Jangan remehkan orang yang tidak pernah marah, karena sekalinya marah, kamu tidak akan percaya bahwa itu dia.
-Muhammad Rahman Ar-Rasyid-
"Allahu akbar.... Allahu akbar...."
Suara kumandang adzan telah terdengar di seluruh penjuru sekolah MA Dhiarurrahman. Para murid sudah duduk rapi di dalam masjid untuk melaksanakan sholat dzuhur berjama'ah, termasuk Rahman di dalamnya.
Berbeda dengan Rahman, Syahlaa bersembunyi di dalam gudang bersama dengan Lastri dan teman-teman lainnya yaitu Khansa dan Hilda. Mereka bersembunyi di bawah meja besar yang sudah rapuh dan berdebu, tak lupa di depan meja tersebut di taruh papan tulis yang sudah rusak agar mereka tidak terlihat.
"Kenapa kita sembunyi sih?" tanya Syahlaa dengan wajah tidak tahunya.
"Lo emangnya mau sholat?" tanya Lastri kepada Syahlaa.
"Gak, gue jarang sholat bahkan nyaris gak pernah. Males," jawab Syahlaa dengan tanpa ada rasa bersalah.
"Ya makanya, kita ngumpet aja di sini. Dijamin aman terkendali," ucap Lastri sembari menepuk bahu Syahlaa, menenangkan.
Kemarin-kemarin Syahlaa tidak sholat karena sedang datang bulan, tetapi berbeda dengan sekarang. Ia tidak sholat karena memang tidak mau. Padahal jika mereka tahu dosanya meninggalkan sholat, pasti mereka sudah langsung pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat. Naudzubillahi min dzalik.
"Kalian gak takut dihukum?" tanya Syahla dengan raut wajah takut. Mau bagaimanapun Syahlaa ini masih terhitung murid baru di sekolah ini, ia merasa masih takut untuk berbuat apa-apa. Tetapi kalau kesiangan? Ya gitu. Sebenarnya dari awal ia sekolah di sini pun memang sudah banyak membuat masalah. Hanya saja dia tidak sadar.
"Gak bakal ketahuan, gak ada yang tahu tempat persembunyian kita."
"Seriusan?"
"Serius Syahlaa Aliza," ucap Lastri mencoba membuat Syahlaa percaya pada perkataannya.
"Kalian kok bandel banget sih? Setau gue anak Madrasah itu alim-alim kaya gue," ucap Syahlaa kepada Lastri, Khansa dan Hilda.
"PALA LO!" decak Lastri, Khansa dan Hilda kompak.
"Gue terpaksa masuk sekolah ini," ucap ketiganya kompak---Lastri, Khansa, dan Hilda.
"What? Terpaksa? Terpaksa kenapa?"
"Orang tua gue yang nyuruh," jawab Lastri.
"Gue juga," jawab Khansa.
"Ya-ya gue juga," ucap Hilda.
"Karena kalian nakal?"
"TRUE!" jawab ketiganya kompak. Nakal kok bangga. Aneh-aneh saja.
"Kalian sudah biasa ngumpet di sini?"
"Iya," jawab Hilda.
"Gak pernah ketahuan?"
"Sejauh ini sih enggak, dulu sih kita sering ngumpetnya di rooftop, cuma ada yang bocorin jadi ketahuan deh. Akhirnya gue cari tempat lain, di sini," jawab Lastri menjelaskan. Dan jari telunjuknya menunjuk ke bawah ketika ia menyebutkan kata 'di sini'.
"Soalnya sejauh ini anak ROHIS gak pernah meriksa ke tempat ini," ucap Khansa menambahkan ucapan Lastri.
💚💚💚

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Rohis Vs Cegil [SELESAI]✔️
Teen Fiction"Aku mencintaimu!" "Jangan cintai saya! Cintai Allah!" "Kalau aku mencintaimu karena Allah?!" "..." Keputusan Papahnya untuk menyekolahkan Syahlaa di Madrasah, ternyata membawa pengaruh baik untuk Syahlaa. Ia bertemu dengan seseorang yang ia cintai...