6. Happy birthday to My Father

30 1 0
                                    

Happy Reading guys!!
Terimakasih yang sudah support cerita ini.
Cuma mau mengingatkan saja, Jangan lupa kasih vote dan komentarnya karena dengan kalian kasih vote dan komentar bisa menjadi penyemangat bagi author melanjutkan cerita ini😊


🌝⭐

Lintang telah berhasil melarikan diri dari mantannya itu bernafas lega, dia berpikir mulai hari ini dia akan menggunakan mobilnya saja agar lebih mudah untuk kabur dari Gala. Taksi itu menuju daerah Menteng JakPus, rumah kakeknya.
Lintang merupakan gadis yatim piatu, orang tuanya telah meninggal dunia sewaktu dia berumur 6 tahun akibat kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya. Sejak saat itulah dia di asuh dan dibesarkan oleh kakek dan neneknya dengan penuh kasih sayang melimpah ruah namun sayang itu tidak bertahan lama karena sewaktu usianya menginjak 15 tahun sang nenek ikut pergi meninggalkan dirinya dan kakeknya saja di dunia ini. Kakeknya adalah Tristan Brawijaya. Seorang pengusaha hotel bintang lima yang cabangnya tersebar di Indonesia dan negara Eropa.

Beberapa jam kemudian, dia tiba di rumah kakeknya itu. Kakeknya menyambutnya dengan gembira kepulangan cucu kesayangannya itu.

"Kamu sudah pulang?" Tanya Tristan senyum dan mengelus rambut cucunya sayang.
"Iya, sudah. Kakek aku ke kamarku dulu ya!! Bye kek," ucapnya sambil melangkah kakinya ke tangga namun ia urungkan saat mengingat sesuatu. "Ehm, apa kakek sudah makan?" tanya Lintang sembari menatap tajam Tristan.
"Sudah," jawab Tristan jujur.
"Minum obat?" tanya Lintang sambil tetap menatap serius ke arah kakeknya.
"Jangan khawatir, kakek sudah minum obat. Sana pergi ke kamarmu!!! Kamu bau, sudah berapa hari gak mandi?" usir Tristan sambil menutup hidungnya.
"2 minggu," ucap Lintang senyum kecil.
"Jorok sekali. Sana pergi mandi dan keramasan, rambutmu bau!!" seru Tristan kesal dan melangkah menjauh dari Lintang.

Lintang menciumi rambutnya ternyata benar rambutnya sangat bau dan juga kusut akibat dia bekerja keras sampai keluar keringat dari tubuhnya itu, waktu di asrama rumah sakit dia hanya mandi tidak sempat keramasan karena jadwalnya yang sibuk. Jiwa jailnya muncul, dia pun sengaja mendekati kakeknya saat melihat tingkah laku kakeknya yang berusaha menghindarinya serta memasang wajah datar.

"Kakek aku rindu, sini dong! Aku ingin memeluk kakek," ucap Lintang sambil merentangkan kedua tangannya.
"Yak, bocah nakal. Sana mandi! Dasar anak jorok. Jangan dekat-dekat kakekmu sebelum kamu mandi!" kesal Tristan tetap menjauhi cucunya.

Lintang tertawa saja. Dia tersenyum ceria.

"Aku naik dulu. Bye kakek," ucap Lintang menghentikan aktivitasnya mengganggu kakeknya itu dengan cara menaiki tangga menuju kamarnya itu.

Tristan hanya geleng-geleng kepalanya saja. Dia melangkahkan kakinya ke halaman belakang untuk menikmati waktu senja dengan cara membaca buku disana sebelum jam makan malam.

Beberapa menit kemudian, Lintang kembali turun ke lantai satu dengan masih menggunakan handuk kecilnya di kepalanya.

Dia mencari sang kakek ke dapur namun nihil lalu dia mencari di halaman belakang rumahnya itu, dugaannya benar kakeknya sedang menghabiskan waktunya disana. Dia melihat sang kakek sedang membaca buku.

"Kakek!!!" seru Lintang langsung memeluk dari belakang.
"Kamu membuat kakekmu kaget saja," komentar Tristan sambil mengelus dadanya tanda terkejut.
"Maaf, kakek. Apa jantung kakek baik-baik saja?" tanya Lintang penuh kekhawatiran.
"Untungnya jantung kakekmu masih kuat!" seru Tristan tersenyum.
"Syukurlah!" sahut Lintang bernafas lega. "Kenapa kakek disini? Ayo masuk!" ajak Lintang untuk masuk ke dalam rumah.
"Kakek hanya ingin menghabiskan waktu senja di sini. Apa sudah waktunya makan malam?" tanya Tristan.
"Tentu saja belum. Apa kakek sudah lapar? Kalo sudah lapar aku bisa membuatkan cemilan dulu untuk kakek," ucapnya sambil berdiri dari duduknya itu.
"Tidak usah, kamu duduk disini saja temani kakek!" sahut Tristan mencekal lengan cucunya itu.
"Baiklah," ucap Lintang.

EFEMERAL: Sinar Bulan Where stories live. Discover now