Who is the Rescue Man?

444 70 11
                                    

[Time skip to 2 months later]

.
.
.
.
.

"Agh! Aku lupa harus menemui Pria Penyelamat hari ini!" Tangan kanannya terulur meraih buku jurnal kesayangan di atas tumpukan buku-buku pelajaran usang, jurnal itu memiliki sampul berwarna mencolok yang begitu kekanak-kanakan pemberian seseorang yang kerap kali dipanggil sebagai 'Pria Penyelamat' olehnya. Ngomong-ngomong, Boboiboy telah berkuliah di suatu universitas dan mengikuti kegiatan konseling tertutup disana. Boboiboy kemudian bergegas mengambil hoodie dan mengenakannya dengan begitu ceroboh, rambut yang dibiarkan awut-awutan terkadang menambah pesona sang empu secara ekstrem, ia tak begitu mempedulikan penampilannya, tidak setelah kejadian itu menimpa.

Boboiboy melangkahkan kaki dengan begitu cepat untuk menuruni setiap anak tangga yang berjumlah banyak, hingga di anak tangga terakhir, nafasnya tersengal tak beraturan. "Nah pas banget, Boboiboy, minum dulu cokelat panas ni baru keluar." Ujar seseorang yang baru saja keluar dari dapur, menghampiri Boboiboy dengan langkah pelan sambil sedikit terbungkuk-bungkuk, lansia madya itu tersenyum sambil memberikan secangkir cokelat panas kesukaan Boboiboy. Yang dipanggil membalas tersenyum manis ke arah kakeknya, Tok Aba, sambil menerima minuman itu. "Tok Aba emang yang paling tau deh cucunya lagi pengen apa, hehehe."


❈❈❈


Matahari mulai bangkit dari ufuk timur persembunyiannya, cahaya itu terpancar ke seluruh penjuru dan menebarkan kehangatan seusai dinginnya malam menjajah. Boboiboy, seperti biasa ia selalu datang terlambat untuk kelas. "Sial, harus cepet-cepet nih soalnya yang ngajar Profesor Papa, bisa mampus aku kena omel nanti." Umpatnya, ia berlari di sepanjang koridor yang cukup ramai mahasiswa berlalu lalang. Sorot matanya terlalu difokuskan pada kelas yang berada di penghujung sampai-sampai ia tak menyadari bahwa ada sesuatu di bawah. Benar, ada seseorang sedang iseng menjulurkan kakinya dan-


'BRUK'


Suara itu terdengar sangat keras hingga membuat suasana koridor yang bising menjadi hening seketika, yang terbentur hanya meringis kesakitan, bagaimana tidak, Boboiboy jatuh dengan wajah yang bertabrakan dengan lantai, ia tak sempat menahan balance tubuhnya agar tak terjungkal ke depan. "Aduh... sak-"

"Makanya kalau jalan liat-liat! Dikejar Rentenir kah?" Tiba-tiba sekumpulan mahasiswa mengerumuni Boboiboy, mereka sambil menertawakan pemuda itu dengan tersirat penuh hinaan. Boboiboy mendengus kesal namun tetap memilih untuk mengabaikan perlakuan mereka, yang ia lebih takuti sekarang adalah si matematikawan itu. "Kalian yang iseng kenapa kalian yang sewot. Ada masalah apa dah? Sorry nih tapi gue ada urusan. Misi." Ujarannya dengan nada dingin, raut kesal itu sengaja tak ia sembunyikan untuk setidaknya terlihat mengancam. Boboiboy kemudian pergi dari sana sambil menadah hidungnya yang meneteskan darah akibat benturan keras. Sekumpulan mahasiswa itu saling menatap satu sama lain secara bergantian, gelak tawa yang menggaduhi koridor itu lenyap dan teralihkan oleh kesunyian sekelip mata, raut wajah mereka serentak menjadi kebingungan di waktu yang sama.





"Lho... bukannya kemarin-kemarin pas kita gituin... dianya nangis?"

.
.
.
.
.

Langkah kaki Boboiboy melambat ketika sampai di depan pintu kelasnya, ia menciut saat suara pria paruh baya terdengar lantang sedang menjelaskan materi di dalam ruangan itu. Meski hanya terlambat beberapa menit, tetap saja, Profesor Papa adalah pribadi yang sangat menjunjung tinggi kedisiplinan dan tanpa ampun jika itu mengenai 'Kebenaran.' Namun, Boboiboy teringat ucapan sang 'Pria Penyelamat' tempo hari, ia langsung mendapatkan keberanian dan kepercayaan dirinya.

7 TEEN'S PLAY! [ALTER EGO]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt