"Yo! Hiro-kun," suara itu memaksa Ryuichi Hiro untuk mengalihkan perhatiannya dari kuisioner karis masa depan ke asal suara. "Kau tidak sedang minum-minum, 'kan?"
Sebelum Ryuichi Hiro bereaksi, gadis itu seenaknya sendiri mengambil tempat di kursi lainnya. Mengempaskan pinggulnya tanpa beban, tanpa canggung sedikit pun.
Yang benar saja, mengapa gadis ini selalu saja tiba-tiba muncul? Dan duduk tanpa dipersilahkan, sungguh tidak sopan! erangnya tertahan.
"Minum-minum? Pertanyaan aneh macam apa itu?" Tuduhan semena-mena itu cukup membuatnya tersinggung. Lalu ia meletakkan kertas itu di dalam naungan kedua lengannya.
Namun, ia sedikit mampu mentoleransi ucapan Sachi. Karena ia sekarang sedang berada di salah satu gang sempit yang dipenuhi bar dan tempat makan yakitori, Omoide Yokocho.
Ia juga berusaha untuk bersikap bijaksana saat Zoe Sachi melayangkan pandangan curiga karena sedang minum sake secara diam-diam. Lagi-lagi mencurigai orang tanpa alasan yang jelas merupakan tindakan yang tidak sopan.
Zoe Sachi menyipitkan matanya. "Untuk apa anak sekolahan duduk sendiri di Omoide Yokocho?" pungkasnya, lalu ia memutar pandangannya ke sekeliling kios kecil ini. "Di mana Akira-kun? Jadi kau benar-benar sendiri?"
Hiro berdecak kesal, lalu ia mengangkat satu jarinya sejajar dengan wajah Zoe Sachi. "Pertama, aku sedang ingin makan yakitori. Kios ini adalah tempat terbaik untuk menikmati daging panggang."
Zoe Sachi mengerjap, lalu mendesah pelan setelah matanya menangkap piring dan tusuk kayu bekas yakitori.
"Kedua, Katagiri Akira tidak hadir di sekolah hari ini. Dia sakit."
Tapi, yang benar saja, mengapa ia repot-repot menjelaskan kepada Zoe Sachi. Seharusnya, tak perlu menjelaskan dan abai saja pada gadis yang sempat merusak kedamaiannya. Padahal sore ini ia menyempatkan diri datang di salah satu gang sempit yang berada di Shinjuku untuk menyendiri, sambil kembali memutar otak.
Karir masa depan yang harus segera ia tentukan, dan Akira ....
"Hiro-kun ...," panggil Sachi lagi, lihat dia bahkan tidak merasa bersalah sedikit pun setelah merusak ketenangan seseorang. "Aku haus."
Hiro mengerutkan keningnya samar. "Lalu?"
Zoe Sachi tidak menjawab, ia hanya menghela napas lalu menempatkan dagunya untuk bertumpu pada tangan. Menjatuhkan pandangan yang dapat menguji pendirian Hiro.
Pandangan mata Zoe Sachi seolah memberikan uluran baginya untuk masuk ke mata amber itu dan membiarkannya menjelajah di dalam sana. Benar-benar sulit Hiro abaikan, kontan benaknya melemah begitu saja. Ia tidak mampu mengusir Zoe Sachi, juga tidak mampu menolak permintaan gadis itu.
Merasa telah dikalahkan oleh Zoe Sachi, tidak ada pilihan lain selain bangkit dari kursi dengan tampang cemberut yang sangat khas. Mengambil langkah menjauh untuk memesan apa yang diinginkan seorang gadis yang wajahnya dikuasai oleh tampang cengar-cengir itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Start at 18yo ✔️
RomanceGadis itu berbeda, dia penuh semangat, bersinar, dan mencuri perhatiannya. Tapi ternyata takdir berkata lain. Sesuatu yang tidak logis bagi otak pintarnya membuat Ryuichi Hiro dan Zoe Sachi bersaudara. Tapi, saat tinggal dalam satu rumah dan menja...