04 - Berbohong Demi Kebaikan

2.8K 386 26
                                    

Operasi pengangkatan usus buntu berjalan dengan lancar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Operasi pengangkatan usus buntu berjalan dengan lancar. Saat ini Dito sedang istirahat di bangsal. Kondisinya sudah membaik. Barusan coba duduk dan langsung bisa. Inayah jadi tidak kesulitan saat memberikan makanan.

Inayah tampak gelisah sebab Lukman yang diamanahkan menemani Dito malam ini belum datang juga. Padahal, dia harus pergi ke Yukata. Dua hari lagi penerbit mengadakan acara festival buku dan Inayah bertindak sebagai salah satu panitianya. Tahu Dito masuk rumah sakit sakit dan harus dioperasi, Pak Arya sudah memberi kelonggaran waktu, akan tetapi Inayah merasa tidak enak. Paling tidak malam ini saja dia mengecek tempat acara, memastikan semuanya sudah terpenuhi.

Tirai tiba-tiba dibuka dari luar. Inayah kira sepupunya yang datang, tetapi justru perempuan yang tadi pagi memeriksa Dito.

"Selamat malam. Saya ditugaskan Dokter Ahsan untuk mengecek pasien," kata perempuan itu, lengkap dengan ekspresi ramah.

"Oh, silakan, Dok."

Inayah mundur tiga langkah dari brankar Dito, memberikan ruang untuk Rianti.

"Saya izin cek tensi dan cek suhu, ya, Mas."

"Boleh, Dokter Cantik."

Mendengar itu, Inayah memutar bola matanya. Lagi sakit pun Dito masih sempat menggombali perempuan.

Dari kejauhan, Inayah memperhatikan Rianti memasang manset ke lengan atas Dito, lalu tangan satu lagi menekan tombol tensimeter digitalnya. Setelah berhasil menemukan angka yang akurat, Rianti lantas melepaskan manset itu.

"Normal semua, ya. Besok siang Dokter Ahsan yang akan memeriksa ulang. Jika ada keluhan, silakan hubungi suster, ya, biar nanti langsung diperiksa."

"Makasih, ya. Dokter Cantik udah punya pacar belum?"

Inayah langsung melempar tatapan tajam. Wajahnya memanas. Adiknya memang tidak bisa diprediksi. "Dito!"

Rianti tersenyum lebar, mengisyaratkan dirinya tidak terganggu sama sekali dengan pertanyaan Dito. "Kebetulan udah punya."

"Yaah, sayang banget, padahal aku mau daftar jadi pacar Dokter. Kan, enak nanti kalau sakit nggak perlu datang ke rumah sakit. Diperiksa sama Dokter langsung sembuh."

"Dito!" tegur Inayah lagi. "Maaf, ya, Dok."

"Nggak apa-apa, Mbak. Saya permisi dulu, ya."

Inayah mengiakan. Rianti lantas beranjak keluar dari bangsal. Setelah punggung Rianti tidak terlihat, Inayah memukul betis adiknya yang tertutup selimut.

"Kamu, tuh, sopan dikit, dong! Masa tanya begitu ke dokter!"

Dito mencebik. "Ya, kan, mau nyoba akrab, Mbak."

"Nggak kayak gitu caranya. Keliatan genit tahu nggak! Bukannya kemarin kamu punya pacar?"

"Kan, buat koleksi, Mbak."

Pelerai Demam - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang