3. Honey But Poison

65 8 18
                                    

Ilana's POV

"Ah iya, Wonwoo apa yang membawamu ke mansionku?"

"Aku tadi ingin mengabarkanmu bahwa Bella telah dibawa pergi oleh Sunoo ke apartemennya." jawab Wonwoo sambil berbalik menatapku tajam.

"Apa?"

Mataku mendelik. Darahku mendidih. Sial, apa lagi ini?

"Aku melakukan seperti apa yang kamu suruh, Lana. Tepat setelah jam perkuliahannya usai, aku mengikuti mobilnya. Mobilnya berhenti tepat di apartemen sahabatmu. Aku menunggunya keluar. Dan aku melihat Bella mengekorinya. Mereka membawa barang bawaan yang cukup besar. Saat itu aku penasaran hingga tanpa sadar mengikuti mereka hingga mobil Sunoo berhenti di depan gedung apartemen mewah miliknya."

Aku mengepalkan tangan kuat-kuat. Perasaan kaget dan amarah bercampur menjadi satu. Baru tadi siang aku bertemu dengan Sunoo dan dia bertanya mengenai Bella. Sekarang aku mendapat kabar bahwa pria itu sudah membawa temanku ke apartemennya.

"Apa hubungan mereka, Wonwoo? Apa kamu mendengar rumor-rumor miring soal mereka?" tanyaku sambil terus menatap Wonwoo tajam.

"Aku tidak tahu apakah harus mengatakannya." jawab Wonwoo memalingkan pandangannya. Seolah ragu mengutarakannya.

"Katakan!"

"Ada rumor yang menyebutkan bahwa Bella adalah wanita panggilan dan Sunoo adalah pelanggan setianya. Aku mendengar itu dari rumor-rumor miring yang menyebar di kalangan mahasiswa. Aku tidak tahu kebenarannya, namun dengan bukti ini, aku semakin yakin bahwa rumor itu benar."

"Nanti setelah membakar semua ini, naiklah ke kamarku, Wonwoo. Aku ingin membersihkan diri." Ucapku dingin kemudian membalikan tubuh dan melangkah menuju kamarku di lantai atas.

Aku berusaha bersikap setenang mungkin. Wanita panggilan. Bella? Dari banyaknya pekerjaan, gadis gila itu memilih menjadi wanita panggilan. Dimana harga dirinya? Tidak, bahkan apakah wanita itu memiliki harga diri? Seorang sahabat Ilana Park melakukan pekerjaan hina? Tidak hanya membohongiku, dia juga mempermalukan diriku yang adalah sahabatnya.

Sunoo. Pria penuh topeng itu berbahaya dan dari banyaknya pria, mengapa harus dia, Bella? Seorang anak chaebol generasi ketiga yang juga sulit untuk disentuh. Sial, lawanku kali ini pria itu? Tapi, ini cukup menarik. Aku tersenyum tipis sambil terus menaiki tangga ke arah kamarku. Sunoo, apakah aku harus menargetkanmu kali ini?

Sesampainya di dalam kamar, aku membersihkan tubuhku yang sudah dipenuhi peluh dan cipratan darah di bawah guyuran air dari shower yang hangat. Aku membersihkan rambut dan wajah serta sela-sela jariku. Baru kemudian aku berendam di bathtube yang sudah aku isi dengan larutan susu dan kelopak bunga mawar. Aku harus menghadapi semua masalah dengan tenang agar dapat menyusun strategi dengan rapi.

Aku sandarkan kepalaku pada sandaran bathtube. Mencoba menutup kedua mata dan bersikap rileks. Namun, tiba-tiba saja kilatan masa lalu itu kembali menghampiriku.

Flashback On

Suara pukulan dan teriakan terdengar dari luar kamar Lana. Lana kecil kini bersembunyi di dalam lemari. Tubuhnya sudah gemetaran. Ia terus menutup kupingnya sambil menghitung angka dari 1 hingga 100 seperti perintah dari sang ibu. Ini bukan kejadian pertama kali baginya. Meskipun demikian, ia tak kunjung terbiasa.

Hal ini terjadi bertahun-tahun, hingga Lana beranjak remaja. Terkadang ayahnya yang ringan tangan tak segan-segan memukul Lana yang sudah mulai berani membela ibunya. Pukulan demi pukulan, tiap hari terus ia tahan. Sorot mata Lana menggelap, kendati air mata terus mengalir dari sudut matanya. Ayahnya selalu merasa berkuasa, tidak hanya urusan pekerjaan tapi juga rumah tangga. Hal ini diperburuk dengan kematian kakak laki-laki Lana semasa kecil yang membuat sang ayah terus menyalahkan ibunya dan Lana.

The Honey's TrapDonde viven las historias. Descúbrelo ahora