Chapter 8: World Reality

103 9 0
                                    

Matahari mulai terbit dari arah timur, orang akan bangun dan memulai kegiatan mereka masing-masing namun, berbeda dengan sebuah desa yang berada di pelosok.

Walau matahari terasa hangat, hanya ditempat itu hawa terasa dingin.

Kabar kematian membuat tangisan pilu dari seorang wanita paruh baya dan anak nya.

Glen kembali dengan mendorong sebuah gerobak, penampilannya sangat berantakan dengan sebuah pedang panjang yang tergantung di pinggang.

Di dalam gerobak itu terdapat sebuah kain yang menutupi seseorang di dalamnya.

Hana yang melihat suami nya itu pulang langsung berlari dengan tergesa-gesa.

"Apa yang terjadi, sayang?" Hana terlihat panik saat melihat penampilan Glen yang terbilang kacau dengan bercak darah dimana mana.

"Siapa itu sayang?" Mata Hana tertuju pada isi gerobak yang di dorong oleh Glen.

"Itu Delia dan George..." Ucap Glen. Orang-orang desa yang mendengar itu seketika terdiam.

"...saat diperjalanan kami di serang oleh bandit" suara Glen terdengar bergetar.

"R-Ralf dan Elena?...apa mereka baik-baik saja?" Hana mulai mencari di keberadaan anak laki-laki nya dan Elena.

Glen memberikan sebuah pedang panjang yang tersemat di pinggang nya. " Aku menemukannya tidak jauh dari tempat Delia ditemukan..."

Tangan Hana bergetar saat meraih pedang yang di berikan oleh Glen.

Pedang itu kotor dengan darah yang sudah mengering di bilah pedang nya.

Sebuah cairan meleleh melewati pipi wanita paruh baya itu. Tangisannya terdengar sangat pilu menggenggam bilah pedang itu dalam pelukannya.

Orang desa juga sangat berduka ketika mendengar kejadian mengerikan yang terjadi semalam.

Orang-orang desa bergotong royong membuatkan pemakaman yang layak untung orang-orang yang telah pergi.

Makam George di tempatkan di samping makam Istri nya, sedangkan makam Delia dan Elena di buat bersampingan.

Makam Ralf di taruh di samping makam Elena dengan pedang panjang nya yang di tancapkan sebagai nisan.

Pagi hari itu terasa sangat sunyi dan dingin dengan orang orang yang berkabung, mengantarkan mereka yang telah meninggalkan mereka agar beristirahat dengan tenang.

***

Elena POV

'gelap'

'Dimana aku? Apa aku sudah mati?'
















'...apa pada akhirnya aku mati lagi...'
















'kasihan sekali El, dia harus mati menggantikan Pangeran kedua.'

'Apa itu?' aku menoleh ke segala arah untuk mencari sumber suara yang kudengar tadi.

'Pangeran kedua pada akhirnya menjadi putra mahkota setelah kematian Selir Pertama.'

Suara itu terdengar sangat familiar, Pangeran kedua? Selir pertama?

'Apa sekarang mereka lagi memperebutkan heroinnya?' suara tawa kecil seorang gadis terdengar.

'Tapi aku masih sedih tentang El...bukannya mereka sudah kenal lama? Kenapa seperti melupakan karakter sampingan itu?' gadis itu terus berkomentar tentang sedih nya ia karena karakter favorit nya yang harus mati di awal chapter.

Let's Run Away, Elena!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang