18. Balapan

193 20 0
                                    


Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Terlihat seorang pemuda dengan paras wajah yang bisa di bilang sempurna kitu kini tengah memilih jaket yang akan dia kenakan malam ini untuk keluar.

Setelah menemukan satu jaket yang Sagam sukai Sagam memakainya dan keluar dari rumah. Sepertinya Sagam memang benar-benar beda dari yang lain. Di luaran sana banyak sekali orang tua yang sering bertanya kepada anaknya yang ingin pergi entah kerja kelompok atau main. Bahkan orang tu mereka menelpon anaknya jika pulang terlambat  supaya memastikan anaknya baik-baik saja si luaran sana. Meskipun masih banyak yang tidak seberuntung itu salah satu contohnya ya Sagam.

Sagam mendorong motornya ke depan gerbang rumah orang tuanya, setelah itu dia menjalankan motornya perlahan.

Tak perlu waktu lama akhirnya Sagam sampah di tempat yang Sidik bilang tadi, dia menghampiri Sidik dan Ozie yang masih asik duduk di kursi yang memang di sediakan di sana.

"Widih jagoan kita dah datang nih, gimana Lo udah siap? Motor Lo udah aman?" Ucap Ozie menyambut Sagam.

"Gam, kali ini Lo harus dengerin gue ya, kali ini Lo harus hati-hati banget, kalo perlu lu jangan ngebut-ngebut bang---"

Trakk

Ozie melemparkan sendok kopi ke jidat Shaka membuat sang empu meringis kesakitan.

"Bukan balapan namanya kalo gak boleh kebut-kebutan anak anjing!!" Ucap Ozie.

"GUE BELUM SELESAI NGOMONG BANGSAT! GUE KAYA GINI JUGA DEMI KESELAMATAN TEMEN KITA!!" Shaka berdiri dari duduknya sangking emosi dengan Ozie, padahal Shaka belum selesai berbicara tapi Ozie sudah mengacaukan semuanya.

"YA UDAH SANTAI AJA KALO GAK USAH PAKE EMOSI SEGALA!"

Brakk

Shaja menggebrak meja di hadapannya dan kembali duduk.

"Sorry gue ulangin lagi yang tadi tapi tolong jangan di putus dulu. Gam kali ini gue beneran serius, Lo harus hati-hati banget, kalo perlu Lo jangan kebut-kebutan banget kali ini Lo kalah gak masalah yang penting selamat."

"Lo masih inget--"

"Woy kalian mau balapan kagak?" Ucap seseorang yang berjalan mendekat ke arah mereka.

"Ya mau lah bang, nih jagoan kita udah di sini," ucap Ozie. Menunjuk Sagam.

"Ya udah ayo cepetan lawan lo udah ngamuk katanya dia gak mau nunggu lama."

Sagam, Ozie dan Shaka berjalan ke arena balapan. Malam ini banyak sekali yang menonton bahkan suara sorakan mereka hampir mengalahkan suara kenalpot pembalap.
_________

Dukk

"Arrrgghh kenapa kesandung segala sih!" Gerutu Sagan karena kakinya tak sengaja menendang kaki meja.

"Kenapa Gan?" Ucap Ina.

"Ini mah kaki Sagan nendang itu tuh sakit banget," ucap Sagan.

"Coba mamah liat," Ina melihat kaki Sagan.

"Ya ampun sampe berdarah kaya gini loh, kamu kenapa teledor banget sih, duduk dulu biar mama obatin ya," ucap Ina, setelah itu dia mengambil obat merah dan kembali mengobati jari kelingking kaki Sagan yang berdarah.

"Nah udah, lain kali kamu harus hati-hati ya, jangan sampe luka lagi mamah gak suka tau," ucap Ina.

"Iya mah maaf."

"Sekarang kamu mau apa Hem? Biar mama ambilkan?" Ina mengelus rambut Sagan.

"Mau cemilan yang enak soalnya Sagan lagi belajar buat olimpiade besok."

"Kamu gak liat ini jam berapa? Lebih baik kamu tidur aja ya."

"Gak bisa mah kalo nanti Sagan gak belajar yang ada Sagan kalah terus papa marahin Sagan, terus papah pukul Sagan kaya papah mukul Sagam," ucap Sagan dengan ekspresi wajah yang murung. Sangat mendalami peran sekali orang ini ya kawan.

"Sayang dengerin mamah ya, papah itu gak mungkin marah sama kamu apalagi sampe pukul kamu, kamu kan kesayangan papa sama Mamah, kamu percaya kan sama mamah?" Ucap Ina.

"Kalo kamu percaya sama mamah, Sekarang kamu masuk ke kamar terus tidur ya, jangan terlalu memikirkan besok karena mamah yakin kamu pasti bakalan juara ya "

"Makasih mah, mamah cuma milik Sagan seorang, Sagan sayang banget sama mamah," Sagan memeluk erat Ina.

"Ya udah sekarang kamu tidur ya."
_________

"Makan makan lagi nih kitaaa," ucap Ozie antusias sekali melihat Sagam baru saja menang balapan.

"Berisik Lo Zie, Lo gak tau apa sepanjang balapan tadi jantung gue terus konser," ujar Shaka.

"Alah santai aja kali, lawannya cuma si Yasril doang, kalo lawannya Rosi nah baru jantung gue juga konser," ucap Ozie.

Brum

Brum

Brumm

Sepeda motor berwarna hitam baru saja sampai di garis finis, pemilik motor itu menggeber sebentar motornya karena kesal dia kalah, bahkan tadi jaraknya dengan Sagam tertinggal jauh sekali.

"Bisa santai gak Lo!" Shaka menunjuk orang itu.

"Apa Lo?! Berani sama kita hah?!" Salah satu musuh mereka menjawab.

"Kenapa gue harus takut?" Ucap Shaka.

Perdebatan mereka seketika terhenti karena Yasril berjalan ke arah Sagam dan melemparkan uang tunai ke arah Ozie yang kebetulan ada di samping Sagam.

"Kita tanding lagi besok! Kalo Lo menang lagi gue bakalan kasih dua kali lipat dari itu, tapi kalo Lo kalah Lo harus jadi babu gue selama sebulan." Ucap Yasril menunjuk Sagam.

"Lo masih punya dendam sama kita hah?!" Ucap Ozie.

"Sebenarnya gue udah maafin kalian berdua dari dulu, tapi karena kalian masih sama dia, manusia biadab yang udah buat dunia gue hancur gue jadi benci kalian lagi."

"Gue gak tau gimana cerita sebenarnya, tapi gue harap Lo cepat-cepat sadar kalo yang Lo lakuin ini salah besar."

Plukk

"Ambil lagi semua uang Lo itu, gue gak butuh" Ozie melemparkan kembali uang milik Yasril.

"Hah! Sombong banget Lo jadi manusia, otak Lo udah di cuci ya sama dia sampe-sampe Lo jadi kaya gini, padahal dulu Lo sering nangis ke rumah gue karena bokap sama nyokap Lo berantem terus?"

"DIEM LO ANJING! JANGAN NGUNGKIT-NGUNGKIT MASA LALU GUE LAGI!"

"Kenapa? Marah ya? Orang tuanya udah cerai ya? Kasian banget sih Lo!" Ucap Yasril.

"Hidup Lo udah menderita di tambah gabung sama dia pasti hidup Lo lebih menderita lagi, lebih baik Lo balik lagi sama gue biar Lo bisa nangis lagi di rumah gue hahah," lanjut Yasril.

"Udah Zie gak bakalan bener kalo kita terus ladenin pasien RSJ kaya dia," bisik Shaka kepada Ozie.

"Gue sumpahin Lo ngerasain apa yang gue rasain selama ini."

"Bukannya selama ini gue udah ngerasain ya? Dan semua itu ya gara-gara teman iblis Lo itu!" Ucap Yasril.

Mereka bertiga tidak menghiraukan Yasril, mereka lebih memilih pergi saja dari sana.










PERTAMA DAN TERAKHIR Donde viven las historias. Descúbrelo ahora