05. { Runtuh }

1.6K 172 3
                                    

"Dan... Haechan Hyung, aku merindukanmu."

Laki-laki itu melunturkan senyumnya seketika saat orang di dalam layar ponselnya itu mengatakan kalimat itu dengan ekspresi putus asa seraya memegang piala awards.

"Dimana pun Hyung berada, aku harap Hyung bahagia dan sehat. Hyung, aku merindukanmu dan menunggu kembali mu."

Hatinya terkoyak dan tubuhnya gemetar, tiba-tiba jantungnya berdetak sangat kencang bahkan ia mulai sedikit kesusahan bernapas dan ponselnya jatuh ke dadanya. Ia melirik layar elektrokardiogram yang menunjukkan grafik tidak stabil. Tubuhnya bahkan masih melemah karena efek kemoterapi kemarin.

Haechan melepas segara kabel dan juga oksigennya lalu duduk, bangkit dari posisi tidurannya. Mengatur napasnya pelan-pelan, Haechan turun dari brankar, menarik infusnya dan berjalan mendekati jendela.

Mendengar kalimat seperti itu dari Jisung membuat Haechan tersentuh. Hatinya sakit melihat wajah putus asa Jisung. Ia tidak tega, ia ingin memeluk adiknya itu. Haechan juga sangat merindukan Jisung dan berharap Jisung bahagia.

Tangan Haechan terkepal, ia menggigit bibir bawahnya menahan air matanya. Saat ini ia sangat ingin memeluk Jisung dan berteriak bahwa ia juga merindukannya. Ia merasa bersalah pada Jisung karena sudah membuat adiknya itu sedih. Sungguh demi apapun, Haechan ingin memeluk Jisung dan meminta maaf.

Tubuh Haechan bergetar hebat karena usahanya untuk menahan air mata, bibir bawahnya mulai mengeluarkan darah begitu juga telapak tangannya yang terluka karena kukunya. Isakan kecil mulai terdengar namun Haechan masih menahannya, hingga tenaganya mulai menghilang dan Haechan merasa lemas lalu terduduk.

Ceklek

"Haechan-- Haechan-ah?" "Haechan!!"

Eomma Haechan yang baru saja masuk langsung menghampiri Haechan dengan panik melihat Haechan bersimpuh di lantai.

"Haechan apa yang kau lakukan-- Hyuck-ah berhenti mengigit bibir mu, kau berdarah!!!" Eomma Haechan memeluk Haechan erat dan saat itu juga pertahanan Haechan runtuh, air matanya langsung membanjiri pipinya dan isakan yang tadinya lirih menjadi keras.

"Eomma... Eomma katakan aku salah. Ini adalah salahku karena meninggalkan mereka dan menyakiti mereka."

"Tidak Hyuck-ah... "

"Aku sudah membuat Jisung sedih. Aku sangat bersalah, jadi aku harus kembali bukan?"

Haechan melepas pelukannya dan menatap Eommanya dengan wajah yang sudah penuh air mata dan masih terus keluar. Eomma Haechan menggeleng, tidak sanggup melihat anak sulungnya sangat lemah seperti ini.

Haechan menggeleng lemah, meremat kuat baju Eommanya untuk menahan tubuhnya yang benar-benar sudah lemas ini untuk tidak jatuh. "E--eomma.. hhh hahhh. Eommahh aaku, aku juga merindukan Jisung."

"Eomma aku merindukan Mark Hyung, Johnny Hyung, Taeyong Hyung dan semuanya. Eomma, apa Taeil Hyung baik-baik saja di militer?"

"Hyuck-ah ayo kita ke brankar--"

"Eomma... "

Haechan memeluk Eommanya lagi, menumpukan semua berat badannya. Ia merasakan pusing luar biasa dan sedikit mual, sepertinya ia akan kehilangan kesadaran.

"Eommahh... Haruskah aku berlutut atau memeluk mereka saat bertemu nanti?"

"Tidak bisakah aku pergi menemui mereka sekarang juga? Aku merindukan mereka, aku membutuhkan mereka."

"Eommahh... Ku mohon, tidak bisakah aku mengakhiri ini semua? Eomma, aku kesakitan. Ini sangat menyakitkan, aku tidak mau melakukannya. Eomma, tidak bisakah aku tidak melakukannya? Aku tidak mau bermain petak umpet lagi. Aku tidak ingin bersembunyi dari mereka, aku tidak bisa terus bersembunyi. Aku... Lelah."

Akhirnya pandangan Haechan berubah gelap, ia kehilangan kesadaran membiarkan Eommanya menangis. Eomma Haechan bahagia sekaligus sedih dan khawatir karena akhirnya Haechan meruntuhkan pertahanannya, merengek dan menangis. Betapa kesulitannya putranya sampai menangis seperti itu, betapa putus asanya putranya, betapa ketakutannya putranya saat begitu kuat Haechan meremat bajunya.

"Eomma mianhae, Hyuck-ah... "

Setelah memindahkan tubuh Haechan, Eomma Haechan belum berhenti menangis. Ia benar-benar merasa bersalah karena tidak bisa melakukan apapun untuk putranya.

"Eomma, jika suatu hari aku melakukan hal bodoh meminta membawa mereka kepadaku atau merengek minta kembali ku mohon abaikan saja."

"Itu hanya keinginan ku sesaat, aku sungguh tidak boleh bertemu mereka. Aku harus kesulitan agar aku bertekad kuat untuk sembuh."

"Eomma dan Appa sudah lebih dari cukup bagiku, jadi jangan khawatir." 


Ternyata saat seperti ini yang Haechan maksud dulu. Haechan menahan yang merupakan benar-benar keinginannya untuk mencapai tujuannya saat ini.

"Putra Eomma tunggulah sebentar lagi heum? Kita hampir sampai, kau hampir menyelesaikannya. Putra Eomma sudah melakukan yang terbaik sampai saat ini, kau sudah bertahan dengan sangat baik. Bertahan lebih lama lagi, heum? Eomma akan langsung membawamu menemui Hyung dan adikmu saat kau sudah sembuh, jadi tunggulah sebentar lagi."

Eomma Haechan mengusap air matanya, keluar dari ruangan Haechan setelah memasang kabel-kabel di tubuh Haechan dan juga oksigen agar kondisi Haechanie terpantau.

Selama di sini, Eomma Haechan juga belajar tentang medis agar ia sedikit mengerti cara melakukan penanganan pertama saat Haechan drop. Seperti yang kita tahu, dokter Haechan sedikit sibuk. Semua pasiennya sama penting dan parah seperti Haechan, jadi tidak selalu gerak cepat saat Eomma Haechan memanggil bantuan.
Tidak apa, Eomma Haechan juga senang melakukan ini.

"Eohh Jaemin-ah... "
Eomma Haechan menelepon Jaemin setelah keluar dari ruangan.

"Nee eommoni. Bagaimana kabar eommoni?"

"Aku setiap hari selalu sama, baik-baik saja Jaemin-ah.

"Syukurlah kalau begitu... Eommoni aku, emn... Aku memberitahu Jen--" 

"Jaemin-ah, apa kau sibuk?" Katakan saja Eomma Haechan tidak sabaran, ia hanya tengah khawatir pada putranya saat ini. Sedikit tidak enak, tapi ia ingin Jaemin datang lagi dan menenangkan putranya.

"Eoh? Emnn tidak terlalu eommoni, saat ini aku dan yang lainnya sedang dalam perjalanan pulang. Besok kami hanya harus pergi latihan untuk comeback kami."

"Aahh begitu rupanya, kalian akan segera comeback. Kalau begitu kau sangat sibuk," ujar Eomma Haechan lesu seraya mendudukkan dirinya di kursi.

"Tapi, bolehkah aku bertanya kenapa eommoni menelepon? Haechan baik-baik saja kan?"

Eomma Haechan diam, ia berpikir haruskah ia jujur pada Jaemin atau tidak?

"Eommoni? Ku mohon jangan sembunyikan apapun dariku. Haechan juga berharga bagiku, ah tidak. Bagi kami."

"Jaemin-ah, ottokaji?"




"Jaemin-ah, ottokaji?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] 2. Found Sun : Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang