2. Monster Underneath The Bed

95 9 27
                                    

Ilana's POV

"Plak"

Aku menampar wajah Wonwoo dengan sorot mata penuh kemarahan.

"Bodoh kau, Wonwoo"

Bekas kemerahan nampak jelas di pipinya. Dengan kilatan amarah di kedua netraku, aku sungguh meruntuki setiap perbuatan Wonwoo yang kelewat ceroboh. Membuat keributan di tengah malam. Membuat pingsan pria menjijikkan ini. Semua tepat dilakukan di depan mansionku. Tidak bisakah setidaknya ia biarkan dulu pria itu masuk ke dalam mansionku?

"Lana, apa yang-"

"Hentikan itu. Bantu aku memasukan si brengsek ini ke rumah, Wonwoo. Cepat."

Segera aku potong ucapan Wonwoo, sambil berusaha menyeret tubuh pria brengsek itu. Berat. Melihatku kesulitan, tanpa banyak bertanya, Wonwoo membantu menarik tubuh pria itu masuk ke dalam mansionku. Setelahnya, sambil memeriksa kondisi sekitar, aku bawa masuk mobil milik pria itu ke dalam garasi.

Aku kembali mengecek kondisi sekitar. Memastikan bahwa semuanya terkendali. Begitu yakin tak ada seorangpun yang lewat, segera aku singkirkan vas bunga yang pecah itu ke tempat sampah. Bekas tanah yang berserakan itu aku gunakan untuk menutupi darah yang berceceran di depan pintu gerbang. Netraku tak lepas mengawasi sekitar. Setelah tertutupi sempurna, aku kembali masuk ke dalam mansion.

"Harus aku apakan pria ini, Lana?" tanya Wonwoo yang membuatku terkesiap. Ia telah mengikat kedua tangan pria itu ke belakang. Wonwoo sangat tanggap dan aku menyukai kesigapannya. Aku tersenyum tipis sembari menghampirinya.

Tatapan kami bertemu. Ia menunduk seolah takut padaku. Sementara aku hanya tersenyum kecil. Tanganku melayang ke udara. Ia menutup kedua matanya.

"Apa itu sakit? Maaf, aku harus mendisiplinkan tindakan gegabahmu itu, Wonwoo." ucapku sembari mengelus sisian wajah bekas tamparanku. Wajah Wonwoo seolah bertanya-tanya. Aku hanya tersenyum tipis.

Sesaat kemudian, ia membalas senyumanku. Lalu membawa tanganku untuk ia kecup. "Aku tahu kesalahanku, Lana. Aku minta maaf karena bertindak gegabah."

Lihatlah, bukankah Wonwoo adalah perisai terbaik yang aku punya. Aku mengelus sisian wajahnya yang lain dengan tanganku. Netra kami bertemu. Untuk sesaat, kami seolah terhanyut oleh momen romantis ini.

"Euh...euh"

Erangan pria brengsek itu memecah keheningan di ruangan ini. Membuat perhatian kami tertuju padanya. Sialan, rupanya pria itu belum mati. Tapi baguslah, aku juga tak ingin mainanku mati dengan cepat.

Pria brengsek itu telah melecehkanku selama berada di dalam mobilnya. Kira-kira harus aku apakan tangannya? Aku tersenyum sinis. Memikirkannya saja sudah membuatku berdebar.

"Wonwoo, mari bawa sampah ini ke kamar merah." ajakku pada Wonwoo. Kami bersama-sama menyeret tubuhnya menuju kamar yang kumaksud. Sesampainya di dalam kamar. Aku menidurkan pria brengsek itu ke sebuah ranjang yang sudah aku desain sedemikian rupa dengan rantai yang mengikat kedua tangan dan kakinya.

"Euh, perempuan sialan, apa yang mau kamu lakukan padaku?" teriak pria itu yang kini sudah sadar dari pingsannya.

"Bersenang-senang, tentu saja. Seperti yang kamu katakan, Haneul." jawabku sambil menyunggingkan senyum tipis.

Aku menatap ke arah Wonwoo seolah memberi kode padanya untuk meninggalkanku berdua dengan pria brengsek ini. Wonwoo seperti seharusnya, mengikuti semua perintahku tanpa banyak bicara. Ia tutup pintu kamar ini dengan hening. Haruskah aku memberikannya hadiah karena telah menjadi anak baik?

"Lepaskan ikatanku perempuan jalang. Kamu dengar kan?" teriak pria itu semakin menggema.

Perempuan jalang. Siapa yang ia maksud dengan perempuan jalang? Aku? Sialan. Beraninya orang rendahan semacamnya mengataiku perempuan jalang. Di dunia ini, ada beragam jenis manusia dan dia, adalah jenis manusia sampah yang tak bisa didaur ulang. Aku tersenyum masih membelakanginya.

The Honey's TrapDonde viven las historias. Descúbrelo ahora