15

3.9K 224 24
                                        

.....

Papa.” Alana segera berlari ke pelukan Taeyong begitu melihat pemuda itu keluar dari pintu toko sekaligus rumahnya. Di malam sebelumnya, Taeyong mendengarkan dengan seksama cerita Jaehyun yang kelihatan kebingungan dengan sikap anak-anaknya. Maka dari itu, Taeyong menyarankan membawa Mark dan Alana ke toko sehabis mereka pulang sekolah. Dan disinilah mereka. Alana terlihat sangat senang dan puas begitu melihat Papa-nya.

Taeyong merentangkan tangannya lagi untuk menyambut Mark ke dalam pelukannya. Tapi pemuda 13 tahun itu ragu. Ia bahkan beberapa kali menatap Daddy-nya dan Taeyong bergantian. Ia ingin menjadi seperti Jaehyun, yang tampan dan cool. “Aku sudah besar,Papa.” jawabnya ragu. Sebenarnya, Mark juga ingin memeluk Taeyong seperti Alana. Tapi dirinya malu.

“Kau yakin, kak? Berarti aku bisa memeluk papa sesuka ku!” celetuk Alana yang membuat Mark tersentak. 'Stay cool' lirihnya dalam hati. Mark berusaha keras untuk menolak keinginannya. Bagaimana jika nanti ada teman-temannya yang melihat dan tahu kalau ternyata Mark tidak se-cool Daddy-nya yang terkenal dengan sang Ace yang dingin dan disegani itu?

“Pergilah, boy. Jangan memaksakan diri. Kalau kau tidak mau, biar Daddy saja kalau begitu.” Barulah Mark berlari untuk memeluk Taeyong. Jangankan Mark, Jaehyun saja tidak mampu menolak ajakan untuk saling berpelukan dengan Taeyong. Jadi tidak ada salahnya seorang pemuda sepertinya, berpelukan dengan Papa-nya sendiri kan?

Mereka berjalan masuk ke dalam toko Taeyong. Berjalan lebih ke dalam dan duduk di ruang tamu Taeyong yang sangat sangat hangat dan nyaman. Kecil memang, tapi furnitur yang sederhana membuat ruang tamu ini menjadi tempat kesukaan Mark dan Alana selain taman belakang rumah ini. Mark membanting tubuhnya di sofa panjang milik Taeyong, sedangkan Alana masih bergelayutan lengan Taeyong. Betapa gadis itu sangat merindukan Papanya.

Jaehyun tidak pernah melihat anak-anaknya selepas itu di rumahnya. Bahkan di ruang tamu pun, Mark terkesan sangat kamu. Tidak sekurang ajar dan senyaman ini. Jaehyun tidak yakin mengenai keputusannya yang dari semalam ia pikirkan matang-matang. Permainan rumah tangga yang dirinya mainkan dengan Rosaline semakin kesini semakin tidak sehat. Tidak ada fungsinya Rosaline ia pertahankan lagi. Perempuan itu hanya bisa menyusahkan kehidupannya saja. Anak-anak pun semakin kesini lebih lengket ke Taeyong dibanding ibu mereka sendiri.

Jaehyun mempertahankan Rosaline dengan pemikiran bahwa Perempuan itu bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya. Menjadi sosok 'ibu' yang memang sangat di butuhkan untuk se usia anak-anaknya. Lantas, atas alasan apa dirinya mempertahankan Rosaline jika ternyata perempuan itu tidak memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu untuk anak-anaknya.

Sependapat dengan Mark, Taeyong jauh lebih berharga untuk di pertahankan. Meski dia seorang pria, Taeyong sudah seperti sosok ibu untuk anak-anaknya. Tapi, bukankah selama ini Jaehyun mencintai Rosaline? Atau Jaehyun hanya salah tangkap mengenai perasaannya? Jikapun dirinya salah, berarti ia harus memikirkan cara terbaik untuk menceraikan Rosaline. Ia tidak mau membuat Taeyong merasa dirinya perusak rumah tangga orang. Jaehyun sendiri yang merusak rumah tangganya, bukan Taeyong.

Tapi jika perasaannya terhadap Rosaline benar adanya, bahwa dirinya mencintai perempuan itu. Maka ia harus melepaskan Taeyong entah sesulit apapun itu. Jika boleh, Jaehyun juga ingin mengambil gak asuh anak yang dikandung Taeyong saat ini. Anak-anaknya juga akan ia biasakan untuk hidup tanpa Taeyong di sisi mereka. Entah mengapa, pilihan mengenai dirinya mencintai Rosaline terdengar mengerikan. Lebih mengerikan daripada harus menyayat kulit seseorang.

Devil's Claw • [ JAEYONG ] • [ END ]Where stories live. Discover now