9. Nyeselin Banget

33 0 0
                                    

Luan sudah di ruang makan di rumah Tristan, waktu makan siang tiba. Dia dipaksa untuk makan siang bersama oleh Tristan bahkan dia juga di suruh untuk menjaga Lintang karena Tristan ingin pergi ke hotelnya. Lintang tidak terima karena kakeknya bekerja ia langsung marah terhadap kakeknya itu, kalo seperti ini dia tidak perlu pulang ke rumah tadi. Dia pulang ke rumah hanya untuk bertemu dengan sang kakek namun apa sekarang kakeknya ingin meninggalkannya bersama tamunya.

"Luan tolong jaga Lintang sampai om kembali ya?" Ucap Tristan yang sudah datang kembali dari mengangkat telepon.
"Maafkan aku om, tapi aku harus pulang. Ayah belum sembuh total!," Ujar Luan sambil tersenyum.
"Tidak perlu khawatir, ayahmu pasti baik-baik saja kok. Tolong aku ya!" Seru Tristan menampilkan muka sedihnya.
"Kenapa kakek malah mau ke hotel? Aku pulang kan demi menemani kakek, percuma aku merasa bersalah karena aku merasa terlalu sibuk kerja akhir-akhir ini," Kesal Lintang sambil mengerucutkan bibirnya itu.
"Kamu jangan ngambek seperti itu! Kakek hanya sebentar di hotel nanti jam 7 malam kakek sudah berada dirumah kok," sahut Tristan.
"Luan, tolong jaga Lintang untuk aku ya?" Mohon Tristan kepada Luan.
"Baiklah, om. Aku akan di sini sampai om pulang nanti," Ucap Luan pasrah.

Tristan senang. Dia pun langsung bersiap-siap untuk pergi ke hotelnya itu untuk kerja. Setelah selesai bersiap dia pamit kepada cucunya yang masih cemberut saja sejak tadi.

"Tidak usah cemberut seperti itu!" Seru Tristan. "Senyumlah!!" Ucap Tristan sambil senyum.
"Kakek, lihat saja nanti aku akan balas dendam kepada kakek," Ujar Lintang tanpa menatap kakeknya itu.

Tristan tersenyum manis kepada cucunya dan mencium kepala Lintang dengan tulus dan kasih sayang. Cara pamit ketika dia berangkat kerja saat cucunya itu masih kecil.

"Luan, Jangan meninggalkan cucuku ya!" Peringat Tristan agar Luan tidak meninggalkan cucunya karena di luar mendung.
"Baik, om!" Ucap Luan sambil menatap wajah Tristan.

***

Saat ini posisi mereka sudah berada di ruang tengah. Luan dan Lintang hanya duduk saja tanpa ada yang berbicara.
Canggung itulah yang mereka rasakan saat ini, saat Tristan sudah pergi dari 1 jam lalu.

Mereka tadi sudah berkenalan karena belum lama jadi bingung mau melakukan apa dan membahas tentang apa. Entahlah, sampai kapan mereka akan diam? Sampai pada akhirnya, Luan membuka percakapan di keheningan itu.

"Ehm, maaf. Lo dokter di rumah sakit Medika Utami ya?" Tanya Luan sambil menatap wajah Lintang. Dia ingin mengubah suasana saja, makanya dia basa basi.
"Iya, kenapa?" Tanya Lintang sambil menatap wajah Luan.
"Tidak apa-apa, sepupu gua ada yang bekerja sebagai dokter bedah anak di rumah sakit yang sama sepertimu," Ucap Luan sambil tetap duduk cool. "Kok bisa jadi dokter utama di acara Good Doctor? Apa gak sibuk di rumah sakit?" Tanya Luan lagi kepada Lintang.
"Kenapa lo kepo amat? Kita tidak sedekat itu!" Ujar Lintang sinis.
"Selow aja dong, jangan sinis gitu,"ucap Luan kesal. "Gua cuma nanya, Kalo gak mau jawab ya tinggal diam aja," Melirik Lintang dengan kesal.
"Lo juga selow aja dong natap gua,"
"Idih, siapa yang mulai duluan? Lo yang mulai!" Ucap Luan sambil menatap tajam kearah Lintang. "Gua pulang, Bilang ke om Tristan kalo gua gak betah berlama-lama dengan cucunya yang nyeselin kaya lo," Sahut Luan lagi sambil kembali menatap sinis ke arah gadis itu.
"Terserah lo. Tadi kan lo udah janji sama kakek gua buat jagain gua di sini,"

Luan yang baru ingat kalo dia sudah janji kepada Tristan untuk menjaga dan menemani cucunya ini sampai dia pulang dia urungkan niat itu.

"Kenapa gak jadi pulang?" Tanya Lintang sambil menatap Luan instans.
"Diam lo!" Seru Luan kesal.
"Sewot amat! Selow dong!"

EFEMERAL: Sinar Bulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang