Day 4

173 32 0
                                    

[NOTIF] Gusion: Mulai besok kakak sudah bisa mulai bekerja di cafe ku^^

Arlott menghela nafas lega, senang bisa mendapatkan pekerjaan sampingan untuk keberlangsungan hidupnya di tempat asing ini. Ia memasukkan kembali ponselnya ke kantung celana lalu berjalan menuju apartemen.

Saat ini pukul 5 sore dan Arlott pulang lebih awal dari biasanya, Ia berjalan menaiki tangga dan memasuki lorong apartemen di lantai 3. Matanya menangkap pemandangan yang kembali terulang kemarin.

Namun, ada yang berbeda kali ini. Fredrinn seperti sedang menunggu kedatangannya, sembari memandangi langit sore dengan sebatang rokok yang masih menyala di tangannya.

Kehadirannya membuat Fredrinn menoleh, menunjukkan senyum cerah itu kembali. Tetapi, ada sesuatu yang berbeda kali ini dengan wajahnya. Ia memakai sebuah penutup luka di pipi kiri.

"Kau pulang lebih awal dari kemarin."

Arlott hanya mengangguk mendengar ucapannya, Ia sekilas melirik kearah penutup luka di pipi kiri Fredrinn. Namun, Ia akan menganggap itu bukan masalah darinya.

"Maaf, kemarin gw bersikap seenaknya dengan lu." Fredrinn melangkah dekat.

Ia bersender di tembok samping pintu apartemen milik Arlott, melainkan pria yang sedang merogoh tas nya hanya diam tanpa ada minat membalas.

"Lu marah sama gw?" Tanya Fredrinn memastikan.

Arlott menghela nafas, ternyata mendiamkan tetangganya bukan jawaban yang tepat. Pria itu terus bertanya tanpa henti, menuntut jawaban dari mulut Arlott langsung.

"Tidak, hanya saja perilaku mu sangat aneh dan kasar. Itu tidak sopan." Balas Arlott memasukkan kunci apartemennya.

"Gw minta maaf, sungguh. Saat itu kami bertengkar dan lu cuekin gw, hal itu bikin gw merasa jengkel dan tertekan." Jelas Fredrinn.

Tangannya tiba-tiba menahan pintu itu kembali, agar tidak dibuka. Arlott memicingkan mata kearah pria disampingnya,

"Jangan cuekin gw karena gw punya pacar." Mohon Fredrinn.

Arlott menarik kasar tangan Fredrinn yang menghalangi, membuka pintu apartemennya tanpa minat menengok ke pria di sampingnya.

"Kalau begitu, jangan ganggu saya bila anda tidak ingin mendapati luka tamparan di pipi lagi." Tegasnya.

Cklek.

Fredrinn terdiam menatap pintu apartemen yang sudah tertutup, Ia segera memegang bekas tamparan yang telah di tutupi oleh penutup luka. Bagaimana Arlott mengetahuinya?

Arlott merutuki dirinya sendiri saat berbicara seperti tadi, bagaimana bisa Ia kelepasan berbicara tentang tamparan di pipi kiri Fredrinn? Seharusnya Ia berpura-pura bodoh saja.

Ia tau apa yang terjadi di antara keduanya, Ia mendengarnya dan melihatnya secara langsung. Memori itu bak roll film yang terus berputar.

Yang membuat Arlott semakin menyesali adalah karena mereka berdua bertengkar dilandasi alasan keramahan Fredrinn ke dirinya.

𝐀 𝐌𝐀𝐍 𝐍𝐄𝐗𝐓 𝐃𝐎𝐎𝐑.Where stories live. Discover now