13. Gosip Di Rumah Sakit

46 1 0
                                    

Happy Reading guys!!!
Semoga suka dengan cerita yang aku buat ini ya!!

Luan terbangun dari tidurnya, hari sudah sore sekitar jam 5. Dia tanpa sadar memperhatikan tangannya yang memegangi tangan milik Lintang sepanjang tidurnya. Tersadar akan hal itu ia pun segera melepaskan genggaman tersebut lalu ia pergi melangkah keluar dari kamar gadis itu sebelum keluar ia tidak lupa memandangi wajah tenang Lintang yang sedang tertidur kemudian ia selimuti gadis itu barulah ia keluar.
Bertepatan dengan Luan keluar kamar, Lintang terbangun dari tidurnya. Gadis itu melihat sekitarnya mencari Luan dan dia juga memandangi selimut yang ia pakai ditubuhnya, tadi sepertinya dia tidur tidak selimutan saat bangun sudah ada selimut di tubuhnya itu. Apa Luan yang menyelimutinya tadi? Sepertinya iya, Lintang tersenyum. "Makasih," Gumamnya pelan.

Lintang melihat jam di kamarnya, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Dia segera mandi, setelah selesai mandi ia hari itu menggunakan mini dress selutut serta rambut di kuncir. Ia pun turun untuk membantu Bi Sari dan Bi Yanti untuk mempersiapkan makan malam meskipun masih merasa tidak tenang akibat peristiwa tadi siang.

"Luan," sapa Lintang saat ia melihat Luan di ruang tengah.
"Sudah bangun?" tanya Luan bernada lembut.
"Sudah, Lo gak mandi? Di rumah ini masih ada pakaian lo yang kemarin di cuci," ucap Lintang.
"Tidak perlu, gua juga gak lama disini."

Lintang tidak menjawabnya lagi, dia melangkah ke dapur, belum melangkah jauh tangannya sudah dicekal kembali oleh pria bermata bulan sabit itu.

"Kenapa?" tanya Lintang bingung.
"Lo benar gak apa-apa? Apa perlu kita ke dokter psikiater? Gua takut lo mengalami trauma," jelas Luan khawatir.
"Tidak perlu meskipun gua masih sedikit agak tidak tenang dan syok sih," seru Lintang seduh. "Tapi benaran deh, gua gak perlu lagipula gua sudah bosen ke psikiater terus menerus!" ucapnya lagi sambil senyum sayu.

Luan mendengar perkataan dari Lintang hanya menunduk kepalanya ke lantai, dia jadi merasa bersalah.

"Maafin gua, Lintang!" seru Luan sambil tetap menunduk.
Lintang yang mendengar itu hanya menatap dengan penuh arti, "Maaf untuk apa?" tanyanya.
"Untuk semuanya," ucap cowok itu menatapnya dengan tatapan seduhnya. "Besok gua antar lo ke rumah sakit, gimana? Mau?" tawar Luan sambil menatap lekat gadis itu.
"Boleh," balas Lintang singkat sambil sedikit senyum meskipun ia masih bingung dengan pria itu.

Setelah mereka selesai berbicara, Lintang langsung menuju ke dapur. Luan juga melakukan hal yang sama dengan gadis tersebut.

"Mau ngapain ikuti gua?" tanya Lintang tersadar Luan mengikutinya dari belakang.
"Bantuin lo masak," jawab Luan santai.
"Emang bisa masak?" tanya Lintang meremehkan.
"Jangan meremehkan gua soal memasak!" seru Luan ketus.

Luan dan Lintang memasak bersama di dapur, Bi Sari dan Bi Yanti hanya menjadi asisten bagi keduanya saja. Mereka melihat anak muda di hadapan mereka hanya tersenyum manis, pemandangan itu mirip seperti pasangan yang saling membantu.

Tiba jam makan malam, mereka makan malam bersama di ruang makan dengan menu yang lumayan banyak. Tristan terus menampilkan muka berseri-seri sepanjang makan malam itu sambil melihat anak-anak muda di hadapannya ini.

"Kakek kenapa?" tanya Lintang kepada kakeknya itu
"Tidak apa-apa kok," sahut Tristan salah tingkah.
"Yakin?" tanya Lintang sambil menatap wajah kakeknya dengan penuh arti.
"Yakin," ucap Tristan. "Aku dengar ini masakan buatanmu Luan, apa benar?" Tanya Tristan mengalihkan pembicaraan dari Lintang.
"Benar Om, silakan dicoba! Semoga saja rasanya enak," sahut Luan tersenyum.
"Baiklah," balas Tristan sambil mencoba masakan Luan.

Saat mencoba masakan buatan Luan, Tristan begitu terpukau dengan rasanya yang sangat enak meski masakan buatan Luan merupakan makanan sehat.

"Enak sekali, kamu pandai Luan. Kenapa kamu tidak membuka bisnis perusahaan makanan sehat saja? Pasti laku," Puji Tristan berbinar matanya.
"Terimakasih om atas pujiannya, saya tidak pernah berpikiran seperti itu tapi saran om tidak ada yang salah," ujar Luan tertawa. Tristan juga.

EFEMERAL: Sinar Bulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang