1. The Dog and The Master

146 7 23
                                    

Author's POV

"Uweekkk"

Suara muntahan seorang pria kembali terdengar pada sebuah ruangan dengan pencahayaan yang remang. Pria itu mencoba mengusap ujung bibirnya. Namun bau anyir di tangannya yang berlumuran dengan darah, seolah tak mampu ia tahan lagi.

Ia basuh tangannya berulang kali, namun semakin ia basuh, bau anyir itu semakin kuat tercium. Penyesalan memang selalu datang di belakang. Namun, percuma juga ia mengeluhkannya saat ini.

Ia tak boleh lemah. Ini adalah harga yang harus ia bayar demi mendapatkan apa yang ia inginkan. Harga yang sesungguhnya tak sepadan, namun untuk memuaskan ego dan hasratnya, lelaki itu tak peduli lagi.

Ia bangkit dari tempat duduknya. Menyelesaikan sisa pekerjaan yang belum ia selesaikan. Sebelum fajar terbit, semua harus sudah beres. Hanya agar tidak ada satupun orang yang dapat mengendus perbuatannya.

########

Ilana's POV

"Selamat pagi pendengar radio ahreumyang. Masih setia dengan langit bermendung sedari pagi. Berikut headline news yang baru saja kami terima dari Kantor Kepolisian Gangwon. Telah ditemukan tubuh manusia di sekitar Sungai Soyang di distrik Gangwon. Sampai berita ini diturunkan belum diketahui pasti identitas dari korban mutilasi-"

Siaran radio terputus. aku memindahkannya ke channel radio lain. Ini masih pagi, dan aku sudah disuguhi berita seberat ini. Bukankah lebih baik siaran radio mengabarkan titik-titik kemacetan lalu lintas hari ini, agar dapat mengantisipasi kemacetan?

Pagi ini sebelum jam pertama perkuliahan, aku harus mengikuti rapat kepanitiaan festival tahunan kampus kami. Aku selaku wakil ketua, memiliki tanggungjawab memastikan lancarnya acara tahunan tersebut. Ya, aku agak menyesal karena kalah dalam pemilihan ketua Kepanitiaan Festival tahun ini. Aku kalah dari Sunoo. Pria cantik dan populer dari fakultas FISIP. Pria yang selalu menyunggingkan senyum penuh kepalsuan padaku. Demi tampak baik kah?

Aku melajukan mobil Maserati Ghibli dengan santai ke arah kampus sebelum sebuah notifikasi pesan masuk muncul di layar ponselku.

Bella

Lana, aku titip absen.

Hari ini aku sakit, aku ingin istirahat.

Makasih

Bella sakit? Ada apa lagi dengan gadis itu? Apa dia disiksa pria parasit itu lagi? Tak bisa dibiarkan. Bagaimana bisa Bella terus memelihara pria tak berguna macam itu. Aku putar kemudiku ke arah kosan bella yang terletak tidak jauh dari kampus. Emosiku sudah diubun-ubun.

Sesampainya di kosan Bella, aku langsung berlari ke lantai atas guna mengecek kondisinya. Lihat saja, pria itu akan aku habisi jika terjadi apa-apa dengan Bella.

Pintu kuketuk. Sekali. Dua kali. Akhirnya pintu terbuka. Menampakan wajah pria yang sangat tak kusukai.

"Hi Lana. Apa yang -?"

Langsung aku potong ucapan pria itu dengan masuk ke kamar Bella. Aku melihat teman baikku Bella sedang tertidur di sebuah ranjang kecil yang terlihat menyedihkan. Sungguh pemandangan kaum marginal yang terasingkan.

Aku mendekati tubuh Bella. Sesekali aku sisingkan lengan baju serta kerah bajunya. Mencari luka dan memar yang mungkin tercipta. Ketemu. Beberapa luka dan memar disekitar pergelangan tangan atasnya. Kini pandanganku teralih ke arah pria yang sedari tadi mengekoriku.

Aku berdiri mendekatinya.

"Plak"

Tanpa sadar, aku sudah menampar wajah tegas pria itu.

The Honey's TrapWhere stories live. Discover now