13. Tawa untuk Takdir

82 9 0
                                    

Content and Trigger Warning!
harsh word, innaporate words, sensitive content, sexual harassment, mention of raped.


Yasmin berjalan dengan mantap. Setiap langkahnya dipenuhi oleh amunisi keberanian yang luar biasa. Dan disinilah dia, apartemen Rachel. Sendiri. Tidak satupun temannya yang mengikutinya dan memilih agar Yasmin menghampiri gadis itu sendiri.

Mereka semua tau, Rachel adalah orang yang paling Yasmin sayangi. Dan Yasmin pula adalah orang yang paling Rachel sayangi. Bagaimana tidak? Selama 6 tahun lamanya, Yasmin dan Rachel bersahabat. Mereka sudah melalui berbagai rintangan bersama dari masa Sekolah Menengah Pertama. Dari mulai suka duka mereka mengikuti OSIS, kegagalan Rachel dalam menyalonkan diri menjadi ketua OSIS, berjuang bersama untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri terbaik, saling menguatkan di kala susah dan perayaan bersama dikala senang.

Tetapi apa sekarang? Yasmin merutuki dirinya sendiri selagi tangannya terangkat untuk menekan bel.

Yasmin merutuki dirinya sendiri tentang bagaimana tidak becusnya dia menjadi seorang sahabat untuk Rachel. Yasmin menangis dalam diam. Tidak bisa lagi membayangkan bagaimana kondisi Rachel saat ini.

Semua akan baik-baik saja.

Kalimat itu disimpan sedemikian rupa di dalam benak Yasmin sebelum pintu terbuka lebar. Menampakkan sang pemilik apartemen yang tentu saja sedang tidak baik-baik saja. Terlihat dari cara Ia menatap tamu, gerak geriknya saat mempersilahkan tamu masuk, dan matanya yang sembab tidak terkecuali.

Yasmin duduk termenung di ruang tamu, memikirkan satu dua hal lama sekali. Hingga Rachel kembali datang membawa minum lalu menepuk bahunya dengan lembut. Menyadarkannya dari lamunan.

"Ada masalah apa lo kesini, Yas?" Rachel membuka suara dengan tegar. Tidak ada gemetar pada suaranya ataupun racauan tidak jelas. Tidak ada tangan yang gemetar. Tidak ada pula wajah frustasi.

Yasmin tau bahwa Rachel adalah orang yang sangat berani dan tegas. Namun tidakkah menyakitkan jika harus menahan semua pilunya seperti itu? Berpura-pura baik-baik saja di depannya adalah sebuah penghinaan.

"Lo gamau nangis?" tanya balik Yasmin.

"Hah? Ngapain?"

"Pura-pura gapapa itu sakit, Iyan." ucap Yasmin menatap tepat pada mata sembab Rachel.

Iyan. Nama yang sang Ayu berikan kepada Rachel saat pertengahan kelas 8.

Rachel terperangah. Tidak jarang Yasmin memanggilnya seperti itu tetapi sekarang berbeda. Terdengar suara putus asa dari caranya memanggil. Seakan-akan suatu hal terjadi lalu Yasmin benar-benar menyalahkan dirinya sendiri.

"Gua gapapa?" Rachel menekuk alisnya bingung.

"Lo kenapa-napa." ujar Yasmin tegas. Tangannya merogoh saku untuk menemukan sebuah ponsel usang. Ponsel Arthur. Lalu membuka album terbarunya, memperlihatkannya pada Rachel.

Rachel benar-benar tidak bisa berkata apa-apa sekarang. Hatinya sakit. Matanya panas, dan emosinya membuncah.

"Maksud lo apa?" tanya Rachel dengan suara gemetar. Akhirnya, akhirnya wanita April itu menampakkan sisi gentarnya.

Yasmin berdiri dari duduknya, menghampiri Rachel, menumpu seluruh badannya pada lutut kaki sebelum mengambil tangan sahabatnya yang mengepal erat. Mengelus kepalan tangan yang membiru itu, menatap wajah cantik yang dipenuhi luka gores yang sangat mengganggu pandang.

"Lo gausah sok kuat. Gua tau lo, Yan. Lo gabisa nyembunyiin apapun dari gua. Temen-temen udah tau dan sekarang mereka khawatir setengah mati sama lo. Ga terkecuali Satria."

IRONI dari SEMESTA | ATEEZ ffWhere stories live. Discover now