7 | The Cunning Lycan

127 11 1
                                    

Selamat membaca ☺️

✿︎✿︎✿︎

Alicia masih tak percaya kalau ia berhasil menyelesaikan dua ide gila, sekalipun ia sendiri tak yakin apakah keduanya merupakan keputusan yang tepat.

Setidaknya ia mendapat kemajuan. Efek kutukannya mereda.

Jika kemarin ia masih bisa memimpikan James sekalipun sudah merasakan sakitnya dicampakan, tadi malam sekalipun ia masih memimpikan hal serupa, efek pagi ini tak sekuat kemarin.

Seperti dugaannya, saat tangannya bersentuhan dengan Valentine hingga tubuhnya terasa seperti tersengat listrik, kutukan mimpi juga terkena imbasnya. Intinya, efek baik bagi Alicia.

Dengan alasan tersebut, Alicia meyakinkan diri bahwa kesepakatan antara mereka berdua adalah keputusan yang tepat. Asalkan ia bisa terus berdekatan dan menyentuh Valentine lagi.

Alicia berangkat sekolah dengan penuh semangat. Ia akan menghancurkan kutukannya. Ia yakin pasti bisa.

Seperti biasa ia menunggu di halte.

Setelah beberapa detik berlalu, tiba-tiba mobil hitam berhenti di depannya. Sedetik kemudian, kaca pintu mobil diturunkan. Saat itulah Alicia tahu siapa yang ada di balik kemudi.

"Valentine?" Alicia mengernyitkan dahi.

"Naik." Perintahnya.

Alicia menengok sekitar. Tak ada salahnya kan. Duduk di samping Valentine bisa terhitung berdekatan, maka semakin besar pula peluang kutukannya segera musnah.

Ia pun menurut. Toh, ini untuk keuntungannya.

"Mulai sekarang aku akan menjemput dan mengantarmu pulang. Syarat pertama." Ucapnya.

Alicia mengangguk setuju saja. Tapi sekarang setelah ia bisa berpikir jernih, rasanya aneh pria di sampingnya mau membuat kesepakatan dengannya. Valentine tak terlihat seperti jenis pria yang kekurangan apapun. Terlalu sempurna.

"Val, beri aku satu alasan. Apa untungnya kesepakatan ini untukmu?"

Alis kanan Valentine terangkat, seolah heran dengan pertanyaannya. "Berpacaran dengan gadis cantik sepertimu, siapa yang tidak mau?" Ucapnya ringan.

"Gadis cantik? Jangan bicara omong kosong. Jawab dengan serius."

"Apa kamu pikir aku bercanda?" Kedua tangan beralih Valentine ke bahu Alicia dan pria itu menatapnya intens. "Kamu adalah wanita paling cantik dan sempurna yang pernah aku temui."

Klise? Tapi pipi Alicia tetap terasa panas.

Alicia bukan wanita yang insecure dengan penampilannya. Hanya saja, belum ada satupun pria yang mengatakan hal semanis itu. Pengalaman baru ini membuatnya merona dan gelagapan tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Oke." Jawab Alicia singkat. "Tapi perlu dicatat, kita bukan pacar sungguhan. Just play pretend."

"We'll see."

Mobil pun melaju. Alicia memilih melihat ke luar jendela. Dalam hening, mereka larut dalam pikiran masing-masing. Otaknya menyusun berbagai rencana untuk langkah selanjutnya.

Terlalu lama melamun, Alicia tak sadar mobil telah berhenti dan Valentine sudah membukakan pintu untuknya. Pria itu mengulurkan tangan. Alicia hendak mengabaikan, tapi Valentine menarik tangannya lebih dulu.

"Syarat kedua, bergandengan tangan ke sekolah."

"Hah?" Alicia baru sadar kalau tadi dan sekarang Valentine menggunakan istilah syarat, bukan aturan. Keduanya adalah hal yang berbeda. "Syarat?"

"Syarat, aturan, kondisi, terserah bagaimana kamu menyebutnya. Bukankah kamu sudah setuju? Aku setuju kita pura-pura dan kamu setuju kita lakukan berdasarkan my terms?"

"Kamu bilang hanya tiga." Alicia tidak terima.

"Tiga permintaan, bukan syarat, Alicia. Syaratku tak terbatas." Senyumnya lebar.

Apa Alicia bodoh karena membuat kesepakatan dengan Valentine tanpa memperhatikan detail?

"Kamu curang. Bagaimana mungkin tiga permintaan bisa menjadi syarat tak terbatas." Alicia menggeleng tak percaya. Ia juga masih kesal akan kebodohannya itu.

Alicia memang kesal karena merasa dibodohi, tapi ia tidak menyesal bergandengan tangan dengan Valentine. Sentuhan antara mereka berdua berefek baik untuk kutukannya.

Sejak mereka turun dari mobil, mereka sudah menjadi pusat perhatian. Sesuatu yang sebenarnya sangat Alicia hindari. Positifnya, topik gosip di sekolah bukan lagi dirinya yang jadi bahan candaan tapi rasa iri.

Tapi tetap saja rasa iri bukan hasil yang Alicia inginkan. Alicia hanya ingin kembali tak terlihat. Itu saja. Sekarang keinginannya jadi mustahil.

"Bukan curang, Alicia, tapi licik." Senyum pria itu semakin lebar.

Rasanya ia ingin memukul wajah kemenangan itu. Tapi tentu tidak ia lakukan. Alicia ingin mereka terlihat seperti pasangan sempurna.

Alicia berusaha memasang senyum di wajahnya juga, tapi gagal. Ia memang tak diciptakan untuk pandai berakting. Ia bukan Anastasia.

"Curang dan licik itu sama." Balas Alicia ketus.

✿︎✿︎✿︎

Tinggalkan vote, yuk, biar Scarlett semangat nulisnya.

Thank you 🥰

_____________
September 10, 2023

Royal Lycan SeriesWhere stories live. Discover now