seorang ayah.

Married with Cold ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang