16. { Bujuk Renjun }

1.4K 159 4
                                    

Saat merasakan sentuhan di kepalanya, laki-laki itu menggeliat kecil. Ia berusaha membuka matanya yang tertutup rapat, samar-samar ia melihat laki-laki berkulit putih susu yang tersenyum hangat padanya.

"Hyung sudah bangun?"

Saat penglihatannya mulai jelas, ia pun mengangguk. "Eohh Chenle-ya." Haechan kembali menutup matanya, karena rasanya ia sangat malas bangun.

"Kau tau Hyung, saat terbangun tadi aku sangat takut. Jika tadi malam adalah mimpi, jika kau hanyalah halusinasi ku yang kesekian kalinya. Tapi saat menemukan mu tidur di sampingku aku sangat bersyukur."

Haechan terkekeh kecil, masih menutup matanya. "Uri Chenle sangat pintar menggoda Hyung mu heum? Jujurlah padaku, kau sudah memiliki pacar kan?"

"Aku sungguhan Hyung, aku sungguh ketakutan tadi."

"Arraseo... " Haechan memilih untuk membuka matanya dan duduk menghadap Chenle. "Lihatlah, aku ada di depanmu dan ini bukan mimpi atau halusinasi."

Chenle tersenyum lebar, ia memeluk Haechan erat. "Gomawo Hyung, terimakasih sudah bertahan."

Ceklek

Keduanya menoleh ke pintu seketika saat tiba-tiba seseorang membukanya kasar. Empat laki-laki yang masih memakai piyama tidur itu langsung menghampiri Haechan. "Ku kira kemarin malam hanya mimpi saat aku tidak menemukanmu dimanapun... "

Haechan tersenyum tipis mendengar ucapan Renjun. Ia tidak pernah melihat sosok Renjun yang seperti ini.

Renjun menggenggam tangan Haechan erat. "Jangan menghilang lagi. Jika kau ingin pergi, setidaknya berpamitan dulu."

"Arraseo arraseo. Ada apa dengan kalian? Kalian masih mabuk? Aku akan membuatkan sup untuk kalian," tawar Haechan.

"Duduk saja. Biar aku yang membuat," ucap Jaemin menahan Haechan yang hendak beranjak.

"Ah! Jaemin-ah, setelah sarapan aku akan pergi ke Jeju untuk menemui Hyunwoo. Tolong kirim pesan padaku Eomma," pinta Haechan.

Jaemin menatap Haechan tajam. "Kau, apa kau menyembunyikan sesuatu? Dimana ponsel mu, kau bahkan menelepon eommoni dengan ponselku!"

"Aku--"

"Haechan pasti punya alasan Jaemin-ah, apa kau tidak bisa menolong Haechan dengan bantuan kecil seperti itu?"

Ah benar. Setelah pengakuan Jaemin tadi malam, member kesal pada Jaemin. Mereka merasa dibohongi dan dikhianati. Bagaimana bisa Jaemin tidak mengatakan apapun pada mereka padahal Jaemin tahu semuanya.

"Aniya, aniya Renjun-ah tenang. Ini bukan salah Jaemin, jangan kesal."

"Aku tidak kesal! Aku hanya memintanya untuk menuruti permintaan mu. Jika Jaemin tidak mau, kau bisa meminjam ponselku Haechan--"

"Renjun-ah... "

Jeno memegang bahu Renjun, menenangkan Renjun. "Kau tidak ingin lagi ini menjadi pagi yang buruk kan? Haechan disini bukan untuk melihat pertengkaran kita. Jaemin juga pasti punya alasan."

Renjun mendengus, ia pergi terlebih dahulu. "Hyung!!"
Jisung memilih untuk mengikuti Renjun, takut-takut Renjun melakukan sesuatu yang buruk dalam kemarahannya.

Jaemin menghela napasnya panjang. "Tunggulah, aku akan membuat sup untuk kalian. Dan Lee Haechan, apa kau membawa obat mu?"

Haechan meringis pelan. "Aku lupa, obatku ada di tas ku. Tentu saja di rumah," ujar Haechan cengengesan.

"Kau gila? Aku akan mengambilnya--"

"Aniya Jaemin-ah, aku yang akan mengambilnya sendiri nanti setelah makan. Aku akan mampir ke rumah sebelum ke Jeju."

"Tapi Hyung, kenapa kau tiba-tiba ingin ke Jeju?" Tanya Chenle penasaran. Ia masih ingin melihat Haechan, tapi Haechan pergi lagi.

"Hanya untuk berjaga, jika muncul rumor."

"Rumor?"

Tentu saja Haechan sadar, seseorang berhasil memotretnya kemarin saat ia keluar dari ruang tunggu 127. Ia juga yakin, Kang Eun Hye akan memperkuat rumor itu karena ia sudah membuang ponselnya. Kang Eun Hye pasti tengah mencarinya kemana-mana. Akan aman bagi Haechan untuk pergi ke Jeju untuk sementara waktu.

"Dimana Renjun?"

Haechan menatap kursi Renjun yang kosong, Jisung datang seorang diri tanpa Renjun.

"Masih di kamar, katanya makan nanti."

Jaemin meletakkan gelasnya. "Aku akan membujuknya."

"Tunggu sebentar Jaemin-ah! Biar aku yang ke sana, kau makanlah."

Haechan bangkit dari kursinya dan pergi ke kamar Renjun. Si empu hanya sedang duduk di mejanya, berkutat iPad nya.

"Renjun-ah... "

"Haechan-ah? Kenapa kau kesini? Kau harus makan."

"Kau juga tidak makan."

"Jangan cemaskan aku, aku belum lapar."

Haechan duduk di kasur Renjun, diam sejenak merangkai kalimat yang tepat untuk membujuk Renjun dan juga tidak menyakiti perasaan Renjun.

"Jaemin menyembunyikan semuanya karena aku yang memintanya... "

"Jangan bahas itu Haechan-ah, aku malas!"

"Aku bergantung pada Jaemin, aku membutuhkannya, aku terus membutuhkannya, dan Jaemin tidak pernah menolak permintaan ku. Jaemin selalu ada untukku."

"Jaemin selalu datang saat aku ingin menyerah."

"Renjun-ah... " Renjun menatap Haechan.

"Aku berada di sini karena Jaemin. Aku tidak tau aku bisa melewati semuanya jika bukan karena Jaemin."

"Kau tau, dua tahun ini tidak mudah bagiku. Sakit? Aku tidak boleh takut sakit, aku harus melakukan semuanya untuk sembuh. Aku berjuang meski aku ingin menyerah, aku tetap bertahan hidup meski aku ingin mati. Dan di saat aku ingin menyerah, Jaemin yang menyemangati ku untuk tetap berjuang. Saat aku ingin mati, Jaemin yang menunjukkan alasan apa untuk ku bertahan hidup."

"Dia selalu datang di titik rendahku, meski dia sendiri sedang kelelahan. Meski sulit, lelah, dan menyesakkan dia tetap semangat untukku."

"Tanpa sadar, aku sangat bergantung pada Jaemin. Jadi Renjun-ah... "

"Jangan membencinya. Jangan mengabaikannya. Kau boleh kesal, tapi jangan terlalu lama."

Haechan menepuk pundak Renjun dua kali, lalu keluar dari kamar Renjun. Namun baru saja ia membuka pintu, Jaemin berdiri di depannya dengan senyum menggoda. Apa Jaemin mendengar ucapannya? Seharusnya tidak boleh...

"Mwoya, jadi kau sangat bergantung padaku?"

"Aniya! Aniya Jaeman-ah!"

"Kukira Jaeman itu karena kau mengejekku, tapi itu adalah panggilan sayang?"

"Hentikan Na Jaemin!"

"Apa kau tersipu malu?"

"Shibal, jangan seperti itu Jaemin-ah kau membuatku merinding!"

"Kau sangat suka padaku sampai merinding di dekatku?"

"Aiishhh!"

Haechan pun berlari menghindari Jaemin yang sudah mirip seperti ahjussi mesum.

"Yaa Lee Haechan, kemari kau!!"

"Pergi, jangan dekati aku!!"

Renjun yang menyaksikan itu terkekeh kecil. Ia menatap gambar di iPad, ia menggambar NCT Dream dengan tujuh member, memfokuskan perhatiannya pada gambar Haechan yang memeluk Jaemin erat. "Gomawo Jaemin-ah, sudah menemani teman kita dan membawanya kembali pada kita."

[✓] 2. Found Sun : Lee HaechanWhere stories live. Discover now