29) Orang Hilang

114 19 10
                                    

oOoOo

10 Mei

"Ini sudah sepuluh hari, dan kau belum menemukan petunjuk apapun mengenai Kakak? Jangan bercanda!" Satu kali gebrakan meja itu, membuat suasana menjadi hening seketika. "Kau sedang mencari orang hidup, dan hampir semua pihak kepolisian di kota ini mengenalnya. Apakah ini begitu sulit bagimu?!" ucapnya, dengan sedikit menyentak.

Seorang pria dengan seragam kebanggaan nya hanya terdiam, memejamkan mata dengan posisi duduk yang tegas. Setelah menghela napas, ia berujar, "Aku tidak main-main dalam melakukan pencarian ini, Rifa. Tapi, keberadaan Rizwan masih belum menemukan titik terang."

Rifa menggelengkan kepalanya, nampak ragu. "Jadi, kalian ingin menyerah? Yang benar saja. Maksudku, Kakak pasti ada di suatu tempat di sudut kota ini," jawabnya, mulutnya nampak gemetaran. "Aku mohon, jangan hentikan pencarian ini."

Toby menatap Rifa, paham mengenai perasaannya saat ini. "Tentu, setidaknya kami akan terus mencari sampai hari ke lima belas," ucapnya, "Rifa, kau tahu bagaimana sikap kakakmu itu, kan? Aku menduga ... ia memang sengaja lari dari semua ini."

"Ha, apa maksudmu?"

Pria itu nampak ragu untuk menjawab, dan memilih melirik Luissa yang duduk di samping kiri Rifa. "Rizwan sengaja bersembunyi, dan ia tidak ingin dicari oleh siapapun, itulah dugaanku."

"Hanya dugaan, bukan kebenaran."

"Itulah yang aku maksud, kalian berdua tahu seperti apa seorang Rizwan Headler itu. Begitu keras kepala, cerdik dan licik." Toby memberi jeda. "Beri kami waktu, kami akan terus mengabari perkembangannya lebih lanjut."

Merasa muak, Rifa melengos keluar ruangan Toby. Melihat tingkah lakunya itu, Toby hanya menghela napas sembari menatap Luissa yang masih duduk berhadapan dengannya. "Maaf membuatmu masuk ke dalam kehidupan kakak beradik itu."

"Tidak, lagipula aku yang memilih masuk," jawab Luissa.

"Aku sudah mendengar semuanya, dan kau sekarang menjadi salah satu saksi dari hilangnya Rizwan. Mengenai klub itu, seorang wanita bernama Yuna, Ruka, atau Cecilia itu, kami belum dengan jelas tahu siapa dia sebenarnya," paparnya, "kami juga sudah mengintrogasi Mr. Albert French, dan ia bebas dari segala tuduhan yang ada.

"Termasuk Jeff, yang pernah menjalin hubungan dengannya. Lagipula, kita belum bisa memastikan apakah Rizwan benar-benar diculik olehnya atau bukan, ini semua masih samar-samar."

Mendengar itu, Luissa hanya diam dan sesekali menganggukkan kepalanya. "Aku mengerti," balasnya, "kami akan menunggunya. Aku yakin, ia baik-baik saja." Setelah mengatakan itu, Luissa keluar dari ruangan menyusul Rifa.

Pandangan Luissa menangkap Rifa yang duduk di sebuah kursi panjang di depan kantor polisi sendirian. Ia kemudian menghampiri Rifa dan duduk di sampingnya. Saat pertama kali bertemu, Luissa merasa heran karena Rifa sama sekali tidak memiliki kemiripan dengan Rizwan. Tapi setelah tahu semuanya, ia merasa bahwa gadis yang lebih pendek darinya ini, tidak jauh berbeda dari Rizwan.

"Rizwan pasti selamat." Luissa membuka obrolan. "Setidaknya sampai flashdisk itu masih di tanganku."

Rifa menoleh padanya. "Kenapa Kak Lui begitu yakin?"

"Karena sejak awal, seseorang yang meneror Rizwan menginginkan benda ini. Menghabisi Rizwan tidak akan membuat mendapatkannya kembali. Mungkin, itu alasan Rizwan diam-diam memberikannya padaku."

Bayangan Putih III : Pisau Tumpul [✓]Where stories live. Discover now