27

60 7 0
                                    


  Aldevaro menghela nafas lega saat Sofia tidak menghampiri mansionnya untuk ikut bonceng ke sekolah seperti hari biasa. Dengan kecepatan sedang ia mulai melajukan mobilnya menebus jalanan jakarta yang mulai ramai, kali ini ia mengendarai mobil sport merahnya yang jarang sekali ia gunakan. Entah mengapa ketidakhadiran Sofia sangat membuatnya senang pagi ini.

  Tapi walau dia sudah berusaha datang lebih cepat di 5 menit akhir, kemacetan tidak dapat dielakkan. Dia terlambat memasuki sekolah dan gerbang sudah ditutup rapat. Kali ini Aldevaro menyesal membawa mobil.

  "Dimana satpamnya?"

  Aldevaro sudah turun dari mobil dan mendekat ke pos satpam di dekat gerbang dalam tapi kosong, tidak ada seorang pun. Saat ia hendak menelpon temannya, ia melihat siluet seseorang berjalan di lobi membuatnya memasukkan kembali ponselnya ke saku.

  "Hei, kesini!"

  Siluet itu berhenti berjalan dan berbalik menuju ke gerbang lalu berhenti di depannya. "Hai, kita ketemu lagi."

  "Buka gerbangnya."

  "Lo terlambat ya? Hayo gue laporin guru bk lho," ejek seseorang itu namun Aldevaro tidak ingin membuat keributan lagi dan mengeluarkan beberapa uang kertas,"buat lo."

  "Wiih nyogok, kata kakak gue lo ketua osis disini tapi kok nyogok? Wiih nggak bener nih."

  Aldevaro memasukkan kembali uangnya ke saku dan menatap seseorang itu datar," lo ngapain juga keliaran di jam pelajaran? Mau gue laporin?"

  "Tadi nyogok sekarang ngancem, kaya lo tahu nama gue aja."

  "Milla kelas 2B, omega."

  Milla terkesiap sebentar lalu menetralkan kembali mimik wajahnya yang terkejut, kenapa dia tahu namanya? Padahal mereka jarang berinteraksi, apa dia diam-diam sudah menjadi terkenal?

  "Gue mau bukain gerbangnya, tapi lo harus kasih gue sesuatu. Tapi bukan uang."

  Aldevaro merogoh sakunya yang lain dan mengeluarkan satu lolipop kecil yang sebenarnya pemberian Alan untuk dirinya. Daripada dibuang, lebih baik digunakan untuk menyogok cewek ini.

  Milla ingin meraih lolipop kecil itu namun Aldevaro langsung menaikkan tangannya agar Milla tidak dapat meraihnya dengan cepat. Siapa tahu kalau dia diberi lolipop langsung meninggalkannya?
 
  "Buka dulu."

  Milla dengan ogah-ogahan berjalan ke pos satpam dan meraih kunci yang digantung untuk membuka gerbang, saat gerbang sudah dibuka barulah Aldevaro menyerahkan lolipop itu dan kembali ke mobilnya membawanya masuk.

  "Mobil lo cantik, sangat cocok dengan itu lo."

  Aldevaro turun dari mobilnya dan menaikan satu alisnya ke Milla seakan-akan bertanya apa yang dimaksud itu?

  "Itu lho, mark lo kan bunga mawar. Sangat cocok dengan mobil merah lo," ujar Milla sambil sibuk mengemuti lolipopnya.
 
  Aldevaro mengabaikan Milla dan berjalan melewatinya untuk masuk ke kelas namun kakinya seperti menginjak sesuatu dan saat ia mengambilnya benda itu langsung direbut Milla yang muncul dari belakang.

  "Untung gantungan kunci gue ketemu, padahal tadi gue sudah muter-muter sini lho," ujar Milla membolak-balikkan ganci-nya yang berbentuk matahari dan membersihkannya saat ada debu, setelah bersih ia mengikuti langkah kaki Aldevaro yang sudah berjalan duluan.

  "Tahu nggak? Gue tadi izin ke kamar mandi tapi malah nyari ganci gue yang jatuh disini hihihi...pasti Alya sudah nyariin gue. Lo tahu? Alya kalau panikkan wajahnya lucu."

  Sepanjang lorong hanya ada suara ocehan Milla dan pandangan dingin Aldevaro yang acuh, tapi Milla menyukai sifat dingin Aldevaro yang terkesan misterius seperti di novel-novel.

Bar-bar OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang