Sunset, The Sunshine Is Still Here

350 53 30
                                    

Keduanya, -Halilintar dan Taufan- terdiam mendengar celetuk dari pramuniaga, ia melihat name tag wanita itu bertuliskan 'Kirana'. Pandangan mereka terarah ke satu sama lain kemudian bergeser ke Kirana dengan bersamaan. Taufan yang tadinya begitu bersemangat seketika murung, ia menundukkan kepalanya.

"Oh serius bilang kita gak mampu beli?" Halilintar yang mulai menunjukkan brother figure dan sikap protektif miliknya kepada Taufan, langsung menarik tangan sang adik ke dalam toko. Sifat tinggi hati berhasil mengambil alih, ia meminta Taufan untuk memilih pakaian yang diinginkannya dengan nada memaksa. "Ayo buruan pilih."

"Eh? Tapi bukannya abang gaada duit ya? Aku gamau maksa loh nanti ngerepo-"

"Gue bilang pilih!"

"IYA IYA INI LAGI MILIH OKE."

Taufan tersentak, ia buru-buru pergi mendahului Halilintar sambil melakukan lompatan kecil sementara iris biru lautnya mengedar kesana-kemari seakan sedang menjalankan tugasnya untuk mencari pakaian yang bagus. Namun hingga matanya melelah pun, Taufan tidak dapat menemukan pakaian yang menarik perhatiannya selain setelan hoodie dengan pet ears yang ia lihat sebelumnya di manekin pajangan depan toko. Taufan jatuh cinta pada pandangan pertama!

"Ugh bang Hali, aku gak nemu pakaian yang cocok sama seleraku kecuali yang tadi didepan! Tapi itu tuh mahal ba- EH MANA DIA?! ABANGGG!" Panggil Taufan dengan nada yang semakin nyaring, ia melihat sekeliling namun tak menemukan pemuda serba hitam-merah itu. "Ih kemana sih!"

"Nyari gue?" Halilintar muncul di belakang Taufan, entah dari mana sebenarnya ia sedari tadi, Taufan pikir sang kakak mengikutinya dibelakang. "Heh kemana aja?! Mau ninggalin aku ya?!"

"Gak lah, gue habis dari..." Halilintar berhenti sebentar, ia memikirkan alasan yang tepat dan sempurna untuk menutupi sesuatu dari Taufan agar remaja itu tak menaruh rasa curiga padanya. "Dari toilet, kebelet. Gue gak mau ganggu lo yang keliatannya tadi ceria banget milih baju. Jadi gimana? Udah ketemu?" Tanya Halilintar, ia mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Mana ada, aku masih naksir sama setelan yang tadi didepan! Tapi harganya mahal banget gimana dong?" Balas Taufan sambil mengerucutkan bibirnya, Halilintar menghela nafas. "Jangan dibuat-buat gitu, geli liatnya." Kata Halilintar dengan nada netral, ia berjalan melewati Taufan, sementara adik kecilnya mengernyitkan alis heran. "Ya ayo, jadi beli gak? Kita bayar dulu di kasir."

Taufan jelas melebarkan kedua matanya tak percaya. Namun disisi lain, ia tak dapat menyembunyikan rasa senangnya yang meledak. "Beneran bang?!"

"Iya."

"Tiga-tiganya ya! Yang telinga kucing, kelinci, sama anjing boleh YA YA YA!"

Halilintar melirik Taufan yang berjalan dibelakang mengekorinya, matanya menyipit curiga. "Sebanyak itu mau buat apa emang?" Taufan terdiam dan berargumen dengan pikirannya sendiri, ia bersikeras untuk tidak mengatakan apapun pada Halilintar sebelum pemuda itu tahu dengan sendirinya. "Uhh... b-bUAT DIPAKE SELANG-SELING LAH! YA PLEASE BOLEH YAA."

Sigh. "Ya boleh deh." Halilintar kemudian meminta seorang staff untuk membawakan setelan yang ada di manekin ke tempat pembayaran, lagipula tidak ada alasan bagi Halilintar untuk kontra pada Taufan, toh, ia terobsesi membuktikan pada Kirana yang menghina, bahwa ia mampu membeli barang rongsok disana. Mendengar ucapan sang kakak, Taufan pun melompat kegirangan, ia tak pernah sebahagia ini sebelumnya dan Halilintar tak pernah merasa dirinya sebermakna ini untuk seseorang sebelumnya. "Tunggu diluar, oke? Gue ntar nyusul."

Setelah antrian panjang dan membosankan, kini giliran Halilintar yang melakukan pembayaran. Ia mengeluarkan sebuah kartu debit yang saldonya jutaan. Kasir menggesek kartu itu ke mesin EDC dan menginput nominal yang harus dibayarkan, tertotal sekitar tiga juta, saldonya sangat mencukupi untuk itu. Kirana memperhatikan dari kejauhan, ia yang tadinya menganggap rendah Halilintar dan Taufan seketika membungkam, Halilintar tahu pasti bagaimana wanita itu akan menanggung malu seumur hidup karena telah merendahkan seseorang hanya dengan menilai penampilan luarnya. "Terima kasih, dik, datang lagi kapan-kapan!" Ujar kasir dengan ramah.

7 TEEN'S PLAY! [ALTER EGO]Where stories live. Discover now